SEMESTA BAB 15

2.1K 286 6
                                    

SEMESTA BAB 15
•••

SEMESTA BAB 15•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Bintang tidak begitu banyak bertabur di bentang langit malam ini. Angin juga tidak begitu kencang. Yang pasti, suasananya mendukung untuk berkumpul di tempat outdoor. Satu lagi, jangan lupakan bulan yang memantulkan cahaya dari matahari untuk menerangi bumi.

Selepas acara makan-makan tadi selesai, keempat remaja itu –Iqbaal, (namakamu), Aldi, Salsha—duduk di rerumputan dekat tempat bbq tadi. Bedanya, Iqbaal dan Aldi hanya duduk santai, sedangkan (namkamu) dengan Salsha tengah sibuk dengan ponselnya beberapa meter di depan mereka. Ayah dan bunda Iqbaal telah kembali ke dalam rumah.

"Kok, kita bisa jadi sahabatan gini ya?" tanya Aldi memcah keheningan.

"Kita dari di dalam rahim udah sahabatan kali, Al." Jawab Iqbaal.

"Kita sahabatan emang udah dari orok, tapi sorry ya, gue pas di rahim gak kenal lo. kita nggak satu tempat bruder." Balas Aldi.

"Hm, terus maksud lo?" tanya Iqbaal.

"Salsha sama (namakamu)."

Kedua gadis itu yang merasa namanya terpanggil mempusatkan perhatiannya kepada dua orang beberapa meter di belakang mereka. Memang ada apa dengannya?

"Kenapa lo sebut-sebut nama gue?" tanya (namkamu).

Aldi mendesis melihat respon (namakamu), ditambah dengan kedua gadis itu yang tengah keseringan membuat snapgram dan jangan lupakan selfie. Memangnya tidak ada kegiatan lain apa? Mencari informasi tentang anak bulan mungkin, yang dibilang Kakaknya dua budak kembar nan botak itu.

"Nggak tau juga sih, Al. Dimulai dari lo sama Salsha. Pengaruhnya ke (namakamu) yang notabenya sahabat Salsha dimanapun berada." Ujar Iqbaal pelan.

Aldi mengangguk samar.

"Iqbaal kamar mandi sebelah mana?" tanya (namakamu) yang sudah berjalan ke arah Iqbaal.

"Deket dapur." Jawab Iqbaal.

"Gue nggak tau dapur lo sebelah mana," sungut (namakamu).

"Dari tangga itu, lo lurus aja teru ke kanan." Jelas Iqbaal.

(namakamu) mengangguk, dan beranjak menuju tempat yang diarahkan oleh Iqbaal.

"Kok, nggak lo anterin, sih, Baal. Ntar kalo (namkamu) nyasar gimana?" tanya Salsh yang berpindah di samping Aldi.

"Nope. Santai aja, seenggaknya kalo (namakamu) nyasar itu masih di rumah gue, dan rumah gue itu bukan labirin yang membingungkan."

•••

(namakamu) tengah berjalan di dapur untuk balik lagi menyusul teman-temannya. Ternyata rumah Iqbaal ini tidak serumit yang ia bayangkan, tidak banyak belokan menuju suatu ruangan. Jadi, ia tidak nyasar.

SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang