Sesaat dalam pelukan bag:3.

141 4 0
                                    

Setelah acara pernikahan selesai, aku dan Sri serta beberapa orang dari keluarga Sri menuju ke sebuah studio foto untuk melakukan pemotretan photo pra wedding, setelah terlebih dahulu ke rumah Sri untuk berganti pakaian. Seluruh rombongan dari keluargaku sudah kembali pulang ke kampung kami.

Memang di daerah kami bagi yang masih menghormati adat budaya dan agama, pemotretan photo pra wedding di lakukan setelah menikah, dan acara pesta harus di tunda dulu kalau mau lengkap dengan photo pra wedding di saat acara pesta di lakukan.

Di tempat pemotretan kami disuruh bergaya dengan berbagai macam gaya oleh juru photo yg sudah berpengalaman dalam hal photo pra wedding.

Walau agak sedikit kaku dan grogi karena di tonton juga oleh saudara saudara nya Sri, aku dan Sri berusaha se rileks mungkin memperagakan gaya yang di suruh sang photo grafer. Akhirnya selesai juga pemotretannya setelah dilihat hasilnya di kamera digital yang di pergunakan oleh si photo grafer, kami memilih satu photo yang kami yakini cukup bagus untuk di cetak dalam ukuran besar dan nantinya supaya langsung di bingkaikan.

Setelah selesai dengan photo pra wedding aku pamit untuk pulang lagi ke rumahku di kampung, Sri beserta sodara sodara nya langsung pulang kerumah kembali. Sore harinya dari kampung aku kembali ke hotel, karena aku cuma minta izin satu hari di hari pernikahan, dan besoknya akan kerja kembali. Aku akan mengambil cuti nikah yang diberikan pihak hotel, yang biasanya diambil juga oleh teman teman ku pada waktu mereka menikah, pada saat acara pesta peresmian kami yg cuma beberapa hari saja lagi.

Kini aku merasa bahagia, belum pernah aku merasa sebahagia ini, hidupku ajan memasuki babak baru, yaitu babak berumah tangga, tapi ada satu kekurangan hari itu yang aku rasakan, aku tak di dampingi ibu dan ayahku, ibuku sudah meninggal sejak aku masih bayi, sedangkan ayahku sudah meninggal empat tahun yg lalu, ibu tiriku tak bisa hadir karena sedang sakit, dari keluargaku yang hadir cuma pamanku dan kakak ku serta adik adik dari ibu tiriku saja, sehingga membuatku sangat bersedih.

Malam harinya aku  menangis sendiri mengingat orang tuaku yg sudah tak ada terlebih ibuku yang tak pernah aku kenal wajahnya.

Besok harinya aku bekerja seperti biasa, teman di hotel banyak yang tak percaya kalau aku sudah menikah karena aku belum memberitahukan pada mereka cuma beberapa teman dekat saja yg aku kasih tahu. Aku ingin membuat kejutan pada mereka semua dengan mengundang semua mereka nanti di hari peresmian kami.

Di saat jam istirahat setelah makan siang, aku ingin menjumpai Sri di rumahnya, setelah terlebih dahulu menjumpai Bu Ayu dan minta izin keluar sebentar. Aku mengatakan akan menjemput Sri di rumahnya dan akan membawa Sri ke hotel dimana aku sudah persiapkan satu kamar yamg berada di bawah pengawasanku buat kami berdua nantinya, dan aku menitipkan kunci kamar tsb pada Bu Ayu.

Aku akan pakai kamar ini. Nanti sore akan ku kembalikan kataku pada Bu Ayu, dan Bu Ayu menyetujuinya.

Dari dulu aku sangat suka dengan kamar itu, desain dan interior berbeda dengan kamar kamar yang lain, cuma ada dua kamar saja dengan model kamar seperti itu, di lantai dua di bagian pengawasan ku dan satunya lagi di lantai tiga, tempatnya persis di sudut yang sama dan bentuknya sama.

Aku sudah lama berharap kalau aku menikah nanti aku akan bawakan istriku dan melewati malam pertama di kamar ini, kamarnya lebih kecil dari kamar kamar yang lain di hotel itu, letaknya di bagian bekakang mempunyai satu jendela kecil menghadap ke belakang dengan pemandangan sungai dan tumbuh tumbuhan hijau. Akhirnya keinginanku akan tercapai hari ini.

Dengan menaiki becak mesin aku sampai di rumah Sri, Sri kaget melihatku yang datang secara tiba tiba itu.

"tumben Bang! hari kamis, biasanya sabtu atau minggu."  kata Sri yang mungkin sudah lupa kalau kami sudah menikah.

SENYUM YANG DI RAMPAS (revisi).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang