[29] Secret

5.3K 444 14
                                    

Jimin, Hyeran, dan Seulmi berbincang akrab. Sudah hampir 30 menit Hyeran sibuk dengan Seulmi tanpa mempedulikan kehadiran Jimin dan membuat pria itu kesal.


"Sebenarnya Hyeran menganggapku apa?" Jimin bergumam dalam hati.

"Jadi kalian berpacaran mulai hari ini? Hebat sekali." Seulmi memandang Jimin dan Hyeran bergantian. "Kalian segera menikah saja!"

Perkataan Seulmi sukses membuat terkejut Jimin dan Hyeran.

"Eomma!" Jimin membelakkan matanya.

"Apa? Eomma tidak salah kan? Sudah saatnya kalian menikah!"

"Tapi kami baru aja ingin menikmati status yang baru." Jimin tidak mengerti pola pikir ibunya. Baginya itu terlalu kuno dan keputusan sepihak yang cukup menyebalkan.

"Kalian bisa menikmatinya ketika menikah, eomma dan appa juga menikah terlebih dahulu."

"Tapi ini bukan jamannya eomma." Jimin menatap ibunya datar. Benci saja jika ibunya mulai ikut campur.

"Eommonim!" Seseorang datang membawa sebuah kotak kecil.

"Ya Minha!" Jimin terkejut. "Kenapa kau disini?"

"J-Jimin? Ya! Sejak kapan kau disini?" tanyanya balik. Wanita yang dipanggil Minha itu reflek menyembunyikan kotak yang tadi dipegangnya.

"Ya, apa yang kau sembunyikan?" Jimin menatap kotak kecil itu dengan raut wajah penasaran.

"Tidak, tidak ada yang aku sembunyikan. Apa kau tidak merindukan aku?" Minha berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Tentu saja aku merindukan kalian. Kapan kau pulang dari Bangkok?" Jimin memeluk Minha sebagai tanda penyambutan.

Minha tersenyum kaku. "Beberapa minggu lalu bersama Eommonim."

"Jadi kalian di Seoul sudah selama itu? Kenapa tidak mengabariku?" Jimin memandang Seulmi dan Minha bergantian.

"Kami ingin melakukan.." ucapan Minha terpotong.

"Emm Jimin, bisa tolong ambilkan tas Eomma di mobil? Kurasa eomma lupa mengambilnya." Potong Seulmi menatap Minha.

"Kebiasaan eomma belum hilang sepertinya, selalu saja melupakan barang penting. Hyeran ah, tolong temani aku."

"Baiklah oppa." Hyeran yang sedari tadi hanya memperhatikan akhirnya keluar bersama Jimin.

Setelah dirasa aman, Seulmi mendekati Minha. "Kau hampir saja mengungkapkan semuanya! Dasar bodoh."

"Maaf eommonim, aku tidak sadar. Aku datang membawakan ini.." Minha memberikan kotak kecil yang sedari tadi disembunyikannya.

"Apa ini?" Seulmi mengambil kotak kecil tersebut.

"Cincin peninggalan abeonim."

"Jinyoon memberikan ini padamu?" Seulmi ingin melihat cincin tersebut.

"Eomma!" Jimin memanggil Seulmi dan Seulmi bergegas menyembunyikan kotak tersebut.

"Kita bicarakan lagi nanti." bisik Seulmi lalu kembali ke tempat duduknya semula.

"Tasnya tidak ada ahjumma." Hyeran ikut mendekati Seulmi.

"Ah, mungkin ada di kamarku, nanti aku cari." Jawab Seulmi terkekeh.

"Eomma berbohongkan?" Jimin sangat memahami sifat ibunya. Ibunya itu cukup keras kepala seperti Jimin, jika barangnya belum ditemukan ibu Jimin ini pasti akan meminta Jimin terus mencarinya.

"Tadi aku lihat eomma menyembunyikan kotak yang dibawa Minha, itu apa eomma?"

"Ah, emm b-bukan apa-apa sayang! Lebih baik kau antar Hyeran ke kamar, ia pasti lelah!" Seulmi berubah gugup.

"Emm, kalau begitu aku ke dapur dulu.." Minha bergegas pergi. Tak mau ikut diinterogasi dan akhirnya merusak semuanya.

"Aneh.. Kenapa mereka menghindariku?" Jimin menatap Hyeran. "Kau lelah?"

Jimin merapikan rambut Hyeran yang sedikit berantakan.

"Kajja kita ke kamar." ucap Jimin menggodanya.

"Oppa! Ada eommamu disini!" Hyeran memelankan suaranya.

"Kajja, kita melakukan sesuatu di kamar!" Jimin menggendong Hyeran tanpa aba aba dan membuat Hyeran terkejut.

"Oppa! Turunkan aku!" Hyeran memukul pelan punggung Jimin.

"Dasar anak jaman sekarang, ibunya sendiri tidak dianggap!" Seulmi bangkit berdiri dari posisinya. "Mereka semakin cocok. Beruntung aku menyuruh Min Sihyuk mengeluarkan Hyeran dengan alasan kekurangan dana."

[]

WILL YOU PROMISE? [약속 하시겠습니?] | PJM ✔Where stories live. Discover now