[-17] Sakit

69 15 2
                                    

"Kamu itu sederhana. Tapi aku cinta."

-Rain-

***

Hari - hari berikutnya, takdir semakin mengejutkan saja. Aku memaafkan lelaki itu meski patah berkali - kali menghampiri. Otakku berkata tak perlu memaafkannya, nanti akan datang lagi lara dan kecewa. Namun hati berkata beri kesempatan sekali lagi saja, nanti kamu juga akan terbiasa.

Dan naasnya, aku memilih ikut kata - kata hati. Memaafkannya kembali, bercakap dengannya lagi, dan jatuh cinta padanya untuk yang kesekian kali.

Otak dan hati sering sekali memperdebatkan perkara yang seperti ini. Dan biasanya, hati yang selalu memenangi walau tahu pada akhirnya ada kecewa yang datang kembali.

"Rain!" Suara Cakra terdengar dari belakang selepas aku menginjakkan trotoar di depan sekolah. Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum. "Hai."

"Tumben berangkat pagi? Biasanya lima menit sebelum bel?" Tanyanya.

"Yeee gini - gini juga Rain bisa berangkat pagi tau!"

Ia terbahak, "iya deh iya."

"WOAHHHH, DUA SEJOLI BERANGKAT BARENG!" Teriakan alay Kiki menghebohi kelas ketika aku dan Cakra masuk bersama.

"ASIQUEEE NEMPEL TEROS!"

"MANJIW MANJIWWW, A WHOLE NEW WORLD...."

Cakra menepuk pundakku sebelum kami duduk di tempat duduk masing - masing. Mungkin itu sebuah salam perpisahan atau sebuah pamitan secara singkat.

"ADUHH PEGANG - PEGANG ASIQUEEE"

Dita tersenyum kecil dan aku duduk di sebelahnya. Anin di belakangku mencolek - colek bahuku diiringi tawanya yang tertahan.

"Apaan sih, orang cuma gasengaja ketemu di gerbang kok!" Ujarku menghadap ke belakang. Dinar sudah menutupi mulutnya dengan kedua tangan menahan tawanya. Aku bingung, apa lucunya hanya jalan bersama sampai kelas?

"Apa lucunya sih astaga?" Ujarku kesal.

Akhirnya tawa ketiganya meledak.

"Apaan?"

"Lucu aja gitu, kemarin batal boncengan, batal pakai baju biru kembar, sampai marahan, sampai kamu ngambek nggak jelas, telepon aku, terus sekarang kamu baikan sama dia." Anin menjawab diiringi gelak tawa.

"AKU GA PAHAM SUMPAH. APA LUCUNYA ASTAGA. GITU DOANG."

Ketiganya berhenti tertawa secara mendadak dan kompak.

"Yaudahlah, humor dia tinggi, nggak kayak kita - kita yang receh ini, ya nggak?" Tanya Anin.

Aku hanya diam dan menghadap ke depan. Apa lucunya sih Ya Allah.

Bel berbunyi, kegiatan kerohanian pagi selama lima belas menit serempak dilaksanakan. Kemudian, masuklah jam pelajaran.

"Bu Fitri nggak masuk, ada tugas. Suruh bikin 3 puisi temanya cinta, duka, sama keluarga." Kiki menyerahkan kertas kepada Anin selaku sekretaris. Gadis itu segera menuliskan tugas Bahasa Indonesia tersebut.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jun 28, 2019 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

RememberDonde viven las historias. Descúbrelo ahora