#8

3.8K 405 67
                                    

Pagi ini Fatir bersiap untuk lari pagi. Sudah lama ia tak berolahraga. Rasanya tubuhnya mulai terasa berat. Ia sudah siap dengan pakaian olah raga khususnya. Ia keluar rumah jam setengah enam pagi. Udara masih sangat bagus untuk di hirup dalam-dalam

Fatir lari mengitari komplek dan berakhir di taman. Keringat mulai mengucur dari tubuhnya. Ia membeli air mineral pada pedagang kaki lima dekat taman. Ia teguk hingga tinggal setengah. Fatir duduk sejenak. Mencoba mengatur nafasnya agar stabil.

"Bang Fatir?" Fatir langsung menoleh kaget.
"Faris?" Faris nyengir dan ikut duduk di samping Fatir.
"Ngapain, bang?" Tanya Faris.
"Lari pagi nih, kamu?"
"Biasa bang, kalau masih muda ya harus banyak-banyak olah raga, biar badanku keren, hehehehe." Fatir terkekeh mendengar jawaban Faris. Mereka pun terus mengobrol hingga Faris lupa waktu.

"Faris!!" Teriak seseorang. Faris dan Fatir tersentak kaget. Faris langsung bangun begitu tahu siapa yang teriak. Fatir sama kagetnya begitu melihat Fira di sana.
"Fira?" Faris langsung menoleh ke arah Fatir. Fira melongo melihat Fatir bersama dengan adiknya.
"Kalian...." Faris masih bingung. Bagaimana mungkin kakaknya bisa kenal dengan Fatir mantan guru ngajinya dulu.
"Mbak, kenal bang Fatir?" Tanya Faris. Fira mengangguk pelan. Faris menatap Fatir. Fatir pun melakukan hal yang sama.

"Kok bisa?"

Akhirnya mereka duduk bersama. Walau jarak duduknya jauh antara Fatir dan Fira. Faris mengangguk-angguk begitu mendengar penjelasan mereka berdua. Faris bahkan menahan tawanya karena mereka seperti di pertemukan dengan cara yang unik.

Selesai perbincangan. Fira dan Faris pamit pulang. Karena mereka harus pergi dengan keluarganya ke rumah paman dan bibi. Fatir melambaikan tangan setelah membalas salam.

Fatir menahan nafas, kenapa Fira begitu terasa dekat dengannya tapi nampak jauh untuk diraih?

🍃🍃🍃🍃

Fira terus menerus melirik Faris di dalam mobil. Faris menahan kekehannya.
"Apa sih mbak? Kalau ada yang mau di tanya, tanya aja kali, nggak usah malu?" Tanya Faris sembari terkekeh. Fira melotot. Umi dan Abi hanya mendengarkan mereka.

"Emang ada apa, Fira?" Tanya umi.
"Nggak ada apa-apa umi. Faris aja tuh nggak jelas."
"Yakin aku nggak jelas, mbak?" Tanya Faris lagi. Fira yang kesal langsung mencubit paha adiknya dengan gemas. Faris harus menahan teriakannya.
"Sakit, mbak!" Faris langsung mengusap pahanya yang pasti sekarang berwarna biru.
"Makanya, jangan banyak tingkah!" Faris buang muka kesal. Fira pun sama. Akhirnya sepanjang jalan mereka saling diam satu sama lain. Umi dan Abi hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Perjalan terus berlanjut. Hingga Abi berhenti di pom bensin. Fira terbangun dari tidurnya. Ia ingin ke toilet.
"Bi, Fira ke toilet ya, kebelet." Abi mengangguk. Fira buru-buru turun dari mobil dan lari ke dalam toilet umum.

Seperginya Fira. Umi dan Abi langsung menatap Faris. Faris sudah tahu apa yang akan Abi dan umi tanyakan.
"Apa?" Tanya Faris sembari melipat kedua tangannya di dada.
"Jelaskan, kenapa dengan mbak mu?" Tanya umi.
"Berani berapa?" Tawar Faris. "Aww...!" Jerit Faris sembari memegangi telinganya.
"Berani sama orang tua?" Tanya abi. Faris buru-buru menggeleng.
"Canda, Abi."
"Pantas bercanda sama orang tua? Saat orang tua sedang serius?" Tanya abi lagi. Faris manyun.
"Enggak, Abi." Umi menahan tawa melihat Faris yang biasanya sok cool kini nampak ketakutan.
"Umi kalau mau ketawa, ketawa aja kali, nggak usah di tahan." Umi yang dengar itu seketika tertawa terbahak-bahak. Abi yang dengar itu langsung menegur umi.

"Istighfar, umi." Umi langsung menutup mulutnya.
"Umi, tertawa boleh, tapi jangan berlebihan. Kita tidak tahu malaikat mana yang sedang mencatat amal kita. Kita bahkan tidak tahu setelah umi tertawa apa yang terjadi. Lebih baik umi banyak-banyak beristighfar, janganlah suka...."
"Berlebihan...." Semua orang menatap Fira yang masuk ke dalam mobil dan duduk manis di samping Faris.

Abi menghela nafas dan mengusap kepala umi dengan sayang. Kalau tidak anak-anak mungkin sudah di kecup.
"Abi bicara seperti ini karena Abi sayang sama umi." Umi tersenyum dan mengambil tangan abi. Mencium punggung tangan abi dengan khidmat.
"Terima kasih, Abi." Abi tersenyum. Sementara kedua anaknya harus rela menyaksikan pemandangan super romantis di depannya.
"Sabar, mbak," bisik Faris. Fira langsung melotot. Faris menahan tawanya.

🍃🍃🍃🍃

Fatir nampak merenung di kamarnya. Sebuah buku fiqih yang ada di tangannya tak sempat ia baca. Pikirannya melayang membayangkan Fira. Sungguh dosa Fatir. Namun, pikirannya tak bisa ia kendalikan. Akhirnya, Fatir menyerah. Ia meletakkan buku fiqihnya dan beranjak turun dari kamar. Ia ingin menemui Abah dan sharing tentang apa yang ia rasakan.

Di ruang tamu tak ada siapapun. Fatir ke ruang dapur. Hanya ada umi. Fatir duduk di sana. Umi menatap anaknya yang nampak murung.
"Kenapa, Fatir?" Tanya umi yang ikut duduk samping sang anak.
"Butuh, Abah." Umi tersenyum dan mengusap punggung sang anak.
"Umi, panggilkan." Fatir mengangguk dan menunggu Abah di dapur.

Fatir melihat makan malam yang sudah tersedia di meja. Rasa lapar menghantuinya. Tapi, belum waktunya makan malam. Lagi pula umi dan Abah belum menyentuh makanan. Fatir hanya bisa menelan ludah dan memilih mengambil air minum.

"Fatir?" Fatir menaruh gelas ke meja dan menoleh. "Abah." Abah mendekat dan duduk di samping Fatir. Fatir pun ikut duduk di sana. Umi mencoba menjauh memberikan ruang untuk suami dan anaknya.

"Kata umi, kamu mencari Abah?" Tanya Abah.
"Iya, maaf, bah."
"Tidak apa, ada apa, nak?" Tanya abah lagi. Fatir mencoba mengatur nafasnya.
"Abah, Fatir ...."
"Ada yang mau kamu ta'aruf?" Fatir melotot.
"Bagaimana, Abah...."
"Siapa? Siapkan waktumu, kita datangi secepatnya."
"Tapi, Abah...."
"Jangan menunda sesuatu yang baik, dan bila sudah mengusik hati dan pikiranmu, lebih baik langsung di segerakan. Jangan sampai kamu terkena dosa zina hati." Abah bangun dari duduknya dan mencari umi.

Umi menghampiri mereka. Abah meminta umi menyiapkan makan malam dan makan bersama. Fatir makan malam dengan perasaan tak menentu.

Fatir dan Fira(Tamat)Where stories live. Discover now