“Perlu bantuan?”
Hinata mengangkat wajahnya, menatap perempuan yang berdiri di hadapannya. Mahasiswi Fakultas Ekonomi semester akhir itu memamerkan senyuman malaikatnya. “Tidak, terima kasih,” jawabnya singkat. Dan kembali berkutat dengan tugas kuliahnya.
“Sungguh, kau tidak memerlukan bantuanku?”
Helaan nafas pendek Hinata terdengar. “Tidak.” Ia lantas menatap salah satu seniornya itu dengan tatapan intens. “Lagipula, niatmu membantuku adalah agar aku mau membantumu mendekati kakak sepupuku, ‘kan?” gumam Hinata nyaris tak terdengar.
Tak lama setelahnya, Hinata mendengar suara kursi yang berderit. Mahasiswi genit itu meninggalkannya. Tapi, siapa yang peduli? Hinata menghela nafas. Kejadian seperti ini sudah sering terjadi. Beberapa seniornya di Universitas Tokyo memang menawarkan bantuan, dalih agar mereka bisa dekat dengan kakak sepupu Hinata yang merupakan seorang eksekutif muda.
Hal ini tidak akan pernah terjadi kalau Neji, kakak sepupu Hinata, tak mengantarkannya untuk mendaftar sebagai mahasiswa di Universitas Tokyo tiga setengah tahun silam. Entah merupakan berkah atau musibah, banyak mahasiswi seniornya yang berlaku baik padanya. Ya, walaupun alasan lain dari mereka adalah meminta nomor ponsel Neji.
Terkadang Hinata merutuki dirinya yang saat itu dengan bodohnya ataukah polosnya meminta tolong pada Neji agar membantunya melakukan pendaftaran. Oke, pendaftarannya memang berjalan lancar. Tetapi, efeknya baru terjadi setelah enam bulan berlalu. Banyak sekali senior yang mendekatinya, menyuruhnya memperkenalkan kakak sepupunya itu pada mereka.
Astaga! Mereka tidak tahu kalau Hinata sudah merasa gila. Ia merasa seperti dikejar-kejar oleh ribuan lintah yang selalu menempel pada tubuhnya, tanpa bisa dilepas dengan mudahnya.
“Halo, alien,” sapa si bungsu Uchiha yang langsung duduk di depan Hinata.
Untuk kesekian kalinya, Hinata mendengus kasar. Mendongak, ia mengulas senyum penuh keterpaksaan. “Halo, tiang listrik berjalan,” balas Hinata malas.
“Kalau kau perlu bantuanku, katakan saja.”
Hinata mendecih, lalu tertawa renyah. “Ayolah, kau dan aku beda fakultas. Bagaimana kau bisa membantuku?”
“Aku jenius, Hyuuga.”
“Percaya diri sekali kau, Uchiha.” Hinata menatap geli pemuda yang sudah menyelesaikan kuliahnya tahun lalu tersebut.
“Nilai IPku sangat tinggi, itu membuktikan bahwa aku sangatlah jenius,” kata Sasuke bangga. “Memangnya dirimu apa?” Ia memandang mengejek ke arah juniornya yang terkenal acuh tak acuh pada orang lain.
“Apa maksud perkataanmu itu, huh? Kau mengataiku bodoh?”
Sasuke mengendikkan bahunya. “Aku tak mengatakan kau bodoh, hanya saja aku yakin kalau aku jauh lebih jenius daripada kau.”
“Dasar tiang listrik sialan,” rutuk Hinata pelan. Daripada ia meladeni seniornya yang menyebalkan itu, lebih baik ia segera menyelesaikan tugas kampusnya yang akan segera dikumpulkan besok lusa.
“Kak Sasuke?” Ino dan Shion menghampiri Sasuke yang duduk berhadapan dengan Hinata di sebuah bangku yang berada di sudut ruang perpustakaan. “Sedang apa Kakak di sini?” Shion bertanya dengan nada ketus. Ia masih kesal dengan kakak sepupunya itu yang entah sengaja atau tidak menghapus koleksi gamenya yang baru diketahuinya tadi pagi.

ESTÁS LEYENDO
One Shot SasuHina (Sasuke Uchiha x Hinata Hyuuga)
De TodoKumpulan cerita SasuHina. SasuHina milik Masashi Kishimoto. Cerita ini milik Azurdium.