Cerita emely*

735 39 0
                                    

"Maksud lo apa Mel?" tanya Riksa menatap Emely yang mulai tertunduk lagi.

"Malam ini. Tadi, Anta nggak nolongin gue Sa," jawabnya.

"Terus apa yang terjadi?" tanya Riksa karena di pikirannya saat ini yang nggak nggak.

Emely terlihat berat sekali untuk melanjutkan ceritanya. "Malam tadi, pas gue mau nemuin om om. Anta nggak datang, sampe gue di bawa masuk ke dalam kamar bareng om om itu. Pas om om itu masuk ke kamar mandi, gue berusaha kabur Sa. Tapi pas di luar ...." Emely kini menangis kembali.

Riksa membiarkan Emely untuk menangis dulu, Riksa memang penasaran. Tapi sepertinya, cerita kali ini agak sulit untuk Emely ceritakan.

"Pas gue keluar kamar, Anta cegat gue Sa. Dia ngelarang gue keluar dari kamar. Dia bilang 'lo nggak bisa buat Riksa jatuh cinta sama gue, lo gagal. Dan tadi Riksa nampar gue di depan umum, dia buat gue malu lagi. Dan lo harus nerima hukumannya, ini perjanjian kita'. Ucap Anta sebelum akhirnya pergi meninggalkan gue, bersama om om itu di kamar," lanjut Emely tersendu pilu.

Satu air mata lolos dari mata Riksa, entah cerita kali ini membuat mata Riksa memanas seketika. Riksa tidak tau, bahwa perlakuan egoisnya dapat membuat orang lain terluka.

"Lo punya perjanjian sama Anta?" tanya Riksa datar menatap Emely yang juga menatapnya.

Emely mengangguk. "Iya Sa. Gue di manfaatin, selama ini gue deketin lo juga karena gue harus ngebuat lo suka sama Anta. Anta ngancem gue bakal sebarin kalau gue sering di jual di club malam kalau gue nggak bantuin dia buat bikin lo mau balikan sama dia."

"Lo dapat jam tangan kan Sa? Itu jam tangan dari Anta, dia nyuruh kirim ke rumah lo. Tapi gue tau, kalau gue taruh nama Anta sebagai pengirimnya lo pasti nggak bakal terima. Makanya, gue nggak taruh nama pengirim disitu. Dan terima paket itu, lo pake dan Anta ngeliatnya. Dia puas dengan hasil gue. Namun nyatanya, dia nggak tau kalau lo nggak tau jam tangan itu dari dia, sampai akhirnya kejadian di kantin itu terjadi." Penjelasan yang sangat jelas bagi Riksa.

Riksa menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ingin rasanya Riksa memutilasi badan Anta dan di buang ke laut untuk di jadikan makanan pada ikan.

"Gue nggak nyangka, lo sampe tersiksa gitu karena gue Mel," ucap Riksa namun tetap menutup wajahnya dengan tangan.

"Lo jangan nangis Sa, gue udah biasa kayak gini. Maaf, kalau lo harus ikut tau bagaimana susahnya hidup gue. Nggak seharusnya, gue ketemu sama lo Sa, nggak seharusnya gue cerita semuanya sama lo Sa," ucap Emely yang ikut menangis.

"Gue, udah nggak suci lagi Sa, lo harus biarin gue pergi Sa. Lo jangan temenan sama gue." lanjut Emely lagi.

Riksa membuka kedua tangannya, menampilkan wajah cantiknya yang sedang menangis.

"Jadi, foto yang di mading itu. Lo di foto Snta?" tanya Riksa.

"Bukan Sa, itu maya yang foto. Maya juga sering ke club malam bareng pacarnya."

Riksa menarik nafasnya, kemudian dia hembuskan perlahan. Riksa menghapus jejak air matanya yang masih tersisa.

"Lo nggak usah balik kerumah lo Mel. Lo tinggal aja di rumah gue," ucap Riksa sembari memegang kedua bahu Emely.

"Nggak Sa, gue nggak pantas tinggal bareng elo." Emely menggeleng kuat.

"Nggak papa Mel, ortu gue sangat jarang di rumah. Kakak gue, seorang dokter dan harus piket di rumah sakit setiap hari. Gue kesepian di rumah, kak Ayu pasti setuju kalau lo tinggal di sini."

Emely hanya terdiam mendengar ucapan Riksa, sebenarnya dalam hati Emely juga mau. Tapi takut merepotkan Riksa.

"Nggak kok Mel, lo nggak akan merepotkan gue sama sekali. Lo akan merepotkan gue kalau lo keluyuran di luar sana," ucap Riksa sekali lagi meyakinkan.

"Iya deh Sa, tapi gue bakal nyari pekerjaan Sa. Kalau gue udah dapat, gue bakal nyari kos kosan. Please, jangan larang gue Sa," jawab Emely yang langsung di angguki oleh Riksa.

"Oke, sekarang kita tidur yah. Besok kita harus sekolah."

🔴🔵🔴🔵🔴🔵🔴🔵🔴🔵🔴
Kasihan yah si emely😢

AntaRiksa [Tersedia Versi Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang