Chapter 22

24.7K 2.4K 109
                                    

Votenya dong plis qaqa-qaqaa
\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥

*

Lilly terbangun akibat suara alarm beker. Biasanya jam tujuh pagi adalah jam latihan paginya tapi Lilly ingin istirahat dulu selama liburan. Ia bisa merasakan sebuah lengan yang memeluknya dari belakang. Awalnya ia cukup terkejut tapi ingatannya semalam menyadarkannya.

Ia melepaskan pelukan Killian dan menyelimuti pria itu dengan baik. Ia keluar dari kamar untuk membersihkan diri.

Ia mengecek ponselnya dan mendapati pesan masuk dan panggilan tak terjawab dari Les twins. Setelah membalas mereka Lilly memutuskan untuk menyiapkan sarapan pagi. Cukup dua lembar roti panggang, sosis, telur dan segelas susu hangat.

Tv dinyalakan dan ia makan dalam kesendiriannya. Otaknya tak berjalan, ia ingin berpikir tentang Killian tapi ia tak bisa menemukan jawaban perubahan drastis sikap pria itu. Memikirkan Marius membuatnya ingin muntah. Makadari itu Lilly memutuskan makan sambil melamun.

Lilly mendengar deheman seseorang dari belakang. Killian berdiri dengan wajah mengantuknya serta rambut bantal semakin membuatnya terlihat tampan.

"Mandilah akan aku ambilkan beberapa pakaian milik Ethan. Akan kubuatkan sarapan juga."

Killian tak menjawab, yang dilakukannya hanya berdiri dengan kerutan di dahi.

"Kamar mandi ada di sebelah sana dan handuk bersih ada di dalam laci westafel" Barulah setelah Lilly menunjukkan kamar mandi, Killian bergerak.

Lilly meletakan satu set kaos lengan pendek berwarna putih serta celana pendek kasual milik Ethan. Sambil menunggu Killian selesai mandi, ia juga tak lupa membuatkan sarapan untuknya.

Killian selesai bersamaan dengan Lilly menuangkan susu hangat untuknya.

"Duduk di sofa dan makanlah." Layaknya anjing kecil, pria itu langsung melakukan apa yang disuruh oleh Lilly.

Ia melihat rambut Killian yang tidak dikeringkan sehingga airnya jatuh pada pundaknya menyebabkan pudak dan sandaran sofanya ikut basah. Lilly berdecak dan mengambil handuk kering lainnya.

"Kau akan sakit jika tidak mengerinkan rambutmu dengan baik, mengerti?" Killian mengangguk dan menikmati sarapan paginya sambil menonton acara kartun.

Lilly mengusap rambut Killian dengan sedikit agak keras agar cepat kering. "Kau tidak lihat ada hairdryer tadi?" Pria itu mengangguk membuat Lilly semakin mecepat menggosok rambut Killian.

"Lalu kenapa tidak digunakan?" Dengan acuh Killian mengangkat bahunya dan memasukan potongan sosis ke dalam mulutnya. "Tunggu disini jangan kemana-mana."

Setelah beberapa saat, Lilly kembali muncul dengan sebuah hairdryer dan sisir di kedua tangannya.

Ia mendekatkan hidungnya pada rambut Killian mencium aroma strawberry dari rambut pria itu. "Kau menggunakan sampo milikku?"

Killiam tak menjawab, ia hanya minum susu yang diberikan Lilly dan bersandar sambil memejamkan matanya. Ia menikmati sentuhan tangan milik Lilly di setiap helai rambutnya.

"Rambutmu tebal jika di tarik akan menyentuh mata. Ku rasa jika dipotong pendek akan terlihat bagus." 

"Terimakasih." Killian berterimakasih ketika Lilly selesai menyisir rambutnya. Ia duduk melihat setiap gerak-garik gadis di depannya.

TRANQUILITY: The Professional (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang