Bab 17

41 23 2
                                    

Ren's POV

Minggu pagi, pukul 06:00.

"Bangun!!!!!!! Cucian numpuk tuh!! Belum nyapu, halaman udah kayak tempat sampah!!" Seru ibu ku dari lantai 1.

"Iya bu ini bangun..."

Kantuk masih melanda. Tapi apa boleh buat. Di saat sang ratu memberi perintah, harus di turuti secepat mungkin. Beranjak dari tempat tidur, cuci muka dan segera menyapu halaman.

"Ayah udah bangun bu?"

"Udah, lagi jogging ma adik mu," sambil membereskan gudang kecil sebelah rumah.

"Kok gak ngajak sihh??"

"Lagian, molor mulu. Udah tau pagi, masih aja tidur."

Skak mat dah tuh!!

Daun kering yang berjatuhan, dan sampah-sampah kecil, sudah ku sapu hingga bersih.

Terdengar suara samar dari luar pagar. Berkali-kali terdengar, "Permisi"...

"Iya sebentar," membuka pagar rumah.

Setelah ku buka, aku keluar untuk mengecek siapa yang bertamu. Tapi, tak ada siapapun. Beberapa detik panggilan 'permisi' itu tak terdengar lagi. Pagi ini angin yang berhembus cukup kencang.

"Siapa ya?" Seru ku memastikan ada atau tidak orang di luar sini.

Tiba-tiba sebuah kotak menghantam pundak kanan ku.

"Akkhh... sakkkitt..." sambil mengelus pundak ku yang malang.

Lalu kotak itu jatuh dekat kaki kanan ku.

"Ada aja orang buang sampah sembarangan. Masih pagi jugaa," gerutu ku.

"Tapi kok... kotaknya bagus yahhh," tergoda melihat kotak antik yang indah.

Memastikan tidak ada orang lain yang melihat. Akhirnya aku bawa kotak tersebut, melangkah pelan-pelan ke kamar. Jangan sampai ibu tau. Kunci pintu kamar, tutup jendela dan tirainya. Ambil posisi yang nyaman, lalu ku buka kotak itu.
Huh....

"Aku tidak ingin merusak isi di dalamnya... Harus berhasilll!!" gregetan karna kotak itu tidak mau terbuka.

Dipukul gak bisa. Dicongkel juga, dibanting apa lagi. Masa harus di gergaji sihhh???! Ini kotak apa batu? Kerass amatt!

Saat ku coba membalik posisinya. Terlihat ada sebuah kertas yang menempel. Yap! Selembar kertas lusuh berisi kalimat.

🍃🍃🍃
Angin pagi yang menyejukkan
Membawa daun pergi dari rantingnya
Membawanya menjelajahi hidup pohon lain
Sang pohon pun berkata, pergilah selagi kau bisa terbang
Tidak jika rongga mengganggumu, hingga angin pun tidak ingin membawamu
Daun-daun yang hadir untuk sesaat
Mereka akan bertahan jika ada yang perduli
Mereka datang ke rumah-rumah tidak lain hanya sebagai tamu
Pemberi tanda bahwa kau tidak sendiri
Tapi jangan remehkan mereka
Di kala kau lengah, sesuatu mengincar mu di balik daun itu
🍃🍃🍃


"I-ini... pu-isi??" Heran ku setelah membaca bait-bait itu.

Lalu ku kembalikan kertas tersebut ke tempatnya.

Ah gak guna! Kirain ada harta karun. Karna kotaknya bagus, ku simpan di lemari ajalah. Nanti kalau tetangga nyariin, baru aku kembalikan.

"REN!! RUANG TAMU!!" Seru ibu ku yang menyadari jika aku kembali ke kamar.

"Eh iya bu..."

Di ruang tamu. Semua ku rapikan hingga titik debu terakhir.

"Pagi kak... Rajin amat..." ujar Rys yang baru tiba di rumah.

"Sini bantuin!"

"Gak ah. Itukan tugasmu."

"Sueee. Udah jogging gak ngajak ngajak lagi."

"Sok sokan mau jogging."

"Dih napa???"

"Bomadd... mau mandi!!"

Dasar!! Dia itu, pengen dilempar apa kek biar gak nyebelin...


***
Tbc

VERMOORWhere stories live. Discover now