Antara Irwan dan Erwin.

214 4 0
                                    

Masih kisah flash back, kelanjutan dari cerita Irwan adikku.

Pemberitahuan:

Sejak dari episode Irwan adikku para pembaca tidak akan menemukan lagi hal hal yang berbau seks dalam cerita ini. Ini sudah masuk bagian akhir dari cerita ini, dan sudah memasuki bagian real dari kisah pribadi penulis, dan masa masa perubahan hidup si penulis dengan melangkah ke hal hal yang lebih baik.

Di bagian akhir ini cerita lebih fokus kepada kisah curahan hati sang penulis yang berisi curahan hati, cinta, kasih sayang, cobaan hidup, dan tragedi kemanusian.

Oleh sebab itu bagi yang cuma ingin membaca yang berbau seks saja, tidak perlu melanjutkan membaca, hanya akan membuat anda kecewa. Bagi yg suka silahkan lanjutkan.

Nantikan kembali kelanjutan cerita Agus setelah dengan Rino di cerita Sesaat dalam pelukan, setelah cerita ini selesai. Dan akan ditutup dengan cerita nyata penulis yg sangat memilukan, Desember kelabu.

Terima kasih.

Aku kembali melanjutkan rutinitas pekerjaanku setelah tertidur beberapa saat waktu istirahat siang tadi. Aku kembali teringat tentang mimpi yang ku alami tadi, yang seakan begitu nyata dan sangat jelas. Aku tak tahu kenapa harus mengalami mimpi demikian yang jauh bertolak belakang dengan kehidupanku. Apakah karena selama ini aku sangat mendambakan hidup di dalam sebuah keluarga yang utuh. Sehingga diawal mimpi aku merasa sangat bahagia hidup dalam sebuah keluarga bahagia, ada ayah dan ibu dan tentu saja seorang adik yg sangat aku dambakan selama ini. Tapi mimpi itu berakhir dengan sedih hingga aku menangis ketika aku terbangun. Mimpi yg membuat aku bahagia sekaligus menyedihkan.

Mimpi itu cukup membuatku terus bertanya tanya, hingga suatu hari sebulan kemudian.

Setelah istirahat makan siang hari itu aku tak seperti biasanya langsung ke kanarku untuk istirahat sekedar rebahan atau pun ngerokok, akan tetapi aku masuk ke ruang di mana kami sering ngumpul untuk makan atau sekedar buat ngopi sesama karyawan hotel, di ruang yang dekat dengan dapur dan receptionist itu aku bertemu dengan Rino.

"Gus! Ada karyawan baru, baru masuk tadi pagi." kata Rino.

"siapa? Orang dari mana dia? Dan sekarang dia dimana?" tanyaku bertubi tubi.

"satu satu dong tanyanya." kata Rino.

"iya deh..! Siapa namanya?" tanyaku.

"namanya Erwin Gutawa." sebut Rino asal nyeplos.

"Erwin Gutawa? Kayak nama musisi pop indonesia aja?" tanyaku.

"pokoknya namanya Erwin lah." sebut Rino.

"berarti gak pake embel embel Gutawa kan?" tanyaku.

"hehehe!" Rino tertawa.

"trus dia anak mana?" tanya ku.

"dia dari daerah Selatan baru tamat sma di kampungnya." sambung Rino.

"dari selatan? Ngeri ahh!" kataku.

"tapi kan enggak semua orang dari daerah selatan begitu." kata Rino lagi, yang sudah mengerti apa yang aku maksudkan, kalau orang dari daerah selatan banyak yang berprasangka negatif, yakni masih banyak yang beranggapan kalau di daerah selatan masih banyak yang mempunyai dan menggunakan ilmu magic atau sejenisnya.

"iya juga sih! tergantung orangnya ya!" kataku lagi.

"terus dia tugas di bagian mana?" tanyaku lagi.

"dia di tugaskan di dapur, sekarang ada di dapur." kata Rino.

"perasaan tadi aku kedapur enggak ada karyawan baru di sana." ujarku.

SENYUM YANG DI RAMPAS (revisi).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang