44. Waktu Yang Salah

2.9K 474 38
                                    

'Gue bakal pindah ke Australia bareng (Namakamu).'

Iqbaal terisak. Pria itu menyangga kepalanya yang terasa berat dengan satu tangannya. Semua terasa semakin mustahil untuk di lakukan. Mengapa ia harus menjadi pria yang takut akan resiko buruk? Bukankah seharusnya ia sudah bahagia bersama (Namakamu) sekarang seandainya ia lebih berani dan tidak terus ragu untuk mengambil tindakan.

Manik mata hitamnya mengarah pada sebuah pigura foto berisikan foto (Namakamu) yang selalu menjadi favoritnya.

Manik mata hitamnya mengarah pada sebuah pigura foto berisikan foto (Namakamu) yang selalu menjadi favoritnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Senyuman bahkan tawa (Namakamu) seketika berputar di kepalanya. Semua kenangannya bersama (Namakamu) berputar bak sebuah film dokumenter. Awal pertemuannya, semua kenangan indahnya, hingga akhirnya kemarahan (Namakamu) padanya.

Iqbaal tahu, selama ini ia selalu menyakiti (Namakamu). Dan sekarang saat ia ingin memperjuangkan kembali gadis itu, ia malah di hadapkan dengan kenyataan tentang perpisahan.

"Gue bakal tetep perjuangin lo, (Nam...). Kalo seandainya lo bukan buat gue, seenggaknya gue pernah bikin lo bahagia dan pernah perjuangin lo." Gumamnya.

Dengan waktu yang tersisa, biarkan Iqbaal memberikan kenangan manis untuk (Namakamu), sebelum nantinya ia harus merelakan (Namakamu) pergi.

🍃🍃🍃

(Namakamu) mengerutkan dahinya saat menemukan Iqbaal dengan motornya di depan pagar rumahnya. Dengan segera, ia melangkahkan kakinya mendekati Iqbaal yang tersenyum lebar ke arahnya. Sebelah alisnya terangkat.

"Tumben bawa motor?" Tanyanya seraya menerima helm yang Iqbaal sodorkan padanya.

Iqbaal berpikir sejenak. "Biar... bisa modus?" Tanya Iqbaal untuk memastikan.

(Namakamu) tertawa. Ia segera memakai helmnya dan mendekati motor Iqbaal. "Motor lo ketinggian. Pendekin dikit."

"Lu kata motor gue apaan seenaknya minta di pendekin. Sini gue bantuin."

Iqbaal mengulurkan tangannya. Pria itu menatap (Namakamu), meyakinkan agar gadis itu menerima uluran tangannya. Dengan segera, (Namakamu) pun meletakkan tangannya di atas tangan Iqbaal yang refleks menggenggam tangannya dan menaiki motor Iqbaal dengan hati-hati.

"Baal, udah. Sekarang lepasin tangan gue." Ucap (Namakamu) seraya berusaha menarik tangannya dari genggaman Iqbaal. Namun Iqbaal malah mempererat genggamannya dan menarik tangan itu masuk ke dalam saku jaketnya.

"Biar nggak kedinginan." Ucap Iqbaal seraya menarik tangan (Namakamu) yang satu lagi dan ia masukkan ke dalam saku jaketnya.

(Namakamu) terdiam sejenak. Perlahan ia menyandarkan kepalanya di pundak Iqbaal. Ia tersenyum seraya melirik Iqbaal yang juga sedang meliriknya. Kedua tangan (Namakamu) semakin melingkari pinggang Iqbaal.

𝐊𝐈𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐊𝐄𝐂𝐈𝐋 𝐇𝐀𝐓𝐈𝐊𝐔 ✔Where stories live. Discover now