Beginning Felt

11K 1K 102
                                    

***
~ DRARRY ~
***

~ Semua tokoh milik Mom JK Rowling ~

***
~ DRARRY ~
***

Draco sibuk bermain-main dengan Patronusnya. sejak ia bisa dengan sihir itu, ia suka sekali membuatnya, ia membayangkan Harry setiap saat berada di sisinya membuat kenangan bahagia yang tiada akhirnya. Tidak ingin Draco akhiri.
Ini tidak salah. Dia terjatuh, terjatuh dalam pesona si kacamata. Sejak kapan? Dia pun tidak tahu. Mungkin saat ia melihat Harry pertama kali di toko Madam Malkin dengan baju yang kebesaran dan kacamata bundar yang patah di pangkal hidung, bagai balita yang memakai baju orang dewasa. Hey, itu terlalu muda untuk mengetahui kau jatuh cinta? Mungkin belum, tapi mari anggap itulah awalnya.

Iris hijau yang nampak penasaran, si anak-laki-laki-yang-bertahan-hidup yang bahkan tidak tahu betapa namanya di elukan seantero dunia sihir, bahkan Draco tak berpikir itulah sang Pahlawan. Tampangnya lebih mirip anak Muggle yang tersesat di dunia yang seharusnya tidak di datangi, Draco tertarik, mengajaknya berbicara walau sebenarnya hanya Draco yang bersuara, Harry mengerti saja mungkin tidak. Sampai Draco bahkan lupa menanyakan namanya.
Sampai tiba saat keberangkatan, kabar sang Pahlawan menjalar bagai lebah yang terus berdengung di seluruh kompratemen kereta api.
Draco pikir, si Pahlawan cilik yang mampu menumbangkan 'sementara' Dark Lord adalah anak yang tidak jauh berbeda dengan kepribadiannya, woooh itu sungguh berita bagus. Dia akan mengajaknya menjadi teman tentu saja.

Draco mendatangi kompratemen milik Harry, darahnya berdesir. Harry adalah anak yang membuatnya tertarik di toko Madam Malkin. Namun memang Malfoy, mengajak berteman saja angkuhnya minta ampun. Harry menolak uluran tangan yang menurut Draco penuh rasa persahabatan tapi tidak di  mata dan telinga Harry.

Benci serta bibit permusuhan mulai berkecambah dan sudah pasti akan tumbuh subur. Draco benci, harga dirinya direndahkan oleh sang pahlawan. Alarm perang sudah dinyalakan sejak saat itu. Mereka bertolak belakang, dua kutub yang berbeda. Draco benci tapi itu cuma katanya.

Draco tidak tahu benang tipis antara benci dan cinta di benaknya. Dia masih belum mengerti. Maka belum afdhol hari-harinya jika tidak ada satu kata ejekan untuk Harry. Entah hanya untuk menarik perhatian Harry padanya. Draco senang dengan itu, setidaknya dengan menjadi musuh Harry ia bisa melihat iris hijau emerald yang sudah menjatuhkannya.

Draco tersenyum miris pada dirinya sendiri, sebegitu konyol dirinya dahulu hanya untuk Cari Perhatiannya Harry. Idiot, harga marga Malfoy-nya lebih mahal dari apapun juga. Itu dulu, dan sekarang dengan berani dia ungkapkan perasaannya kepada Ayah Ibunya. Kau tanya apa mereka marah? Oh tentu saja.

"Dimana akal sehatmu, Draco!" Bentak Ayahnya saat itu.

"Draco sayang, kau tahu sendiri ini memalukan. Kenapa kau menyimpan perasaan itu kepada Potter?" Ibunya berujar sedih.

Draco hanya meminta izin dari ke dua orang tuanya, karena bagaimanapun Harry belum tentu menerimanya.

"Potter sudah terlalu baik kepada keluarga kita Draco, dan seminggu lagi persidangan dengan semua tuntutan diringankan olehnya. Kau tidak pantas mempermalukannya Draco. Cukup nama Malfoy yang tercoreng di keluarga ini jangan pula kau ikut sertakan Potter dalam masalah lagi." Kata Ayahnya, Ibunya hanya bisa menangis.

Setidaknya Draco melepaskan bebannya yang sudah menumpuk bertahun-tahun. Masalah Harry menolak itu urusan nanti.

Kata-kata lain Severus kadang membayanginya.
'Kau dan hormon sialanmu itu menjijikkan Draco. Jika aku Ayah Harry, sudah tentu aku menolakmu sebagai menantu.' Bahkan Severus saja pernah jijik dan marah padanya.

[DRARRY//FANFICT]Can I Be Your Boy(friend)? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang