part 5

45 3 18
                                    

Mendengar kabar buruk yang baru saja disampaikan bagian lapangan. Airen terburu-buru mengecek kembali laporan final desain yang ia kirim. Wajahnya semakin memucat ketika menyadari bahwa dirinya yang salah.

Saga yang mendengar percakapan tadi, bisa dengan jelas mengambil kesimpulan. Ada yang tak beres. Ia meninggalkan dokumen di depannya dan mendekati wanita yang menjadi seniornya itu.

"Ada apa?" Tanyanya.

Airen yang sepucat kertas menatapnya gugup. Beberapa saat ia menatap ragu Saga sebelum akhirnya menjawab.

"Saga, kau ingat dengan pesanan Mr. Hamburg?"

"Ya, pesanannya mengenai kapal pesiar mewah dengan daya tahan tubuh kapal akan cuaca yang ekstrim. Bukankah sudah rampung? Dan bukankah hari ini tiba di German? Apa ada masalah?"

Airen menelan ludahnya dengan gugup. Keringat dingin mulai terasa dipunggungnya.

"Aku melakukan kesalahan," jawabnya pelan, matanya mulai berkaca-kaca. Oh, sialan.

Saga terdiam beberapa saat. Menghela napas, dia menyeret kursi duduk di samping Airen.

"Mereka membatalkannya?"

Airen mengangguk namun menggeleng kemudian. "Belum secara resmi, karena yang membatalkannya dari pihak asisten pribadinya. Beliau sedang berada di Afrika sehingga sulit untuk dihubungi."

"Sudah, jangan menangis. Kita coba hubungi pihak terkaitnya langsung. Dan bernego, bukankah itu salah satu keahlianmu. Bernegosiasi?" sarannya. "Sudah dibilang jangan menangis, dasar cengeng." Saga mendecak kesal ketika Airen malah mengeluarkan isakan kecil. Tangannya dengan sigap mengambil sapu tangannya dan memberikannya pada Airen.

Empat bulan ... waktu yang cukup bagi Saga untuk mengetahui bahwa Airen, seseorang yang layak untuk ia hargai. Gadis itu boleh saja membencinya. Dan sejujurnya Saga memaklumi sikap Airen. Hal yang biasa terjadi ketika kau merasa posisimu akan digeser, padahal kenyataannya, tidak ada yang ingin merebut posisinya. Mereka partner, dan Annest juga menekankan hal itu, jauh hari, ketika pertama kali ia menginjakkan kaki di perusahaan ini.

Saga tak pernah menganggap Airen sebagai saingannya. Ketika pertama kali ditawari posisi tersebut, jauh dilubuk hatinya, Saga merasa senang. Memiliki partner kerja? Bukankah itu sedikit menyenangkan?

Hanya saja, Saga yang tak terbiasa mengekspresikan perasaannya, membuat orang sering kali salah paham.

Saga memperhatikannya. Sekali pun Airen mengajarinya dengan setengah hati, gadis itu selalu berusaha bersikap profesional dalam pekerjaannya. Tak pelit dalam membagi ilmu dan Saga menghargainya.

Hanya saja, semakin lama Saga tak tahan dengan Airen yang tak kunjung rileks, dan perlahan mempengaruhi kinerjanya. Saga tak ingin Airen jatuh.

Annest yang berada di ruangan menyaksikan semuanya, kejadian langka diantara kedua sekretarisnya. Bukannya khawatir dengan permasalahan yang dilakukan Airen, Annest malah mendapati dirinya tersenyum. Uang bisa dicari kembali. Toh, perusahaannya tak akan gulunh tikar hanya dengan pembatalan satu unit kapal mewah. Mati satu, tumbuh seribu.  Hell, Annest memang pria yang memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi untuk orang-orang terdekatnya. Sekali pun tak ada hubungan darah dengannya.

*****

Lewat permasalahan tersebut, hubungan mereka membaik. Selang seminggu kemudian, berkat keduanya yang bekerja sama. Permasalahan terselesaikan tanpa harus sampai ke telinga bos. Klien tak mempermasalahkan terjadinya kesalahan dalam desain, sekali pun tak sesuai dengan apa yang diinginkan. Kapal pesiar mewah itu tetap membuatnya terpesona hingga Mr. Hamberg tak mempermasalahkannya. Hanya saja dampaknya pada laporan keuangan yang mengalami perbedaan lumayan drastis.

Setelah semuanya bisa diatasi. Airen dan Saga menghadap Annest, dan melaporkannya. Membuat Annest cukup terkejut dengan hasil yang di luar dugaan. Padahal ia sudah berpikir benar-benar batal.

"Tidak masalah, Aii, Saga. Kita tidak akan bangkrut hanya karena berkurangnya sedikit omset. Semua akan diganti dengan pesanan-pesanannya lainnya. Ngomong-ngomong, saya senang melihat kalian seperti ini," ujarnya yang membuat Airen memerah malu dan Saga yang mendeham.

Melihat respon Airen yang memerah malu dan Saga yang sedikit salah tingkah, Annest terpikir akan, menjodohkan keduanya.

Hanya saja cupid memiliki pemikiran yang lain ....

*****

Beberapa tahun terlewati, hubungan keduanya semakin membaik. Kadang bertengkar, kadang akur, nano-nano.

"Saga, bagaimana keadaan Tante, sudah membaik?" Tanya Airen saat makan siang berlangsung. Keduanya duduk berhadapan di kantin perusahaan. Sementara si bos makan siang di luar bersama orangtuanya.

"Sudah lumayan."

"Puji Tuhan. Karena besok sabtu, mamak nitip pesan kalau besok mau datang ke rumah," jelas Airen.

"Hmm, datang saja. Sekalian bawa momo, Mbak Ai. Ibu sudah lama enggak ketemu."

Airen mengacungkan jempolnya. Keluarga mereka menjadi dekat, entah sejak kapan. Airen lupa mengingat kapan tepatnya keluarganya bisa begitu dekat dengan Saga dan Ibunya. Ngomong-ngomong,;Momo adalah anak dari Bang Naren yang berusia 3 tahun. Eh, tunggu ... sebentar ....

Apa katanya tadi?

MBAKKK AIII? SERIUSSSSSS

"SAGAAAAAAAAA, I LOVEE YOUUUUU."

*****

"Pantas saja, dia memperlakukanmu sangat berbeda." Suara parau itu terdengar amat menyedihkan, menatap lawan bicaranya dengan mata berkaca-kaca.

"Aku ha-hanya ... aku pikir kau or-ang yang ...."

Rasanya sesak sekali di sana. Dadanya! Mengetahui kenyataan bahwa ....

Ya, Terong bosnya dan Saga ternyata anu. Anu ... anu. Sepasang anu ....

"Jahatttttttt ... masa aku baru tahuuu. Sagaaaaaa," Airen meraung, berguling-guling di atas kasur Saga.

Kalau saja dia tak sengaja membaca pesan di ponsel Saga yang lupa di lock. Saat pria itu ke toilet. Entah kapan semuanya akan terbongkar.

Airen pikir dia hanya berhalusinasi ketika sering kali menangkap bosnya menatap Saga dengan sayang. Sayang jenis lain, bukan kakak adek, atau bos dengan atasan, melainkan dengan lawan jenis yang disukai.

Airen masih merengek dan berguling di atas kasurnya. Saga hanya terdiam. Merasa speechless.

"Kau tidak?" Tanyanya pelan.

"Tidak apa?" Airen menatapnya berang dan kemudian kembali berguling tak jelas.

"Jahattt. Ishhh. Jahat. Saga berak," umpatnyaa.

Saga duduk di tepi tempat tidurnya. Menghela napas.

"Apa ini tidak masalah?" Saga menundukkan wajahnya.

Airen menghentikan gerakan tak jelasnya. Lalu turun dari ranjang. Berjongkok menatap Saga yang menundukan kepalanya cukup rendah.

"Hei ...," panggilnya lembut, "Menarik dagu Saga sedikit ke atas agar mereka bisa bertatapan. "Kau mencintai bosquee?" Saga mengangguk pelan.

"Itu sudah cukup menjadi modal utamanya-"

"Bagaimana dengan keluarganya? Jika mereka--"

"Ssttt. Apa kau pernah bertukar pikiran dengan bosquee mengenai kekhawatiranmu ini? Aku rasa belum, mengingat dirimu yang seperti ini. Utarakan segala apa yang meresahkanmu. Aku lihat, bos akan memperjuangkanmu. Lagi pula, apa kau tidak tahu, keluarga besar bos tipikal keluarga open minded. Aku rasa tak ada masalah ketika kalian memutuskan untuk mengumumkan hubungan kalian," jelas Airen lembut.

"Kau yakin ini tak akan masalah?"

"Jangan tanyakan padaku. Tanyakan pada dirimu sendiri, ketika dirimu yakin maka segalanya akan lebih mudah."

"Terima kasih, Mba Aii," ucapnya sembari tersenyum yang membuat Airen girang.

"Ya, telorrr. Akuu dipanggil mbakkk lagiiiii."

*****

The end

1005












You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 15, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Us - SekretarisWhere stories live. Discover now