pelajaran pertama

28.6K 1.3K 28
                                    

_1_

_Ustadz pribadi_

Terus tenggelam dalam perasaan bukanlah sebuah pilihan, melainkan sebuah keadaan dimana akan membuatmu jatuh dan larut dalam kesedihan, dan membiarkannya berlama-lama tak baik untuk kesehatan.

Adnil_

Aku masih berkutik dimeja belajar dibalik tirai pembatas dengan ustadz pengajarku. tirai pembatas tapi masih nerawang. Sama saja, kan! Bohong.

Ustadz pengajarku ya, itu-itu saja tidak ganti, kenapa? Karena aku murid khusus, jadi semacam prifat gitu biar belajarnya cepat, tidak lama, lagi pula waktuku cuma satu tahun disini.

Iyya disini, di salah satu pondok pesantren ternama di jawa . Ayah mau aku belajar agama dan ini dadakan, kuliahku jadi BSS.

Masih dipertanyaan pertama, bagaimana cara beriman?, squel materinya sekarang tentang tauhid (mempelajari kedekatan dengan Allah), ustadznya nanya balik, lucu, kan..!! Hhh..

"Sudah tau rukun iman kan?"
Aku mengangguk pasti, berharap ada jawaban lain selain itu, tapi nihil.

'ah ustadznya gak asyik, juteks, gimana bisa belajar?' deruhku yang mulai kesal.

tapi tak lama kemudian akhirnya ustadz jutek itu berbicara,
"Seseorang dikatakan beriman ketika dia mampu mencintai Rasulullah dan Allah melebihi ibu, anak, dan keluarganya (hambanya yang lain)."

"Ustadz bisa ajari Agatha mencintai Allah?"

"Saya pun belum tentu mencintai Allah, Agatha."

"ustadz ... Bagaimana jika kita mencintai makhluk Allah melebihi Allah?" tanyaku selanjutnya.

"Allah akan cemburu Agatha." Masih dengan pandangan berpaling, dengan alasan menjaga pandangan.

"Saya pernah mencintai seseorang, bahkan sangat mencintainya. bagi saya dia adalah segalanya, namun ayah tak merestui hubungan kami, karena bagi ayah dia bukan orang baik-baik, dia anak motor yang brutal, tak berpendidikan, tapi ayah tak pernah tau betapa baiknya kafani, betapa pintarnya Kafani yang membuat saya sampai terkagum-kagum," keluhku seolah curhat masa lalu.

Entah kenapa kalimat panjang itu lolos begitu saja dari mulutku seolah melupakan bahwa didepanku ini adalah guruku.

" sekarang dia kemana?" tanya ustdz fadly mulai kepo namun tetap dengan tampang datarnya.

"Entah ... ngilang tiba2 semenjak ayah mengusirnya."

jadi curhat gini, kan aku, hhh.. tp bahagia kalo cerita soal kafani. selalu.

Yah ayah mengusirnya....

Tepat dua tahun yang lalu. ayah menamparnya di hadapan keluargaku. entah rasanya sakit banget melihatnya ditampar ayah. aku tak menyangka ayah yang aku kenal lembut selembut kapas itu bisa menamparnya yang dibuat marah olehku.

Ayah pun melarangku keluar kamar selama dua minggu. aku ciut seketika, rasanya aku tak ingin hidup, namun berbekal kata yang Kafani ucapkan sebelum dia pergi karena di usir ayah, 'Agatha aku akan kembali memperjuangkanmu, dan kamu harus bertahan'.

Dua minggu berlalu. akhirnya aku bebas dari hukuman Ayah. aku masih ingat sekali masa-masa perjuanganku demi Kafani, hari-hari terus mengintaiku, namun tak kutemui Kafani sekalipun, aku tak menyerah mencari jejak Kafani.

Berat. sangat berat menahan rindu yang begitu menggebu. mengapa Kafani tak menemuiku?, apakah dia tak merindukanku?, harusnya dia mencariku.

Ketika hasrat ingin menyerah namun tak berhasil, karena rasa percaya yang begitu besar pada Kafani, bahwa Kafani akan kembali.

Ustadz Pribadi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang