Keadaan Sudah Berbalik

27.7K 1.6K 15
                                    

Mazaya bangun jam sembilan pagi, tubuhnya terasa remuk, setiap persendiannya terasa sakit. Dia mencoba bangkit secara perlahan, lalu menyandarkan tubuhnya ke sisi tempat tidur.

Wajah Mazaya merona. Dia tak munafik, Riki dan ketampanan serta kesempurnaan tubuhnya, membuat dia terbuai, tapi baginya dia tetaplah si Bisu yang hanya dibutuhkan untuk memberikan anak.

Mazaya mengelus perutnya, dia begitu berharap, benih Riki bisa membuahi sel telurnya sehingga menjadi janin. Jika berhasil, dia akan sembuh total, begitu kata dokter yang menanganinya.

Tapi bagaimana jika usaha tadi malam tidak berhasil? Apakah Mazaya akan kembali menggunakan cara licik, Riki pasti akan lebih wasapada padanya mulai sekarang, dia takkan mau lagi percaya padanya.
Mustahil bagi Riki melakukannya dengan suka rela. Mereka saling membenci. Mazaya menggeleng, tertawa miris, sangat besar pengaruh hubungan satu malam itu pada dirinya.

Dengan tertatih, mazaya bangkit dari ranjang, membuka seprai bernoda darah dari kasur si Bisu. Berjalan perlahan ke kamarnya setelah membuang seprai kotor ke tempat sampah.

Dia harus membersihkan diri, lalu kembali menjadi dirinya semula, seolah-olah tidak ada apa-apa diantara mereka.

Sementara di kantornya, Riki tercenung dengan pikiran yang berkecamuk.

"Hei! ada apa? Kenapa kamu murung?"

Celin mengamati wajah Riki, gadis itu adalah sahabat Riki dari dulu, wanita baik, ramah dan tulus.

Riki menuliskan jawabannya, di sebuah buku kecil yang selalu dibawa ke mana pergi.

"Dia kembali."

"Maksudmu, isrtimu?"

Wajah Celin terlihat kaget. Riki mengangguk lemah.

"Lalu?" Celin meletakkan pensilnya, dia mendekati Riki dengan raut wajah yang serius.

Riki menulis lagi, "tadi malam, dia menjebakku, ia memberiku obat perangsang, dan semuanya terjadi."

Celin menutup mulutnya tak percaya, dia tau apapun tentang sahabatnya itu, termasuk pernikahan yang suram di masa lalunya.

"Kenapa dia melakukan itu?Bukankah dia membencimu?" tanya Celin tak percaya.

Riki menulis lagi, "dia ingin punya anak, aku tidak tau apa alasannya."

Celin mencerna semua cerita Riki. Dia sendiri tak menemukan jawaban, gadis itu mengusap punggung Riki untuk menghibur dan memberi semangat bahwa semua akan baik- baik saja.

Sepeninggal Celin, Riki merenung, menatap komputernya dengan mata kosong. Dia tak ingin lagi berjumpa dengan Mazaya, dia tak mau lagi dijebak oleh wanita itu.

Dia harus mencari cara, pindah dari sana tidak mungkin karena dia sudah berjanji kepada Pak Amin. Salah satu caranya adalah dia akan berangkat pagi-pagi sekali dan akan pulang larut malam.

Riki melanjutkan pekerjaannya, menyesap kopi yang sudah dingin, mensugesti dirinya bahwa semua akan baik-baik saja.
                   
                       ***
Mazaya sehari ini menghabiskan waktu di tempat tidur, siang tadi sakit di perutnya kembali kambuh. Dia hanya merintih sendiri di kamar itu, tak ada yang akan menolongnya.

Sekarang sudah pukul sebelas malam, tak ada tanda-tanda si Bisu akan pulang. Mazaya tau, laki-laki itu dari dulu tak menyukainya.

Mazaya masih ingat waktu mereka remaja dulu, saat ayahnya membawa anak berusia lima belas tahun ke rumah dengan pakaian kumal dan compang-camping. Ayahnya memperkenalkannya pada Mazaya, tak sedikit pun si Bisu terlihat terpesona dengan kecantikannya, padahal dari dulu dia digilai setiap laki-laki.

Harga dirinya merasa terluka, saat gembel cacat bersikap datar kepadanya, bahkan sampai mereka sama-sama tumbuh dewasa.

Riki dipekerjakan ayahnya sebagai pengawal sekaligus supir pribadinya. Mengekori kemana pun dia pergi, sehingga dia tak bisa menjalin hubungan dengan lawan jenis di masa mudanya. Kehadiran Riki sangat mengganggu, laki-laki yang berniat mendekatinya langsung mundur teratur.

Mazaya merasa terkekang, ayahnya terlalu mengawasinya, dia berusaha meneror Riki supaya dia tidak betah bekerja dengannya dengan harapan setelahnya pria itu mengundurkan diri.

Tapi sedikit pun tak ada niat si Bisu untuk mengundurkan diri, hal itu membuat Mazaya semakin membencinya.

Dia pernah mendorong Riki ke dalam kolam padahal dia tahu si Bisu tak bisa berenang, dia pernah memasukkan racun di makanan Riki, tapi laki-laki itu bisa selamat karena Pak Amin bertindak cepat membawanya kerumah sakit.

Seluruh perhatian ayahnya tercurah pada Riki. Keinginan melenyapkan pria itu semakin menggebu di hatinya.

Tapi sekarang kondisi sedang terbalik, dia menggantungkan hidup pada benih laki-laki itu. Terdengar sangat menjijikkan, tapi ini adalah kenyataan. Dia tak mungkin menyerahkan diri pada laki-laki diluar sana, walaupun dia jahat, dia tak mau melakukannya dengan sembarang orang. Ayahnya mengajarinya, nilai seorang wanita terletak pada kehormatannya, secantik apa pun seorang gadis, dia tak berarti apa-apa jika laki-laki menyentuhnya tanpa ikatan sah.

Cermin Jiwa Saat Terluka ( 21+ )Where stories live. Discover now