13

240 20 1
                                    

Paginya Nana kembali datang ke apartemen BTS dengan wajah cerianya seperti biasa. Seolah semua masalah kemarin sangat tak bermakna.

Seperti biasa setelah masak, Nana membangunkan para member untuk sarapan.

Dan kini mereka semua duduk di satu meja. Dan Nana yang tadinya ingin langsung membersihkan kamar, dipaksa ikut duduk.

"Masalah yang kemarin kita bicarakan setelah sarapan" Ucap Namjoon. Dan meraka mulai sarapan dengan tenang, tidak seperti biasanya.

Nana yang melihat suasana menjadi aneh mengernyit tak mengeri. Atau kau saja yang memang aneh Na.

Saat yang lain makan sarapannya dengan lahap. Nana yang sudah kenyang memutuskan untuk makan buah yang ada saja.

Begitu selesai sarapan mereka meletakkan dan mencuci mangkuk mereka masing-masing. Membuat Nana mengernyit, dan mencuci sisa piring kotor lainnya.

Begitu selesai, Nana kembali duduk di meja makan, seperti yang lainnya.

"Kau tak masalah membicarakan masalah kemarin?" Tanya Namjoon yang duduk tepat di hadapan Nana.

Nana mengangguk santai dengan sedikit bingung.

"Jin-hyung kau duluan"

Nana mengernyit, setaunya masalah kemarin tidak berhubungan dengan Jin.

"Aku masih tidak tahu, inti permasalahan kalian itu apa. Tapi aku tau ada banyak kesalah pahaman disini" Semua mengangguk dengan perkata Jin.

"Tak seharusnya hanya karena satu perempuan kita bermasalah begini. Maafkan aku Nana, aku tidak bermaksud menyalahkanmu" Ucap Jimin. Nana kembali mengangguk santai.

"Aku memang menyukai Nana, tapi tidak sebesar Hoseok hyung. Jadi aku tidak akan mengusik kalian lagi. Maafkan aku" Ucap Taehyung.

"Aku juga... Maafkan aku" Ucap Jungkook.

Hening beberapa saat, tidak ada yang mau memulai duluan diantara Hoseok dan Yoongi. Sampai Namjoon meminta Hoseok untuk berbicara.

"Aku tidak tahu, aku bingung. Yoongi hyung terlalu berlebihan. Dan Nana, apa kau memang mau menjadi kekasihku hanya untuk menggunakan ku sebagai eksperimenmu saja?" Tanya Hoseok.

Nana menganga dan detik berikutnya ia teringat perkataaan Yoongi kemarin dan ia terkekeh seraya mnggelengkan kepalanya.

"Aku memang suka meperhatikan orang lain dan menyangkutkan semua teori yang sudah kupelajari dengan semua hal yang aku obserfasi"

"Tapi untuk menjadikan kekasih sebagai bahan eksperimen itu terlalu rumit. Aku terbiasa bereksperimen dengan pasangan yanga ada di depan mata ku, jadi aku tahu bagaimana pandangan dari kedua pihak. Karena aku sendiri tidak bisa merasakan apapun soal cinta antar kekasih. Jadi apa yang harus aku obserfasi bila hanya sepihak saja?" Ucap Nana santai.

"Kau tidak mencintai Hoseok, lantas apa yang kau cari? Mempermainkannya?" Tanya Yoongi, kembali menatap Nana tajam.

Nana mendelik dan balas menatap Yoongi serius "Aku meminta pertolongan"

"Maksudmu?" Tanya Namjoon, mewakili kebingungan yang lainnya.

"Aku tidak lahir dan dibesarkan seperti kalian. Yang dimarah, disayang, merasakan posesifnya dan kekhawatiran orang tua. Kedua orangtuaku bukanlah orang yang tepat untuk melihat cinta. Aku tanpa sadar menghancurkan satu rasa itu, dan serpihannya pergi entah kemana" Jelas Nana dengan wajah santainya.

"Kau meminta Hoseok untuk mencari serpihan itu?" Tanya Jimin.

Nana mengangguk "Tidak hanya Hoseok, tapi semua orang yang aku ajak berbicara. Aku selalu meminta pertolongan itu. Hidup itu sudah sangat susah, aku mau menjadi lebih baik, membuka semua pintu dan jendela, memperbaiki semua hal yang sudah rusak, menata kembali semua yang berantakan, dan membuang semua hal yang menjadi beban" Jelas Nana, namun kini tatapan matanya menyorot pada Yoongi, dengan tatapan lembut namun nadanya begitu tegas.

Yoongi tertegun dengan kalimat yang keluar dari bibir Nana, semua yang Nana lakukan benar-benar membuatnya merasa tersentuh. Namun kesal juga.

"Cih. Memang siapa yang akan peduli dengan hidupmu?" Ucap Yoongi acuh.

"Kau tidak akan percaya. Karena diluar sana banyak yang peduli, semua akan datang dan membantu mu, menutup telingamu saat ada yang menertawakan ruangan mu yang hancur tak berbentuk" Ucap Nana antusias.

"Hyung katakan apa yang mau kau katakan" Ucap Namjoon, memecah lamunannya.

"Kau, kalau ingin berkeja disini. Jagalah sikapmu, membuat semua orang mengasianimu. Cih menyedihkan sekali" Ujar Yoongi cuek.

Sedangkan semua orang menatap Yoongi tak percaya. Ini bukan Yoongi yang mereka kenal selama ini. Yoongi yang selalu menghargai orang lain, entah pergi kemana.

Nana menatap Yoongi tak percaya. Namun kemudian ia terkekeh "Memang belum waktumu Oppa, tapi saat nanti kau ingin keluar bilang saja. Aku akan dengan senang hati mendobrak pintu yang kuncinya sudah kau hilangkan itu" Ujar Nana. Masih dengan menatap Yoongi lembut.

"Aku tidak akan mengasihanimu oppa. Kau punya kekuatan, setelah pintu terbuka aku akan melihatmu berjalan sendiri dengan bangga" Ujar Nana sambil menjentikkan jarinya senang.

"Apasih yang kau bicarakan?" Tanya Jungkook bingung.

"Hum? Yoongi hyung punya..."

"Diam! Jangan berbicara seenakmu!" Potong Yoongi marah.

"Oh tak ada yang tahu? Ya sudah, tenang saja"

Yang lain kecuali Hoseok kini menatap Yoongi dan Nana bergantian.

"Ada apa?" Tanya Namjoon serius.

"Hanya beberapa hal yang harus dirahasiakan, sepertinya" Jawab Nana, sambil mengerling nakal pada Yoongi.

"Yoongi hyung, boleh aku tahu kenapa kau begitu tidak menyukai Nana? Berikan aku alasan yang jelas hyung" Tanya Hoseok.

Yoongi mendengus kesal "Aku sudah bilang, dia terlalu banyak mencampuri urusan orang lain"

Nana menghela nafasnya, menatap Yoongi penuh harap "Maafkan kelancanganku sebelumnya oppa. Aku tahu itu salah, dan aku justru tetap melakukannya. Sekarang, aku hanya akan menunggu saja. Tidak akan mencampuri urusanmu lagi"

Yoongi menaikkan sebelah alisnya "Bagaimana aku bisa percaya?"

"Uh? Aku tak memintamu percaya..." Nana menghentikan kalimatnya begitu ia melihat Hoseok menatapnya begitu intens.

"Baiklah, baiklah. Aku membaca buku yang bagus kemarin. Dan aku benar-benar merenungi kesalahanku yang membuat mu jengkel, yang membuat kalian berada di suasana yang tidak baik, dan juga membuatku susah sendiri. Berkatilah kesalahanku hingga aku mendapat ilmu baru"

"Apa sudah selesai hyung? Atau kau perlu berbicara berdua dengan Nana?" Tanya Namjoon.

Yoongi mengangguk dan segera mengajak Nana ke balkon untuk berbicara empat mata.

Begitu sampai balkon, Yoongi menutup pintunya dan menatap Nana. Kali ini tatapannya tidak setajam kemarin.

"Duduklah" Ucapnya sambil mempersilahkan Nana duduk di kursi yang ada di depannya.

"Apa yang sudah kau alami? Ceritakan aku masa lalumu" Ucap Yoongi lantang dan jelas.

Nana memiringkan kepalanya bingung "Kenapa kau tiba-tiba minta didongengkan tentang masa laluku?"

"Aku tertarik. Memang segelap apa masa lalumu dulu, sampai kau merasa semua orang bisa membebaskan diri"

Nana mengangguk dan tampak berfikir sejenak. Sebenarnya ia sudah tidak ada masalah menceritakan masa lalunya. Namun apa orang di depannya ini benar-benar serius

"Aku mau timbal balik" Tawar Nana. Benar, enak saja Yoongi tahu masa lalunya sedangkan ia tidak mendapat hal lebih.

"Berapa yang kau mau?"

"Berapa? Hell! Pikiranku bukan uang saja. Berikan aku ceritamu. Kita impas"

"Dia pikir aku ini mata duitan apa... Kurang ajar sekali" Gerutu Nana pelan. Namun tetap dapat didengar oleh Yoongi.

Yoongi menatap Nana tak percara dan dibalas tatapan menjengkelkan Nana yang seolah menantangnya.

"Kau melewati batasmu"

"Kau juga melewati batasmu ngomong-ngomong oppa"

Berakhirlah Yoongi menghela nafasnya panjang dan memilih bersender pada kursi dan menyetujui permintaan Nana.

BTS Maid (End) Where stories live. Discover now