14

14.4K 519 7
                                    

Aku dan rafa masih hening sejak perempuan itu duduk diantara kami. Aku hanya fokus ke makananku saja. Yang tadinya makanan itu menggugah selera menjadi tidak ada minat untuk ku makan sama sekali.

"Eh iya raf, mumpung aku lagi di Indonesia besok kita jalan-jalan yuk?" Ujar perempuan tersebut sambil menyesap minuman yang baru iya pesan.

Aku langsung beralih ke rafa, ia pun menatapku.

"Em gini loh ran, saya kan sudah beristri, jadi mana mungkin saya jalan dengan wanita selain istri saya," jawab Rafa dengan bijak.

Bagus sekali Rafa jawabannmu, sambil mataku sinis dan menatap ke arah Rani.

Rani pun sepertinya tidak ingin kalah dariku, ia berusaha agar besok harus jalan dengan Rafa. Cih tidak tau malu sekali mantan rafa ini. Sudah tau ada istrinya, masih saja menggoda.

"Oh gini aja deh. Gimana kalo besok jalan jalannya kita ber-3 sekalian ajak istri kamu supaya ga nganggur," dia menekankan kata nganggur yang lantas membuatku langsung menatapnya.

Selera makanku makin hilang saja akibat ulah wanita ular ini. Aku pun memberikan kode pada Rafa agar mengakhiri makannya.

"Maaf Rani saya tidak bisa," ucap Rafa singkat lalu mengajaku untuk segera keluar dari tempat ini.

"Saya pamit dulu,"

Syukurlah sudah tidak berhadapan dengan wanita ular itu.

Kami pun membayar makanan dikasir dan langsung menuju parkiran untuk segera pulang. Dicuaca yany cukup panas dan tatapan panas tadi dengan wanita ular membuatku makin kesal dan ingin segera sampai rumah.

***

Didalam mobil kami terus berdiam diri dan hening. Aku sibuk dengan pikiranku tentang wanita ular tadi dan Rafa juga sepertinya sedang sibuk dengan pikirannya.

Tiba tiba rafa pun memulai pembicaraan

"Maaf ya Rani tadi bikin kamu kesel."

"Ngapain kamu yang minta maaf?" Jawabku tanpa menatap ke arahnya.

"Ya gara gara dia tadi makan siang kita berantakan," timbal rafa balik.

"Yang minta maaf itu harusnya wanita ular, bukan kamu Rafa," kataku menekankan kata wanita ular.

Rafa lantas tertawa. Aku pun terheran heran dibuatnya. Memang apa yang lucu?

"Wanita ular? Yaampun sayang panggilan yang sangat konyol," ucapnya masih terus tertawa.

"Ih rafa aku serius, udah tau kamu punya istri masih aja godain kamu," kataku kesal sambil mengerucutkan bibir.

"Oh jadi ada yang cemburu nih?" Kata rafa sambil menoel pipiku.

"Engga!" Ujarku cepat dan membuat salah tingkah.

"Kalo ga cemburu berarti boleh dong besok aku jalan sama dia."

Jadi dia sedang ijin denganku? What? Sungguh menjengkelkan. Tidak boleh ada satupun wanita yang mendekati suamiku, apalagi sampai jalan.

"Kamu mau tidur di luar rumah? Silakan" balasku tak kalah sinis.

"Ah sayang aku becanda kok," katanya langsung mencium pipiku.

Aku pun terkejut dia tiba tiba mencium pipiku. Lantas aku pura pura bersikap biasa saja agar tidak dikira sedang salah tingkah.

Perjalanan pun sampai dan akhirnya tiba dirumah.

***

"Raf kamu mandi dulu gih aku mau beresin barang-barang dulu," kataku sambil membawa jinjingan barang barang yang akan aku tata dirumah.

Rafa pun mengiyakan dan langsung menuju kamar mandi.

Dirumah yang sederhana tetapi terkesan mewah ini, aku menata perabotan rumah yang lumayan kosong. Mulai dari vas bunga, rak-rak kecil sampai perabot dapur.

Setelah menata semuanya aku pun bergantian mandi dengan Rafa. Tidak terasa sekarang sudah sore.

"Rafa kamu mau makan lagi ga?" Tanyaku sebelum masuk ke kamar mandi.

"Engga deh masih kenyang,"

Aku pun hanya ber oh ria dan langsung melanjutkan mandi.

Ting nong
Ting nong
Ting nong

Rafa membukakan pintu depan ingin mengetahui siapa yang datang ke rumahnya.

"Loh mamah."

Mamahnya rafa datang membawa jinjingan yang sepertinya makanan.

"Duduk dulu mah," ujar Rafa.

"Dara kemana Raf?"

"Lagi mandi mah," jawab Rafa singkat.

Tak lama kemudian Dara pun menghampiri mamahnya Rafa.

"Mamah tumben kesini," kata Dara sambil menyalimi.

"Mamah cuma kangen sama kalian, udah lama kalian ga ke rumah," jawabnya.

"Oh iya mah, mas Rafanya lagi sibuk si jadi kita ga sempet kesana," ujarku basa basi.

Rafa pun mengampiri dua insan yang sedang berbincang tersebut.

"Ini mamah bawain makanan buat kalian."

Aku pun menerimanya dan rafa mengode agar makanan itu diberikan padanya.

"Eh bagaimana nih sama kalian ada perkembangan?"

Mamah pasti menuju padaku sudah hamil atau belum.

"Eh masih menunggu hasil mah. Iyakan mas?" Kataku sengaja menekankan kata 'mas'

Rafa pun sedikit kikuk "Em iyaa."

"Oh bagus deh, cepet ya. Mamah pengen banget nimang cucu" sambil diselingi tawa.

Tak lama kemudian mamah rafa pun pamit pulang dan tinggalah aku dan Rafa di rumah.

"Tumben tadi kamu panggil aku mas," kata Rafa sambil duduk disebelah.

"Masa aku mau manggil nama kamu doang di depan mamah" jawabku yang tengah memakan kue dari mamah.

"Seterusnya kamu panggil aku mas."

"Engga. Tadi cuman berlaku kalo ada mamah," sarkasku.

"Dara kita ini udah suami istri, ga baik kalo masih manggil nama doang."

"Lah kamu panggil aku juga nama doang."

"Yaudah nanti aku panggil sayang deh."

Aku pun berpikir sejenak. Tak apalah sambil menata rumah tangga juga kan.

"Oke setuju."

"Nah gitu doang yang. Kan makin cinta." katanya sambil merangkulku.

Mungkin sekarang aku harus mencoba mencintai Rafa kembali. Tidak ada salahnya toh, ia juga kan suamiku. Baiklah sekarang aku harus fokus dengan rumah tanggaku dan mencintai suamiku.

Tbc
*Jangan lupa vote comment yaa❤

Married With Ex Boyfriend [END]Where stories live. Discover now