5. Teman

44 19 0
                                    

Happy Readiiingssss.......
*
*
*
*
*************

H

ening menjangkiti ruangan itu. Tapi serasa suara denyut jantungnya mendonasi ruang pendengaran Sheyna. Sosok Familiar di depannya.

"Reyhan?!" Pekik Sheyna. Terkejut.

"Hmm, lo ngapain disini?"tanyanya datar mengambil beberapa tanaman.

"Mau ngambil tanaman,"jawab Sheyna kikuk, menunjuk tanaman yang dipegang Reyhan.

"Sisanya masih dibelakang ambil aja." Beranjak dari tempat terlihat beberapa inchi jarak Sheyna dengan Reyhan. Tubuh jangkung membuat perbedaan jelas tinggi.

Segera Sheyna mengambil sebuah tempat hitam yang terdiri dari kotak kecil berbentuk persegi. Dan bergegas kembali ke tempat Pak Toni. Melanjutkan apa yang sudah dia mulai, hanya sisi kanan lahan yang belum ditanami tepat disebelah Reyhan. Mau tidak mau Sheyna melangkahkan kaki kearahnya.

"Lo kok bisa disini juga?" tanya Sheyna heran. Setelah berjongkok disamping Reyhan.

Reyhan hanya diam, bibirnya terkatup rapat seperti ada lem disela-sela bibir tipisnya. Hawa dingin melekat dalam dirinya.

"Mas Reyhan sering bantuin bapak Na, kalau menanam tanaman disekolah," sanggah Pak Toni untuk menghilangkan kecanggungan karna Reyhan membisu.

Pak Toni menceritakan hal lucu untuk mengurai keheningan. Melihat Sheyna dan Reyhan hanya diam dan fokus pada apa yang kami kerjakan.

"Hahaha... Pak Toni bisa aja nih, bapak ikut stand up dijamin menang Pak." Sheyna tertawa lepas dan tak sengaja melihat sudut bibir Reyhan terangkat membentuk garis senyum matapun ikut tertarik. Wajah dingin dan datar, hawa dingin seperti tak pernah dalam dirinya.

"Lo ternyata bisa senyum juga."

Reyhan mengatup bibirnya kembali mengalihkan pandangan kearah lain.

"Gue mungkin ngak salah diagnosa udah budek tambah satu lagi bisu juga," gumam Sheyna keceplosan padahal Reyhan tepat disebelahnya.

"Eh...gue nggak budek dan satu lagi nggak bisu." Membalikan badan kearah Sheyna tak ada penekanan dalam ucapannya.

"Yaaa maaf, lo sendiri ditanya diem aja, diajak gomong diem aja gue kira bisu sama budek."

"Gue juga minta maaf karna bersikap dingin. Oke! Sekarang lo mau tanya apa ke gue?" Reyhan to the point

"Lo anak baru Rey? Soalnya gue baru liat lo disekolah ini."

"Nggak kali, gue anak XII IPS 3 mungkin lo aja jarang liat gue. Lo kan anak IPA!" Reyhan lanjut memasukan tanaman ke dalam tanah sambil menjawab pertanyaan Sheyna.

"Kok bisa tau gue anak IPA?" Sheyna heran karna dirinya baru beberapa kali ketemu oleh sebuah insiden.

"Tadi gue lihat buku yang lo taruh di bangku taman bertuliskan kimia."

"Ouh begitu, jadi sekarang kita berteman."  Mengangguk pelan menerima penjelasannya dan mengulurkan tangan berselimut tanah menempel setiap ruas jari untuk mengajaknya bersalaman.

"Tee-man." Menyambut salaman Sheyna. Tangan kotor mereka saling bertemu. Mukanya tak berubah tetap saja dingin, datar tak berekspresi.

Tanah gersang menghijau.
Tak menyangka semua tanaman dan rumput hias sudah tertanam rapi. Sheyna memutus pulang karna langit mulai gelap ditakutkan tidak ada angkot biru yang lewat.

"Pak ini kan sudah selesai saya pamit pulang." Berdiri dari posisi dan melenturkan badannya. Terasa pegal berjongkok beberapa jam.

"Makasih yah sheyna sama Reyhan sudah bantuin Bapak hari ini." Ikut berdiri dan tersenyum.

Will You Be Mine?Where stories live. Discover now