Satu

102 14 0
                                    


Rajendra melihat-lihat ke arah yang ditunjuk Fandi, setelah berkeliling kampus, turun-naik gedung ini dan itu, Rajendra bisa menyimpulkan kalau Fandi adalah teman yang lumayan asik, salah satu poin yang penting karena ia menjabat sebagai Ketua BEM, rata-rata semua mahasiswa/i menyapanya ketika ia lewat, bukan karena mereka takut melainkan merasa hormat.

"Rektor bilang lo bakal masuk Manajemen?," tanya Fandi sambil mereka berjalan ke arah gedung paling belakang, gedung sastra dan FKIP.

Rajendra mengangkat kedua bahunya, "Nyokap yang nyuruh. Ga nyuruh nyuruh juga sih, dia terserahin. Gue rencananya malah ga mau kuliah. Nyokap ngotot, dibebasin asal tetep bantuin bokap."

Fandi mengangguk-angguk, "Dan ini gedung yang terakhir, gue sengajain karena ini gedung paling belakang dan deket sama kantin belakang, makanan paling enak dah di kantin belakang, jadi setelah gue tunjukin ini gedung, kita bisa langsung ke kantinnya."

Berbeda dengan gedung-gedung yang lain, gedung sastra dan FKIP memiliki gerbang berwarna emas, ia melihat ke kiri-kanan, beberapa kelas sedang fokus mendengarkan penjelasan dari dosen. Ada juga beberapa kelas yang tampaknya masih menunggu dosen datang.

"Kita nyebut gedung ini si gerbang emas, karena bisa lo liat sendiri pagar gedungnya warna emas. Disini, ada anak Sastra, anak PENJAS, PAUD, sama PTIK," jelas Fandi.

Rajendra hanya mengangguk lalu ia melihat gadis gendut itu dan ia tidak bisa tidak tersenyum kecil.

                                                                                                ****

"Sa, bingung aku tuh.. banyak banget orderan makalah," kata Sani setelah mengeluarkan earphonenya tepat ketika dosen mereka keluar.

"Alhamdulillah dong, berarti Sani banyak money," goda Fantasia.

"Ya.. iya sih, tapi mager gitu."

Sani membuka handphonenya lalu memutar lagu Cardi B yang berjudul Bodak Yellow, ketika lagu tersebut terputar, Sani langsung tersenyum dan ikut menyanyi.

Fantasia menggelengkan kepalanya, "Selera kamu banget tuh lagu yang kayak gitu."

"...I don't bother with these hoes, don't let these hoes bother me. They see pictures, they say goals. Bitch, i'm who tryna be!" Sani bernyanyi sambil menunjuk ke kursi-kursi ruang kelas mereka yang biasa diduduki oleh Geng Menyebalkan. Fantasia tidak bisa untuk tidak tertawa.

"Untung orangnya ga ada loh San,"

Sani melepas earphone sebelah kanannya, "Walau aku nyanyi depan mereka pun, mereka bakal tawa tiwi doang, Sa. Gabakal ngeh."

Sani melanjutkan menyanyi lagu Cardi B tersebut sambil sedikit menggerakkan tubuhnya, ia selalu menekankan suaranya ketika lirik lagu tersebut 'said little bitch, you can't fuck with me'. Sementara Fantasia hanya tertawa melihat sahabatnya itu benar-benar menikmati nyanyiannya, ia selalu menyukai suara Sani, walau Sani menyanyikan lagu rapp yang bahkan ia tidak pernah dengan pun, rasanya menyenangkan.

                                                                                                ****

"Wah, si Sani tuh. Ga nyangka gue kalo dia bisa rapp gitu. Bodak Yellow pula," kata Fandi ketika ia berhenti menjelaskan karena menyadari konsentrasi Rajendra berpindah ke sebuah kelas.

" Dia lucu ya,"

Fandi menatap Rajendra sedikit aneh, "Iya.. dia lucu, kayak gajah mini gitu."

Rajendra menoleh ke Fandi, mengerutkan dahinya tidak suka, "Bodyshamming udah ga keren jaman sekarang, Ndi."

Fandi langsung diam seribu bahasa, sementara Rajendra memusatkan perhatiannya lagi ke Sani hingga handphonenya berdering, ia mengeluarkan benda pipih itu dari kantong jaketnya dan melihat nama Ibunya tertera disana.

"Ya, Ma?"

"................................."

"Udah, ini lagi keliling kampus."

"................................."

"Ma, Rajen bisa masuk sastra aja ga sih?"

Fandi menatap Rajendra setengah terperangah dan bingung.

"Gapapa, mau aja. Kayaknya lebih seru daripada manajemen. Ya?"

"................................."

"Iya, mama whatsapp aja siapa, nanti Rajen ke sana."

"Bye mam, love you."

"Lo beneran mau masuk sastra?," tanya Fandi segera setelah Rajendra mematikan sambungan teleponnya.

Rajendra mengangguk sambil tersenyum, "Lo tau yang mana dekan sastra?,"

"Kenapa nyari Mam Mila?"

Suara itu langsung menyita perhatian Fandi dan Rajendra, Sani berdiri satu meter dari mereka, gadis itu sudah menyandang tasnya, di sampingnya ada seorang gadis mungil yang juga menatap mereka setelah menyapa Fandi.

"Gue anak baru fakultas sastra, lo bisa tunjukkin yang mana dekannya? Gue mesti ngadep dia buat ngurus berkas," jawab Rajendra.

Sani tersenyum, "Bisa, gue juga mau ke Prodi Sasing, barengan aja."

"San, kayaknya aku ga bisa ikut ke Prodi, Milo bilang udah nunggu di parkiran. Maaf ya?"

Sani menyipitkan matanya ke Fantasia, lalu tersenyum lebar, "Iya deh, Milo tiang listrik mulu yang didahuluin, gapapa. Gih gih pasangan yang tiap hari bahagia,"

Fantasia terkekeh, "Thank you, see you San!"

Setelah Fantasia pergi, Sani duluan yang berjalan sambil berkata "Yok."

Fandi masih bingung dengan keadaan yang terlalu mendadak, ia hanya mengikuti kemana mahasiswa baru dan cewek yang paling terkenal dengan kupu-kupunya itu ke arah gedung utama.

"Nama lo siapa?," tanya Sani sambil menoleh ke arah Rajendra

"Rajendra, lo?," Sani.

"Sani. Kalo lo mahasiswa baru, berarti ntar kita ada kelas bareng. Pokoknya, Fakultas Sastra itu fakultas terkeren disini. Prospek kerjanya juga luas, lo mau jadi dosen kek, guru kek, tutor kek, banker kek, pokoknya apa aja deh," celoteh Sani antusias sambil berjalan ke memasuki gedung melalui gerbang samping.

Fandi berdecih, "Yang paling keren yang Fakultas Ilkom lah, mau lo dosen guru banker, lo mesti berurusan sama komputer dan perangkatnya."

Sani menyipitkan matanya ke arah Ketua BEM yang selalu disegani ini, "Jangan lupa ya Kak Fandi yang terhormat, waktu kita ada Pacific Partnership bulan lalu, gue yang jadi interpreter karena kalian pada ga ngerti apa yang dibilang itu tentara Amerika. Jadi, learn english, please?"

Rajendra tersenyum miring mendengar balasan Sani, rasanyaia tidak salah kalau memutuskan untuk masuk ke Sastra, khususnya SastraInggris. Setidaknya, hidupnya tidak akan membosankan kalau ada gadis gendutyang ekspresif seperti Sani.    

Segenggam Dunia untuk SaniWhere stories live. Discover now