Tiga Belas

2.2K 129 8
                                    

Gusna's POV

Siang ini aku dan Arya pergi ke kantin bersama, lalu kembali lagi ke kelas untuk berbincang-bincang sambil menyantap makan siang. Diawali dengan aku menanyakan kabar Bundanya, dia bilang Bundanya baik-baik saja, ah syukurlah jika kabarnya memanglah baik-baik saja. Aku bukan orang yang suka menanyakan kabar orang lain, hanya saja aku kenal dengan Bundanya Arya, dan aku pikir dia adalah ibu yang sangat ideal.

"Sekarang loh udah putus?"

Wajahnya berubah tidak enak saat aku menanyakan kabar hubungannya dengan seorang wanita yag statusnya merupakan kakak kelas kami.

"Udah gue terka dari awal, dia itu cuma jadiin loh pelampiasan. Buktinya dia mutusin loh dan balikan lagi sama mantannya yang dulu" ucapku kepadanya.

"iya sih, emang. Gue juga nyadar kok ke sebelah sana"

Aku kembali berbincang panjang lebar dengannya. Entahlah tidak kusangka ternyata lelaki pun menyukai obrolan panjang terutama bergosip sesuatu yang menyenangkan. Kukira wanita saja yang seperti itu, tetapi faktanya malah sebaliknya.

"Gus!" tiba-tiba seorang teman memanggilku.

Aku menoleh "Ada apa?"

Ia menunjuk ke arah luar " Ada yang nyariin"

Keningku mengkerut "Siapa?"

Ia terlihat bingung dan kembali ke luar untuk menanyakan. Tidak lama dari itu ia kembali masuk ke kelas dan menhampiriku.

"Namanya Kantia"

Deg.

Sial, jantungku berdegup aneh. Mendengar bahwa Kantia mencariku berhasil membuatku rongga dadaku seperti diserang ribuan kupu-kupu.

"oh oke" kataku mencoba bereaksi normal.

Aku pun berpamitan kepada Arya untuk menemui Kantia di luar. Aku melihatnya tengah berdiri di depan kelas, dan ketika Kantia melihatku ia langsung tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapi.

"Yuk temenin aku makan di taman"

Kantia's POV

Gusna terlihat asik sendiri dengan buku novelnya, sedangkan aku tengah menyantap makan siangku sambil sesekali memperhatikan ekspresi dingin di wajahnya. Entahlah, aku pikir sikap dinginnya itu memanglah sudah sangat mendarah daging.

"Loh udah makan?"

"udah barusan" ucapnya tanpa menoleh.

Aku mengangguk dan kembali memasukkan makanan ke dalam mulutku. Ah susah sekali membuka pembicaraan dengan makhluk satu ini. Aku mencoba untuk menyuapi roti ke dalam mulutnya dengan tanganku sendiri. Gusna menatapku.

"loh harus coba" kataku.

"Gue gak mau, makan aja sendiri" ucapnya menolak.

"kalau loh gak makan, berarti loh enggak hargain gue" ucapku

Gusna mendengus. Dengan terpaksa ia pun memakan roti yang sedari tadi sudah aku asongkan di depan mulutnya.

Hap. Roti itu sudah masuk ke dalam mulunya.

Deg. Jantungku berdesir karena jariku ikut menyentuh bibirnya yang basah.

Tubuhku mematung, otakku langsung berimajinasi yang tidak-tidak. Sampai tidak kusadari, aku lupa menurunkan tanganku yang sedari tadi masih menggantung di depan wajahnya.

"Gue kalau lagi makan, mempesona banget yah?" ucapnya sambil terkekeh.

Segera kuturunkan tanganku dan membernarkan posisis duduk "ah e-enggak, geer banget sih" ucapku terbata sambil melanjutkan makan siangku.

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang