flashback

287 47 0
                                    

Aku mengerjapkan mata, kutatap langit-langit kamar tidurku yang berwarna putih bersih, bukan lagi langit-langit yang lusuh. Aku sudah tinggal di rumah papa sekrang. Tak lama sejak mama bertemu dengan kak Namjoon waktu itu, dan setelah itu papa dan kak Namjoon menjemputku dari rumah mama dan disinilah aku berakhir. Dirumah besar papa dengan semua kenangan yang selalu aku ingat disetiap ruangannya.

Bahkan kamarku tidak banyak berubah sejak aku tinggalkan dulu. Hanya ada beberapa perabot yang diganti, karena aku sekarang bukan lagi anak-anak seperti dulu saat aku meninggalkan rumah ini.

Jam menunjukan pukul sembilan. ini minggu kedua setelah aku melaksanakan ujian akhir sekolahku. Terasa sangat bosan dan benar-benar sepi dirumah ini. Kak Namjoon pasti sudah berangkat ke kantor dengan papa. Sedangkan aku, entah apa yang harus kulakukan. Bahkan sampai saat ini aku belum mendaftarkan diri untuk melanjutkan ke universitas. Disaat teman temanku bahkan sudah ada yang diterima...aku daftar saja belum.

***

“mau!!! Iya ikut, dimana? Hmm..terakhir gue kesana gue nangis hahaha. Oke, jam satu ya, see you” Jimin menutup telponnya dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

‘tempat ini dulu sering banget jadi tempat ngumpet aku..’ ucapnya dalam hati sambil menutup pintu dan memulai acara mandinya.

Didepan meja rias Jimin terduduk memandangi pantulan dirinya yang masih mengenakan baju handuk. Pikirannya berkeliaran kembali ke masa lalu yang begitu menakutkan baginya. Dia menggelengkan kepalanya berusaha menepis semua bayangan buruk tentang masa lalunya.

‘ itu dulu Jim. Papa sekarang berubah. Itu dulu Jimin. Ayo sadar’ ucapnya dalam hati untuk menguatkan dirinya sendiri. Dengan cepat ia berpakaian dan bersiap-siap untuk bertemu dengan temannya.

***

setelah meninta izin dari papa dan aku langsung menuju tempat ini. cafe dimana aku dan kak Namjoon bertemu dan sekarang aku bukan ingin bertemu dengannya. Tapi kali ini aku akan bertemu dengan temanku. Sudah dua minggu sejak hari terakhir masuk sekolah aku tidak bertemu dengan mereka.

Ini baru pukul setengah dua belas, sedangkan janji dengan temanku itu pukul satu. Masih ada satu setengah jam waktu untuk menunggu di cafe ini,

‘lebih baik menunggu di cafe dari pada di rumah itu’ ya..pikir ku.

Bahkan tadi saat di telpon papa memanggilku dengan sebutan sayang, tapi entah mengapa aku masih saja takut dan selalu ingat saat papa dulu memaki dan memukul mama didepan mataku. Aku sudah sering kali menepis bayangan itu dari pikiranku tapi selalu muncul lagi dan lagi. ahh bahkan sejak tinggal dirumah itu aku merasa seperti hidup dalam masalalu.

Aku melemparkan pandangan keluar jendela cafe ini, sedikit malu ketika aku sadar ada lelaki yang sedang memperhatikanku. Aku sadar dan mengingat lelaki itu adalah lelaki yang waktu itu melihatku menangis saat terakhir kali aku kesini.

Ah ini sungguh memalukan. Laki-laki itu duduk di meja sebelahku dan menghadap tepat kearah aku. Hhhh aku malu sekali. Benar benar malu.

Bahkan waktu terasa lama sekali, ini masih setenga satu sedangkan aku merasa sudah lapar dan mulai mengantuk. Kulirik depan dimana laki-laki itu masih duduk dengan tenang sambil sesekali menyeruput minumannya dan sesekali tertangkap basa sedang memperhatikan diriku. Sebenarnya aku merasa malu dan sedikit kikuk  tapi sudalah biarkan saja. Aku akan menganggap laki-laki itu tidak ada.

Ah itu dia, aku melihat Jongin dan Taemin memasuki cafe dan terlihat mengedarkan pandangan mereka. Aku segera berdiri dan mengangkat tanganku memberi tanda pada mereka.

“Lo udah lama nunggu Jim?” tanya Jongin dan Taemin seraya duduk pada kursi dihadapanku.

“Lumayan...” ujarku dengan lesu

ocean [END]Where stories live. Discover now