Prolog

84 51 2
                                    

Tertulis,

Untukmu, tuan
Kau ini bukan sastra ataupun puisi
Yang indah didengar, rumit jika dipahami
Jangan juga seperti sebuah sajak
Yang hanya bersua walau sejenak
Mengapa kau masih ingin membisu, tuan
Apa kau tak ingin berbagi kata yang telah disembunyikan bertahun - tahun?

                        - Danisca Sekar Kinanty

Tangannya berhenti menulis dan menutup kembali buku hariannya itu

Aku tak pernah kehabisan kalimat selama semesta masih mengizinkan untuk menulis, gumamnya.

Digenggamnya buku itu kemudian beranjak dari tempat dimana ia sering menghabiskan waktu untuk membaca dan menulis.

"Semesta memang indah,"

Terdengar dari balik pohon tepat disamping ia duduk tadi,

"Tama?"

Danisca heran, sejak kapan Tama disitu. Apa ia daritadi memperhatikan? Tak mungkin seorang Tama Anugerah Putra bisa menyapa duluan. Manusia yang paling anti untuk memulai pembicaraan, paling tak suka disapa, tak suka tersenyum. Entah karena ia juga anak sastra atau memang semesta menciptakan ia dari sebuah puisi, pikirnya.

"Saya ingin nanya, kamu lahir dibumi atas izin semesta nggak?" tanyanya sembari berjalan pelan mendekati Danisca

"Tanpa meminta izin, semesta memang sudah menantiku,"

Tama yang semakin mendekat membuat Danisca hanya bisa mengangkat kepala karena tubuh Tama yang lebih tinggi dari dirinya

"Mengapa kamu bisa menjuluki saya monster kutub?"

"Tanya coba sama sifatmu itu,"

Danisca pergi meninggalkan Tama sendiri yang sedang memikirkan perkataannya barusan.

"Mengapa ya wanita itu aneh?"

~~~~~~

Maafkan ya gengs, diriku menulis ulang cerita karena ingin merubah sedikit aja.
Oiya, cerita ini terinspirasi dari seseorang hehe:)

Jangan lupa vote and komen yhaaa

Kalo misalkan updatenya agak lama harap maklum karena authornya lagi menuju ujian wkwk

Laff u all❤

Si Monster KutubWhere stories live. Discover now