1. Takdir Katanya

448 44 12
                                    

Part 1

Takdir katanya


Hari ini Bienka dan Priyas mengurus acara Diesnat jurusan mereka, setelah membantu bidang logistic mengantar barang kembali ke sekre untuk sekedar duduk-duduk di depan kipas angin sambil menunggu Kinan datang. Kedua perempuan itu sedang sama-sama bengong sampai akhirnya salah satu dari mereka membuka suara.

"Yas, laper gak sih lu?"

Priyas menengok melihat Bienka yang menatapnya lelah sambil tetap menatap kipas itu sambil mendesah kesal, "Ya gausah ditanya lah Bin," katanya mengeluh lalu berguling kesana kemari. "Abis ini ke KFC yuk, pengen float," sambung Priyas ditengah-tengah tengkurapnya.

Bieka mengangguk angguk sambil mengibas –ibaskan PDH himpunan miliknya, berharap panas yang masuk ke celah –celah pakaiannya dapat keluar dan tergantikan oleh angin sejuk dari kipas angin, "Ya nantilah nunggu Kinan mau kagak dianya,"sambungnya dengan rendah dan lelah.

"DIMAS!"

Kedua perempuan itu menengok, suaranya cukup keras untuk mengalihkan perhatian semua orang. Padahal yang dipanggil bukan mereka berdua tapi tetap saja keduanya melengok keluar sekre melihat orang yang baru saja berteriak dan diteriaki. Kedua-duanya berada di luar sekre, ditengah-tengah pengelihatan Bienka dan Priyas yang teralihkan, Kinan datang menutupi pemandangan kedua temannya.

Kinan datang dengan buah tangan yang membuat kedua orang tersebut tertarik alisnya, termasuk dua orang lain yang sedang teriak meneriaki tadi. "Bienka, Priyas !", Kinan berteriak kemudian muncul begitu saja di pintu sekre sambil terengah engah, "Brosur kepanitian dari BEM-F, Techno Fest. Ikut yuk!"

Hari itu, mereka semua mulai mendaftarkan diri tepat dan mengirimkan formulir ke BEM Teknik saat itu juga, termasuk kedua orang yang sedang menjadi pusat pandangan Priyas dan Bienka sore itu.

---

"Makan yuk, Jeff –"

"Gabisa, Viona nungguin. Mau belanja bulanan sekalian makan."

Dimas memutar bola matanya malas, bisa-bisanya pemuda idaman gadis seluruh jurusannya itu malah bucin pada satu cewek dari FEB yang gak terduga dengan 360 derajat perbedaan kelakuannya dengan Jeffry. Dimas geram mengingat bagaimana pacar temannya itu lebih sering membully dirinya sampai kadang ia mau membuat propaganda agar Jeffry putus dengan Viona.

"Aelah, buceeen," keluhnya lalu mengeluarkan ponsel pintarnya, "Anterin gue dulu ke rumah dong, gue mau makan sama abang kalo gak adek gua aja. Tadi lupa gak bawa motor sendiri", omelnya sambil mengekor dibelakang Jeffry.

"Boleh tapi lo dibelakang ya, kan gue sama Viona di depan."

Dimas cuma bisa memohon semoga Viona sadar kalo Jeffry adalah pemuda yang suka menelantarkan temannya demi pacarnya. Loh sebenarnya, kalaupun Aviona sadar gak ada untungnya juga buat Dimas? Ah sudahlan, pokoknya kalau melawan Viona, Dimas bakal kalah telak.

"Halo sayangku! Eh, ada Adimas -Mas..a jomblo terus hehe," Viona masuk ke mobil sambil bergurau, ya memang seperti itu Viona. Dimas juga tidak tahu bagaimana Jeffry bisa mendapatkan Viona yang pecicilan tidak karuan begini. 

BAGAIMANA BISA?

"Apa sih vin, kelar gak tuh Akuntansi?", celoteh Dimas sambil mendorong kursi Viona dengan kaki panjangnya, "Jalan Jeff,  gamau gue lama-lama semobil sama ini cewek."

"HEH, tau diri lu! Yang numpang disini tuh elu!", bentak Viona kemudian memukul tulang kering Adimas, "Anyway, soal Akuntansi itu easy-things buat gue. Emangnya elu kalkulus minta tolong cowok gue mulu. Lo mending ambil les kalkulus sana, atau cari cewek Dim biar lebih semangat menjalani hidup."

Philophobia [Doyoung-Sejeong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang