6

1.1K 146 5
                                    

BRAKKK...!!

Pria itu mendorong pintu kamar mayat dengan kasar dan wajah penuh emosi.

"Kamu itu susah banget ya Mas bilangin!!"

Ardan menoleh dengan wajah pucat pasi. Dia tak lagi peduli dengan omelan dan jeweran maut dari kakaknya itu.

"Kamu melihat sesuatu?" Tanya wanita berjaket hitam dengan mulut sibuk mengunyah permen karet, yang berdiri di sisi lainnya.

"Git, please..!!" Bowo kini menoleh pada rekannya itu. "Tolong jangan pernah libatkan Ardan lagi!"

"Aku tidak melibatkannya. Tapi dia yang memaksa untuk datang kesini." Jelas Gita santai.

Ardan masih berdiri sambil terus memandangi sesosok jenazah yang sudah tampak membiru itu. Dia sungguh tak bisa mengatakan sepatah katapun, sejak jenazah itu dikeluarkan dari lemari pendingin.

"Kenapa bisa ada dua korban pembunuhan dengan wajah yang sama persis..."

Bowo mendorong kembali mayat itu ke dalan lemari pendingin. "Sekali lagi Mas lihat kau ikut campur, Mas akan mengembalikan kamu ke rumah kakek!"

"Mas, aku boleh liat catatan kedua korban itu?!"

"Pulang..!"

"Cuma sebentar aja, Mas Bowo!!"

"Enggak!"

"Pelit banget sih lo!" Ardan mulai keluar aslinya.

Bowo mengeluarkan ponselnya. "Aku telepon kakek. Biar kamu dijemput sama orang-orangnya sore nanti.."

"Yaelah mbak, liat doang bentaran.."

Gita angkat bahu. "Tuh, udah dikekep di keteknya mas-mu.." Gadis itu menyengir kuda.

'Halo kek, aku gak bisa kerja kalau si Ardan selalu saja menganggu..!'

"Gue punya temen yang wajahnya sama persis dengan kedua korban pembunuhan itu!!"

Bowo, Gita, dan seorang dokter jaga dari pihak kepolisian yang memang ditugaskan untuk menjaga kamar jenazah para korban pembunuhan itu -- lantas menoleh dengan mata membelalak.

Ardan memperlihatkan layar ponselnya pada ketiga orang itu.

"Namanya Junior. Dia baru masuk ke sekolahku pertengahan semester ganjil kemaren."

Bowo mematikan teleponnya. Sudah pasti hal sangat kurang ajar itu, akan membuat kakeknya marah besar di seberang sana.

"Gue gak tahu apakah mereka saling berhubungan atau enggak. Tapi pas gue megang tangan dia, gue ngeliat ada banyak darah, rantai, dan juga pisau yang menancap di dada.."

"Kenapa dia bisa mirip sekali ya.." Ujar Gita pelan.

Bowo membuka kembali berkas dua kasus pembunuhan dengan korban dua orang berwajah sama persis yang ditemukan di tempat berlainan.

"Umur kedua korban ini masih 18 tahunan. Dan mereka adalah sama-sama anak dari keluarga kaya."

"Apa menurutmu adalah pelakunya juga yang orang yang sama?" Tanya Gita.

Bowo berfikir keras. "Korban pertama ditemukan terapung di laut perbatasan dengan negara Malaysia. Lalu korban kedua -- di asrama sekolah, di bagian barat New Zealand. Apa iya orang yang sama?"

"Temen gue itu juga agak aneh..."

"Aneh gimana, Dan?" Tanya Gita.

"Ya aneh aja. Gimana sih ya jelasinnya.." Ardan jadi kesal sendiri.

DELETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang