18. Bunga Kaget

2.5K 505 133
                                    

u n f r i e n d

"Dimakan!"

Aku terkesiap ketika mendengar suara Junkyu yang membuyarkan lamunanku. Kini, aku sedang berada di kantin bersama Junkyu. Beberapa menit yang lalu kami sempat memesan dua mangkuk mi ayam namun aku sama sekali belum menyentuhnya.

Sudah hampir dua jam berlalu dari insiden Doyoung dan Haruto. Doyoung tampak kaget saat itu, ia menghampiriku namun aku sama sekali tidak menggubrisnya. Aku benar-benar kecewa padanya.

Sungguh, tidak pernah terbesit di benakku kalau Doyoung bisa melakukan hal keji semacam itu. Terlebih ia tidak sendiri. Ia dibantu oleh kedua temannya yang kalau tidak salah saat aku melihat nametag yang terjahit di seragamnya bernamakan Yoshinori dan Yoonbin.

Dan Haruto, ia dibantu oleh beberapa warga. Ia tidak mau dibawa ke rumah sakit, jadi petugas palang merah remaja di SMA Limit membawanya ke UKS.

Aku tidak dapat berbuat apa-apa. Karena aku adalah siswi SMA Matriks jadi tidak diperbolehkan untuk masuk ke SMA Limit.

"Dimakan, Chel!

Aku tersentak kemudian menatap kesal Junkyu yang memamerkan wajah tampannya. Oh, ya! Ngomong-ngomong, sebenarnya Yuqi itu tidak pernah menyukai Junkyu. Mereka seperti kucing dan tikus, selalu bertengkar.

Huh, halusinasiku kok sebegininya, ya?

"Aku kepikiran Doyoung" lirihku tanpa aba-aba.

"Doyoung anak SMA Limit?"

"Kamu kenal?" Heranku. Kemudian, Junkyu mengangguk dan mengaduk-aduk es tehnya.

"Berandal sekolah gak terkenal? Mustahil kali!" Ketus Junkyu. Aku memanyunkan bibirku.

"SMA Limit kan baru dibangun beberapa bulan yang lalu, semenjak lo jadi putri tidur. Doyoung itu emang berandal, dan anak buahnya gak cuman satu. Tapi korbannya yang satu, yang itu-itu aja. Dendam apa coba Doyoung sama Haruto?" Tutur Junkyu terlihat heran.

"Namanya Haruto?"

B-ba-bagaimana namanya bisa sama…🙁

"Hooh. Dan lo tau kenapa Doyoung suka mukulin tuh anak? Karena Haruto tuh—"

GUBRAK!

Aku kaget setengah mati ketika seseorang menggebrak meja kami dengan sangat keras. Dan ternyata pelakunya adalah Yedam.

"Kalian gak denger bel masuk udah bunyi? Kenapa masih pacaran disini, hah?!" Marah Yedam. Aku pun berdiri tidak terima dibilang pacaran dengan Junkyu.

"Siapa yang pacaran sih?!" Celetukku. Yedam menatapku marah yang membuatku entah kenapa takut begitu saja. Aku merasa canggung seketika dan Yedam menarik tanganku kasar menjauh dari area perkantinan.

Aku meronta meminta dilepas karena Yedam terkesan menyeret hingga aku hampir terjatuh berkali-kali. Kemudian Yedam melepaskanku di depan UKS.

"Jahat banget sih lo?! Lo itu kenapa sih?! Kenapa gak bisa biarin gue tenang, hah?! Kenapa gak bisa biarin gue bahagia?!" Teriakku di depan Yedam dengan berderai air mata.

Suasana yang cukup sepi membuat tangisan dan raunganku terdengar menggema. Yedam mengacak rambutnya kasar kemudian membungkuk.

"Jawab gue, Yedam!"

Sungguh, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi ketika Yedam dengan spontan memelukku. Ia memelukku dengan sangat erat. Tubuhnya bergemetar seperti sedang sesenggukan.

Unfriendly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang