Ch. 1

2.5K 191 14
                                    

Wonwoo terbangun karena suara lembut dari gerimis di luar jendelanya, beberapa tetes hujan jatuh mengenai paving beton dibalik dinding kamar yang luas dan tenang itu. Dia sedikit terganggu dengan cahaya menyilaukan di balik kelopak matanya yang masih tertutup itu, membuatnya tak nyaman seolah memaksanya bangun. Dia bergerak mengubah posisinya, berlawanan dengan jendela, memunggungi cahaya matahari yang langsung memasuki kamarnya. Wonwoo menyukai cahaya matahari, dia menyukai bagaimana cahaya matahari mengeluarkan semua warna dari objek yang dikenainya. Dia menyukai kehangatan yang terasa tiap kali hujan turun di hari yang cerah, seperti hari ini, dia mencatatnya dalam hati. Yang terpenting adalah, cahaya matahari menunjukkan bahwa malam telah berlalu. Satu hari yang lain telah bertambah dalam hidupnya karena sampai sekarang dia belum menemukan sesuatu yang berarti. Tapi itulah yang selalu dinantinya.

Ada rentang lima menit sebelum Wonwoo akhirnya memutuskan untuk bangun dan segera memeriksa waktu. Pukul 11:56, dia yakin dia telah tidur lebih lama dari biasanya. Ditengah kegiatannya menata rambut, atau lebih tepatnya mengacaknya, dia mendengar suara nyala mesin dari luar kamarnya, pasti salah satu tamu dari tetangganya atau seseorang yang pindah ke sebelah rumahnya. Memikirkan bahwa akan ada tetangga baru membuatnya senang, tapi kemudian dia membuang pikirannya jauh-jauh karena dia sangat buruk dalam bersosialisasi. Satu-satunya teman yang dia punya sudah berangkat ke China dan mereka tidak bisa berhubungan terus-menerus karena temannya itu sibuk dengan sekolahnya. Di sisi lain dia hanyalah anak-anak pada umumnya yang tidak terlihat memiliki suatu hal yang menyenangkan dalam hidup.

Wonwoo akhirnya mengganti piamanya dengan pakaian biasa dan bergegas meninggalkan kamarnya ketika secara tidak terduga seseorang muncul. Atau itulah yang dia pikirkan, tidak terduga.

Seorang pemuda lain, mungkin beberapa bulan lebih muda darinya, hampir menyamai tingginya tapi sepertinya lebih tinggi beberapa senti, dengan warna kulit yang sedikit lebih gelap dari miliknya, dan rambutnya sehitam arang, tengah berdiri tergugu di depan pintu kamarnya. Matanya membulat dan melebar karena terkejut, sedangkan Wonwoo berdiri di sisi lain kamar hampir menunjukkan ekspresi yang sama dengan pemuda satunya.

"Kau siapa-" / "Kau siapa-"

Mereka berujar bersamaan. Wonwoo melirik tempat tidurnya, mencari benda apapun yang dapat diambilnya jika orang itu mendekat dan tiba-tiba menyerangnya. Dia sebelumnya pernah mendengar tentang orang yang masuk ke rumah tanpa permisi untuk merampok. Tapi di tengah hari seperti saat ini?! Wonwoo mencoba untuk menenangkan diri didepan pemuda yang tak dikenalnya di seberang ruangan itu, mencoba terlihat garang untuk membuat pemuda itu takut sehingga dia pergi, tetapi pemuda satunya hanya menatapnya dengan keterkejutan, tidak percaya seolah-olah Wonwoo lah yang seharusnya tidak berada dalam ruangan itu. Wonwoo kembali mengulang pertanyaannya.

"Kau siapa?" tuntutnya.

"Kau siapa?" pemuda satunya merespon dengan pertanyaan yang sama. Dia pasti sudah kembali sadar dari keterkejutannya karena kini dia telah menegakkan tubuhnya dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Apa kau orang mesum?"

Dia menatap aneh pada Wonwoo, dan Wonwoo baru sadar bahwa dia baru memasukkan satu lengannya kedalam baju, sedangkan yang lain masih separuh jalan, membuat torsonya separuh telanjang. Wonwoo dengan cepat memasukkan lengan yang satu lagi kedalam bajunya dan menariknya turun ke pinggang dengan panik.

"Kau sebenarnya siapa?" itulah satu-satunya clausa yang berhasil keluar dari dua belah bibirnya selagi pipinya memanas karena pertanyaan si penyusup.

"Aku Mingyu," jawab pemuda itu, Mingyu. Dia berjalan memasuki ruangan dengan santai, menatap Wonwoo penuh selidik sementara Wonwoo dengan tegang mengikuti kemana arah pemuda itu berjalan. Dia berhenti di sisi lain tempat tidur Wonwoo, menatapnya langsung pada kedua netranya.

Overlapping Worlds 「meanie」Where stories live. Discover now