Part 3

1.1K 134 3
                                    

"Aku tak bisa melewatkan makan pagi di rumah paman dan bibiku. Jadi aku akan makan siang saja denganmu. Oke?"

"Baiklah hyung. Aku akan makan siang dirumah saja kalau begitu. Sampai nanti hyung."

Tut..

Woohyun menghubungi Myungsoo pagi-pagi sekali dari kediaman keluarga Bae. Rencananya untuk sarapan di tempat Myungsoo dan langsung kembali ke Gyeonggi tak berjalan sesuai harapan. Paman dan bibinya berhasil menahannya untuk sarapan bersama. Ditambah lagi dengan rengekan Sooji dan ekspresi memohon dari Soomi, Woohyun pun tak bisa berkutik.

Dia memang tidak sedekat itu dengan Soomi, tapi bagaimanapun dia juga tetap adik baginya. Dulu memang Sooji yang lebih sering bermain dengannya. Sedangkan Soomi lebih suka membaca buku di kamarnya atau bermain piano. Meski begitu Woohyun tetap menyayangi Soomi seperti dia menyayangi Sooji.

"Oppa.. Sarapan sudah siap. Ibu memanggilmu." Sooji muncul begitu saja tanpa mengetuk pintu.

"Ish.. Bagaimana jika aku belum berpakaian? Kebiasaanmu tak pernah berubah Sooji. Itu tidak baik." omel Woohyun.

Suzy meringis sambil bersedekap. "Aku tau oppa sudah siap sejak pagi. Jadi aku tak khawatir jika oppa belum berpakaian. Lagipula aku sudah pernah melihat oppa telanjang saat kecil."

"Astaga! Kau dan mulutmu!" Geleng Woohyun sambil keluar kamar dan menuju ruang makan. "Bagaimana kau akan dapatkan kekasih jika seperti ini? Bisa-bisa kau akan jadi perawan tua."

"Yya! Oppa! Kau menyumpahiku ya?" teriak Sooji. Yang hanya dibalas gelak tawa oleh Woohyun yang sedang menuruni tangga.

Sesampainya di ruang makan, wajah Sooji masih saja terlihat kesal pada Woohyun. Hal itu tak luput dari pengamatan Ny. Bae.
"Kalian bertengkar lagi? Ibu menyuruhmu memanggil oppa mu untuk sarapan. Bukan untuk bertengkar Sooji."

"Dia yang menggodaku bu, oppa menyumpahiku akan jadi perawan tua." adu Sooji. Yang hanya direspon dengan gelengan kepala tegas oleh sang ibu. Sooji langsung terdiam dan memulai sarapannya masih dengan wajah tertekuk. Sementara Tn. Bae hanya terdiam sambil menikmati kopinya.

"Selamat pagi semua. Maaf aku terlambat." Soomi yang hari itu terlihat sangat cantik mengenakan dress selutut berwarna putih dengan lengan sabrina menuruni tangga dengan senyum mengembang.

"Tidak sayang. Kami belum mulai. Ayo duduk." Ny. Bae menarik kursi di sebelah kanannya.

Sementara Sooji duduk dihadapannya. Di sebelah kiri Sooji, Woohyun mendongakkan kepala menyambut Soomi di meja makan dengan senyuman.

Hidangan sarapan di keluarga Bae layaknya makan siang. Mereka semua terbiasa sarapan dengan menu lengkap. Nasi, sayur dan lauk. Ditambah buah dan susu juga. Semua kebiasaan sehat ini mulai benar-benar dijaga Ny. Bae sejak Soomi mendapat perawatan terkait penyakitnya. Dia memastikan seluruh keluarganya mendapat gizi yang cukup untuk selalu menjaga imunitas tubuh mereka.

"Bagaimana kabar ibumu Woohyun?" suara Tn. Bae memecah keheningan di ruang makan yang sedari tadi hanya terdengar bunyi denting alat makan beradu.

"Ibu baik-baik saja paman. Ibu juga menitipkan salam untuk kalian semua." jawab Woohyun sambil melihat ke arah Tn. Bae yang duduk di kursi kepala keluarga, lalu beralih ke arah Ny. Bae yang berada di sebelah kanannya.

"Bibi, Ibu bilang Bibi sesekali harus melihat taman bunga kami. Ibu yakin bibi akan sangat senang." lanjut Woohyun sambil kembali melahap nasinya.

"Ish.. Ibumu itu paling pandai jika membuatku iri. Bagaimana dia bisa bilang begitu saat aku bahkan tidak bisa meninggalkan anak-anakku." jawab Ny. Bae sambil meletakkan potongan daging panggang yang telah dilumuri bumbu barbeque di atas piring Woohyun. Woohyun terlihat senang. Karena diakuinya daging panggang buatan bibinya ini sangat enak.

Meaning Of LoveWhere stories live. Discover now