Diary - 5

1.3K 92 30
                                    

Prima menoleh ke arahku dan tersenyum ... manis sekali.

"Ah, sial! Kenapa aku jadi deg-degan gini ya?" gumamku dalam hati.

Kubuka pintu pagar. Dia turun dari motor dan menghampiriku.

"Kamu udah makan?" tanyanya kemudian.

"Udah, tadi makan sama Mia," jawabku. Aduh ... jangan sampai dia mendengar debar jantungku, ini memalukan!

"Yaah, padahal aku mau ajak kamu makan," katanya dengan ekspresi kecewa.

"Katanya mau ngomongin buku diary?"

"Tapi aku belum makan, nanti nggak fokus, gimana?"

"Ya udah, cari makan dulu sana!"

"Kamu temani aku makan ya?"

"Tapi aku udah kenyang."

"Kamu minum coklat greentea hangat aja, itu kesukaanmu, 'kan?"

"Kok kamu tahu?"

"Nebak aja. Yuk, naik!" ajaknya sambil naik ke atas motor.

"Tapi aku belum mandi."

Aku tidak percaya diri, karena belum mandi. Kelihatannya Prima sudah mandi dan ... wanginya maskulin. Aku pasti bau, karena semalam tubuhku basah dengan peluh.

"Bentar aja kok, biar nanti aku bungkus terus makan di sini sama kamu. Lagian nggak mandi juga masih cantik," jawabnya sambil tersenyum. Ah, mungkin itu cuma gombalannya saja agar aku mau menemani sarapan.

Akhirnya aku mengalah. Pasti dia tak ada maksud lain, kan? Pasti dia cuma ingin membantuku, kan? Jadi kupikir, tak ada salahnya aku menurut kali ini.

***

Selesai makan, aku dan Prima menikmati coklat hangat bersama di teras kost. Baru jam delapan pagi, dan udara masih terasa dingin, membuatku malas mandi.

"Ras, kamu udah coba baca bukunya?" tanyanya setelah meneguk coklat panas dari cangkir.

"Belum. Aku nggak berani," jawabku.


"Sekarang, coba buka. Kan sekarang aku udah nemenin kamu."

Aku mengambil buku diary Leni dari atas meja. Sebelum aku membuka lembaran-lembaran kertas itu, aku menarik nafas panjang. "Bismillah ... Semoga ada titik terang dari masalah ini."

Kubuka lembar pertama, di sana tertulis nama Leni Maharani, Kota Ledre, 20 Januari 1981. Mungkin itu tanggal lahir Leni. Kubuka lembar-lembar selanjutnya. Tidak ada yang aneh, hanya kegiatan Leni sehari-hari sebagai mahasiswa.

Hingga ke lembar dua puluh, aku menemukan yang berbeda. Lembar itu dipenuhi gambar bunga dan hati.

***

14 Februari 2000

Hari ini, akhirnya aku dan Sandi resmi jadian. Aku sudah lama mengenal Sandi. Dia lelaki tampan idola kampus. Banyak wanita mendekatinya. Aku tidak menyangka, Sandi akan memilihku sebagai kekasihnya. I love you, Sandi Hutomo.



15 Juli 2000

Sandi memaksaku untuk berhubungan intim. Katanya, aku harus membuktikan cintaku padanya. Aku tidak mau. Keperawanan itu hanya untuk suamiku. Tapi dia memaksa. Aku harus bagaimana?



20 Juli 2000

Hari ini, hari paling menyakitkan untukku. Sandi, orang yang selalu kucintai dan kukagumi, telah merusakku. Hari ini kost dalam keadaan sepi. Sandi memaksa masuk ke dalam kamarku, dan terjadilah hubungan terlarang itu.

Dendam Hantu Kost (TELAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang