Part 18

1K 56 0
                                    

Disebuah kuil menampilkan banyak pengunjung yang sedang menari-nari dengan pasangannya diiringi dengan lagu yang ada.

Mereka bertiga Asma, Zhong Wen dan Dewa berjalan melewati mereka. Asma dan Zhong Wen tertawa melihat hal tersebut namun Dewa merasa dongkol.

Asma asyik memfoto bangunan bangunan yang ada disana. Maupun meminta difotokan. Setiap difotokan oleh Zhong Wen, Dewa selalu berada di sebelah Asma. Namun reaksi Asma adalah meninggalkannya tanpa ada foto yang diambil.

(Kasihan amat yha si Dewa nggak bakalan ada kesempatan deh kayaknya)

"Inilah kuil Bumi dan Langit." kata Zhong Wen menjelaskan saat mereka sampai didepan bagian utama bangunan yang ada. "Ayo." ajaknya.

Lalu mereka melanjutkan dan di selingi dengan berfoto ria.

"Kuil Bumi dan Langit. Kalau Bumi diwakili oleh bangunan persegi empat. Kalau Langit diwakili oleh lingkaran. Nah, kalau ini membuktikan bahwa bumi dan langit bukan 2 hal yang berbeda. Jadi salah kalau ada pepatah yang mengatakan adanya perbedaan antara bumi dan langit. Karena pada akhirnya semua perbedaan itu bisa dipersatukan." jelas Zhong Wen panjang lebar mengenai kuil tersebut.

"Ehm. Maaf intruksi sebentar. Agama kamu apa?" tanya Dewa pada Zhong Wen.

"Maaf?" kata Zhong Wen tidak mengerti.

"Yah, agama kamu? Hindu? Budha? atau Kristen? Tapi yang jelas bukan Islam kan?" kata Dewa yang membuat Asma tidak suka. "Atheis?" tambahnya.

"Saya percaya adanya Tuhan! Hanya ragu dengan agamanya." kata Zhong Wen menjelaskan.

"Zhong Wen ayo kita kesana nanti keburu sore!" ajak Asma untuk menghindar dari pertanyaan Dewa selanjutnya.

Setelah dari kuil mereka berhenti untuk mencari makan terlebih dahulu. Mereka makan dengan lahapnya kecuali Dewa yang sedang bingung.

"Ra? Kamu yakin kalau itu halal?" tanya Dewa sambil menunjuk makanan yang dimakan Asma.

"Inikan cuma ayam sama sayuran! Kamu nggak usah komplein terus! Makan aja kenapa sih!" kat Asma mulai tersulut emosinya

"Bukannya komplein, Ra, tapikan dia bukan muslim." kata Dewa menunjuk Zhong Wen dengan gerakan mukanya.

"Pemilik restaurant ini muslim Mas Dewa. Silahkan dicicipi! Dan ini adalah menu special disini." Kata Zhong Wen mempersilahkan.

"Sebenarnya saya lebih suka kopi! Saya bisa minta tolong memesankan saya kopi?" kata Dewa.

"Boleh... Boleh. Bentar yha." kata Zhong Wen.

"Kamu tuh apa apaan sih? Zhong Wen itu bukan pembantu!" kata Asma tak terima lalu Dewa pindah duduk disebelah Asma ditempat Zhong Wen sebelumnya.

"Kamu suka yha sama dia?" tanya Dewa.

"Nggak usah ganti topik pembicaraan! Nggak ada gunanya kan!" kata Asma.

"Jelas ada hubungannya. Aku jauh jauh kesini karena aku ingin memperjuangkan sesuatu yang hilang. Yang sudah lepas dari genggamanku sendiri karena kesalahanku." kata Dewa.

"Aku kan udah bilang, aku nggak akan balik lagi sama kamu." kata Asma kekeh.

"Ra, aku janji, aku bakal bahagiain kamu. Kita kan pergi kemanapun kamu suka, kita akan traveling." bujuk Dewa.

"Dewa berhenti ngelakuin apapun untuk bikin aku balik lagi sama kamu. Kita tuh dah beda. Kamu berhenti berharap kalau aku masih Ra yang dulu. Ini pertemuan kita yang terakhir. Tolong kamu jangan ganggu aku lagi. Kamu fokus aja sama istri dan anak kamu." kata Asma tanpa bisa disela, lalu pergi.

"Asmara, ASMARA." teriak Dewa mengejar Asma.

Disisi lain Zhong Wen melihat pertengkaran tersebut dengan dilema.


Assalamualaikum BeijingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora