The Devil Wears Bandana [DAY6 YoungK]

EPILOG

Satu tahun berlalu ...

"Kalian semester depan sudah skripsi ya?"

"Iya, Mi."

"Aduuh, senang Mami dengarnya. Andira, kamu ikut Bryan S2 di sana atau gimana, sayang?"

"Eh ... itu ... aku ..."

Bryan masih sibuk dengan makanannya dan hanya melirik sedikit. Dia tahu betul istri nya akan menolak untuk ikut.

"Udah pernah Bryan tawarin Mi, Dira nya gak mau."

"Terus kamu mau lanjut kuliah di sini? Atauㅡ"

Papa memotong ucapan Mami, "Andira bisa kerja di perusahaan Papa kalau belum mau lanjut kuliah."

"Oh, bagus itu malah."

"Tapi kok wajah kamu kayak sedih gitu sayang? Apa karena gak mau ditinggal Bryan pergi?"

"Mama ih, gak gituuu."

Bryan tersenyum kecil sambil mengelus punggung tangan Andira yang sedari tadi digenggamnya di bawah meja makan.

"Bryan gimana? Sudah daftar di Universitas mana?"

"Bryan kebetulan ada 2 pilihan Pa, jadi masih Bryan pertimbangkan mana yang lebih bagus."

Andira menarik lengan Bryan yang sedang minum dan membuat pemuda itu menoleh, isyarat mata si gadis seakan menyuruhnya mendekat. Entah apa yang dibisikkan Andira sehingga suami nya tiba - tiba tersedak hebat.

"SERIUS? UDAH BERAPA MINGGU??"

Orangtua mereka yang duduk di seberang sana hanya saling melempar tatapan bingung.

"Andira, kamu kenapa Nak?"

"I-Ituㅡ"

"Dia telat datang bulan." Bryan menjawab tanpa restu sang penderita.

"Apa?! Sejak kapan, sayang??"

Andira sebenarnya kesal karena situasi mendadak ricuh.

"Sebulan ...?"

Tanpa basa - basi mereka langsung mengantar si gadis naif itu ke dokter. Awalnya mereka semua ingin ikut, tapi Andira bersikeras tidak ingin ditemani siapapun kecuali subjek yang bertanggungjawab atas kondisinya tersebut.

"Lo kok diem - diem aja? Takut?"

"Takut apaan?"

"Kalo lo beneran ..." Bryan mengelus perutnya sendiri, gesture nya malah terkesan seperti orang lapar.

"Menurut lo aja, Tong? Kita masih punya 1 semester oke. Lo bayangin, masa gue masuk kelas bawa - bawa drum???"

"Bagus lah! Berarti habis ini gue bisa pamerin lo."

"Pa-Pamer apaan?!" Andira sudah siap menjitak si pembicara yang suka melantur itu.

"Ya memang kalo lo ditanya temen - temen, lo mau jawab apa selain jadi istri gue?"