Chapter 5

26K 2.5K 107
                                    

Halo

Jangan lupa vote dan komennya ya
:)

*

Seminggu setelah bertemu lagi dengan Killian, Lily semakin tak bisa fokus dalam latihan. Setiap istirahat ia selalu pergi menuju restaoran tersebut. Berjam-jam ia akan menunggu, menghabiskan waktunya dengan melihat orang. Hari itu dimana Lily bertemu dengan Killian ia segera pergi menuju kantor migrasi. Bertanya apakah ada nama Killian dalam daftar nama imigran tapi setelah itu ia diusir karena mempertanyakan privasi orang lain.

Ia juga bertanya pada Belle dimana Jolene tinggal atau semua tentang Jolene dan Killian tinggal tapi Belle hanya memicingkan matanya dan menyuruh Lily kembali berlatih. Ia bahkan memohon hingga berlutut tapi Bele menolak memberitahunya. Lily sangatlah putus asa ingin bertemu dengan Killian lagi. Marius mencoba mengajaknya bicara sesekali tapi Lily menolak bertemu dengan alasan jika ia harus berlatih. 

Belle bertepuk tangan menandakan latihan untuk hari ini telah usai. Ia melihat Lily yang melepas sepatu baletnya dengan tatapan sedih. Dihembuskannya napas dengan kasar dan berjalan menuju Lily. Ia melitap kakinya menatap para siswanya yang mengucapkan terimakasih padanya.

Diraihnya tangan Lily dengan lembut.

"Maafkan aku Lillian, bukannya aku tak ingin memberitahumu hanya saja mereka menyuruhku untuk tak bicara apapun." Hati gadis itu semakin sakit. Ia melepaskan tangan Belle dan memberikannya senyuman kecil. "Aku mengerti Belle." Lily bangun untuk mandi tapi Belle kembali memanggilnya.

"Ya?"

"Apa yang ingin kau ketahui tentang Killian? Aku mungkin bisa menjawabnya tapi untuk memberitahumu dimana mereka tinggal aku tak bisa." Lily kembali duduk dengan ragu-ragu.

"Bagaimana mereka bertemu? Killian dan Jolene." Belle menerawang ruangan yang mulai kososng itu.

"Pastinya aku kurang tahu, hanya saja dari cerita yang Jolene ceritakan padaku adalah mereka bertemu di rumah sakit ketika Jolene melakukan pekerjaannya di Amerika. Ia seorang psikolog dan ia menjadi dokter yang menangani Killian. Pria itu mengalami depresi berat yang sampai sekarang Jolene maupun aku tak tahu penyebabnya. Tapi berjalannya waktu, Killian mulai bisa terbuka  dan merasa ada kecocokan diantara keduanya mereka mulai menjadi pasangan sejak lima tahun yang lalu."

"Mereka sudah menikah?" tanya Lily.

"Belum ada rencana keduanya masih nyaman seperti ini."

Belle memperhatikan tangan Lily yang meremas rok baletnya dari pantulan cermin dinding. Ia juga bisa melihat wajah gadis itu yang sedang menahan tangis.

"Aku tak tahu hubungan masa lalu kalian seperti apa. Tapi ku mohon Lily, Jolene dan Killian sudah bahagia seperti ini. Mungkin mereka adalah takdir yang telah dituliskan Tuhan?"

Diusapnya rambut kepala Lily, "Jika kau menyayangi Killian, bukannya kau juga ingin dia bahagia?"

"Tapi tidak dengan berpura-pura lupa dengan keluarganya sendiri."

Belle bangun dan berdiri di depan Lily. ia menangkup wajah gadis itu dan menghapus sebulir air mata yang jatuh di pipinya. "Jika disuruh memilih, aku tak akan memilih siapapun kau ataupun Killian atau Jolene sekali pun. Aku berada di luar lingkaran kalian jadi aku hanya akan memilih apa yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan."

Setelah kepergian Belle, Lily menangis di ruang latihan sendiri. Travis dan Trevor yang siap mengantar Lily pulang terkejut melihat Lily yang menangis keras sendirian. Mereka segera mendekati Lily. tanpa menanyakan apa yang terjadi mereka berdua masing-masing duduk di sebelah Lily. Trevor mengelus punggung Lily dan Travis menggenggam erat jemari gadis itu. Keduanya tak akan bertanya apa yang membuat Lily sedih tapi mereka akan siap menguatkan Lily selalu.

TRANQUILITY: The Professional (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang