♡35

16.6K 1.1K 156
                                    

Sebelumnya aku mau tanya nih, grup WA cerita Wattpad tuh biasanya ngapain aja? Aku bener-bener nggak tau 😔😢.

Buatku pribadi grup WA itu ajang berbagi informasi dan ngobrol atau tanya-tanya sesuatu juga silaturahim. Cuma aku tuh bukan yang tipe dikit-dikit sharing...jadi sampai lupa kadang kalau ada update baru gak sharing di grup. Apalagi aku pegang hape cuma buat update cerita Wattpad dan balesin komentar-komentar (kalau sinyal bagus) selebihnya geletak aja.

Jadi mohon maaf ya kalau mengecewakan 🙇🙇🙇. Tapi kalian bebas ngobrol kok, tanya-tanya juga boleh 😊😊😊.

💕💕💕

"Mas Rahil." Panggil Mia sambil meraba kening suaminya. Ia ingin mengatakan sesuatu yang sejak siang kepikiran tapi perhatiannya tiba-tiba terdistraksi. "Ih sebel!"

Mia dan Rahil tengah leyeh-leyeh atau pillow talk sebelum tidur setelah Mama-Papa, Sadewa, Mbak Ira bahkan Ai dan Rene menjenguk.

"Lah, apa tah? Kok tiba-tiba sebel?" Tanya Rahil kaget dan heran lalu ganti menyentuh kening istrinya. "Nggak panas."

Bibir Mia mengerucut. "Mas Rahil tuh sakit. Mukanya pucat. Kuyu. Tapi kok tetep cakep siiih? Iiih...kalau aku kan kelihatan jelek."

Rahil melongo. "Ya Allah, boleh berharap nggak sih kamu nggak usah ketemu Dek Sahil nanti?"

"Iiih...kenapa?" Tanya Mia dengan kening mengernyit.

"Nggak bagus buat jantungku. Kalian setipe." Dumel Rahil tapi tak lama tersenyum. "Kan sudah dibilangin, aku memang cakep. Tambah sayang deh." Ia menarik istrinya lebih mendekat ke arahnya. Hatinya bahagia. Bersama Mia, ia merasa nyaman. Adem.

Sementara Mia, wajahnya memerah. Lalu ia ingat apa yang mau ditanyakan dan duduk lagi.

"Kamu nih tenang dikit kenapa sih?" Tegur Rahil.

Mia mencebik. "Aku tuh mau tanya sesuatu."

"Apa?" Kali ini suara Rahil melembut.

"Iiih...tambah cakep." Mia kembali terdistraksi dan tanpa canggung, lebih tepatnya lupa, ia menangkup wajah suaminya dengan kedua tangannya.

Rahil pun tak bisa menahan tawanya lagi. "Kamu tuh bener-bener lovely ya? Kalau gitu terus, aku makan nih?"

"Iiih..." Mia segera melepaskan tangannya dan suaminya itu terkekeh puas. "Akhir-akhir ini kan kalau ada orang sakit bilang Syafakillah. Mas Rene juga gitu. Tapi Winda kok Syafahullah? Aku nggak ngerti artinya sih tapi aku iyain saja...kan ada kata syafa-syafa dan Allah-Allah gitu. Beda tengahnya."

Mendengar itu wajah Rahil berubah serius. "Lain kali kalau nggak ngerti artinya tanya dulu. Untung bener." Ia menyentil kening istrinya.

"Sakiiittt!" Spontan Mia menutupi keningnya dengan kedua tangan. "Aku gigit nih?"

"Memangnya kamu pus?" Rahil membalikkan kata-kata istrinya sambil menaik-naikkan kedua alisnya.

Mia langsung manyun dan Rahil kembali tertawa.

"Syafakillah dan syafahullah tuh sama. Kalau lagi jenguk orang sakit, kamu ngucapinnya kalau si sakit perempuan Syafakillah, kalau yang sakit laki-laki Syafakallah artinya semoga Allah memberikan kesembuhan kepadamu." Terang Rahil.

"Kok Winda bilangnya beda?"

"Nah, kalau kita dengar ada orang lain sakit, kita ngucapinnya Syafahullah kalau yang sakit laki-laki, Syafahallah kalau yang sakit perempuan. Artinya semoga Allah memberikan kesembuhan kepadanya." Rahil mengelus kepala istrinya. "Kalau kamu dengar ada banyak yang sakit, kamu ngucapinnya Syafahunnallah buat perempuan dan Syafahumullah buat mereka laki-laki. Artinya semoga Allah memberikan kesembuhan kepada mereka. Nah, kalau merekanya laki-laki dan perempuan, kita ngucapinnya Syafahumallah."

Elle S'appelle MiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang