2. The Champagne Gold ( HifuDo )

1.5K 127 22
                                    

Hypnosis Microphone Fanfiction ;

Hifumi Izanami x Doppo Kannonzaka

Yandere! Hifumi, Tragedy, Rate M

____________________________________

"Hifumi-kun!"

Mendengar namanya dipanggil, lantas pemuda bersurai pirang menoleh dengan senyuman manis tercetak pada wajahnya yang tampan. Membuat para wanita yang memanggilnya memekik girang.

Langkah kakinya dipercepat, dia sudah tidak bisa berlama-lama lagi. Tidak ada waktu untuk mengurusi wanita-wanita kurang belaian yang suka menggoda untuk 'menyewa' dirinya.

Hampir saja Hifumi khilaf karena seorang wanita bertubuh seksi memasukkan obat perangsang ke dalam minumannya saat di bar tadi, untung saja ia hanya minum sedikit.

Untuk kesekian kalinya, Hifumi menghela nafas.

Kali ini ia tidak boleh terlambat.

"Doppo-chin!"

Di hadapannya, seorang pemuda bersurai merah tampak membaca bukunya dengan tenang. Wajah mengantuknya menoleh padanya, tersirat senyuman tipis pada bibirnya yang ranum.

"Hifumi-kun, kau datang?"

Hifumi mengangguk, ia mendekati pemuda itu dan duduk di depannya. Tatapannya menatap lurus pemuda yang menurutnya manis itu.

Perlahan, ia tarik kedua tangan yang tadi sibuk memegang buku dan menggenggam tangan si pemuda merah dengan erat. Mengaitkan jarinya di antara jari-jari pemuda itu.

Doppo memasang tampang heran, sedikit dimiringkan kepalanya. Hifumi tersenyum lebar.

"Jadilah pacarku."

[ ● ]

Tidak, ini buruk.

Doppo tidak tahu kalau semuanya akan jadi seperti ini.

"Doppo-chin?"

Bukannya mendekat, kedua kakinya justru membawanya mundur. Punggung rapuhnya menabrak dinding kokoh di belakangnya.

Doppo benci ini.

"Hi-Hifumi-kun.."

Hifumi menggelengkan kepala, senyuman masih tertera pada wajahnya. Namun hanya tatapannya yang berbeda dari biasanya, tak ada pancaran cahaya di kedua manik tersebut. Dingin. Kosong. Hampa.

"Jangan takut, Doppo-chin. Aku tidak akan menyakitimu."

Kali ini, Doppo yang menggeleng.

Prangg

Pendengarannya rasanya mau pecah. Hifumi baru saja menjatuhkan sebuah piring kaca dengan sengaja dan serpihannya mengenai punggung kakinya yang telanjang, tetesan darah muncul dari kulit pucat.

Sudut bibir si pirang naik, seringai terpampang cantik di wajah Hifumi.

Doppo ketakutan.

Bukan ini yang diinginkannya.

[ ● ]

Malam dingin menyapa, menggantikan senja yang hangat.

Sang surya mempersilakan sang dewi menguasai langit.

Layaknya Doppo yang mempersilakan Hifumi untuk merobek pakaiannya secara paksa.

"Hifumi-kun.."

Seakan tuli, Hifumi terus menanggalkan pakaian si merah sampai tubuhnya tak tertutupi sehelai benangpun. Meski Doppo sudah meronta dan memohon, pikirannya terpenuhi kabut nafsu yang dikuasai oleh setan di dalam dirinya. Setan yang sepenuhnya berkuasa atas dirinya malam ini. Yang bersemayam di dalam tubuh Hifumi selama ini. Ia bangkit, untuk memuaskan nafsunya. Nafsu liar yang hanya menginginkan satu orang, yaitu pemuda yang tengah menangis di bawah kungkungannya.

Hifumi mendekat, lelehan air mata Doppo dijilatnya. Tangisan Doppo semakin menjadi kala Hifumi melebarkan kedua kakinya.

Doppo menggeleng lemah.

"Hentikan ini, Hifumi-kun.."

Hifumi menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Doppo yang beraroma manis. Ia tersenyum, tatapannya menusuk manik kehijauan milik Doppo yang sedang terlentang lemas di atas ranjang miliknya. Telapak tangan yang lebar dan hangat dibawanya ke dada dan turun ke perut datar Doppo perlahan. Mengusapnya lembut, menikmati kelembutan kulit yang begitu ingin dicicipinya. Bagaimana rasanya jika ia menjilatnya dan memberikan beberapa tanda di sana, ia begitu penasaran.

"Jadikan malam ini hanya milik kita berdua, Doppo."

Bisikan rendah itu begitu menghipnotis Doppo, sampai ia tidak menyadari betapa sakit lubangnya yang disodok paksa sebelum ia menjerit kencang.

Malam itu, benar-benar menjadi milik keduanya, seutuhnya.

[ ● ]

"Doppo-chin, jangan abaikan aku,"

Bibir Hifumi mengerucut, membuat wajahnya tampak seperti anak kecil kehilangan mainan.

Di tangannya terdapat segelas sampanye yang belum diminum setetes pun. Ia memandangi pantulan dirinya pada cairan berwarna coklat keemasan itu.

Dirinya tersenyum penuh arti, lalu menatap Doppo yang sedang terbaring di atas ranjang.

Wajah cerianya seketika berubah muram.

"Doppo-chin? Kau tidak mau minum sampanye?"

Ia mendekati ragu-ragu, terbesit rasa cemas saat melihat kedua manik Doppo yang terpejam. Hifumi mendesah.

Sejak semalam dimana Hifumi memperkosanya, Doppo tak kunjung bangun dari tidur. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, biasanya jam segini pemuda merah itu akan menyiapkan sarapan sederhana untuknya.

Namun tidak untuk saat ini. Atau mungkin untuk kedepannya.

Hifumi tersenyum, lagi.

Ia mendekatkan gelas itu ke bibirnya, dan menyesap sampanye hingga tersisa setengah. Mengecap rasa pahit dan manis di lidahnya.

Kedua maniknya terpejam menikmati rasa yang dikecapnya.

Sama halnya dengan dirinya yang sangat menikmati perlakuannya pada Doppo semalam. Seks yang begitu hebat dan menggairahkan. Akhirnya ia dapat melakukannya dengan kekasih yang begitu dicintainya.

Kelopak mata Hifumi terbuka, ia kembali menatap Doppo di sampingnya.

Wajahnya sendu saat tatapannya menuju perut Doppo yang tertancap sebilah pisau. Darah mengotori seprai beserta tubuhnya sendiri.

Ia meneguk sampanye sekali, dan mencondongkan tubuhnya ke arah Doppo. Bibirnya menyapa bibir merah Doppo yang sedikit terbuka, melumatnya sebentar sebelum memasukkan cairan sampanye ke dalam mulut pemuda itu.

Seringai tipis menempel pada bibir Hifumi yang basah.

"Sampanye ini hanya untukmu, Doppo. Kekasihku yang paling ku cintai."

"Kau milikku seutuhnya, tak peduli pada dunia yang mengasingkanmu ini. Hanya bergantung padaku, dan hidupmu akan tenang sampai maut menjemputmu dengan manis."

fin.

______________________________

Written by ; Vee

Oneshots Time [OPEN REQ]Where stories live. Discover now