prolog

426 20 6
                                    


Selamat datang di cerita baru ku happy reading

Enjoy

Moga kalian suka😊

David menarik tagan Helda dengan kasar dan henghempaskan tubuh Helda di sofa. Wajah David memerah karena amarah yang sedari tadi dia tahan di dalam mobil sekarang dia siap meluapnya. Siap meluapkan semua yang selama ini dia kubur rapi dalam hatinya.

“Dia siapa?!” sambar David.

“Bukan siapa-siapa.” Jawab Helda dingin.

“DIA SIAPA!!!” kali ini David benar-benar meledak.
“Kecilkan suaramu, ini sudah malam. Anak-anak sudah tidur.”

“Anak? Kamu mengkuatirkan suaraku membangunkan mereka? jadi kamu tidak kuatir kalau kamu terus meniggalkan mereka sampai larut malam  dengan seorang laki-laki.”

“David!! dia bukan  seperti yang kamu pikirkan dia hanya teman bisnisku kami sedang menjalin kerja sama.”

“Kamu pikir aku buta? Dia memelukmu.”

“David!! Aku tidak terima tudinganmu. Dia menolongku kerena aku hampir saja jatuh kerena high heelsku. Kamu jangan sembarangan kalau belum melihat semuanya.”

David mendengsus kesal, bibirnya sedikit tertarik mmebentuk senyum sinis, dia menatap Helda yang dulu sangat dia cintai kini berubah seperti monster di matanya.

“Aku sudah capek Helda. Capek mengertiin kamu.” ujar David perlahan. Dia berusaha menelan emosinya.

“dari dulu aku berharap agar kamu melepas perusahaan warisan Ayahmu yang hampir bangkrut dan fokus mengurus anak-anak tapi kamu tidak mau, kamu bilang, akan memperjuangkan perusahaan itu sampai titik darah terakhir. Aku mengalah.” David membuang nafas dengan keras “Saat kamu mengandung Tania, kamu menyembunyikan kehamilanmu. Tidak memberitahuku.  Kamu anggap Tania sebagai penghalangmu sebagai wanita karir di usia muda. Dengan tega  kamu usahakan menggugukarkannya. Darah dagingmu sendiri? Bahkan sampai sekarang aku tidak tau apa yang ada di pikiranmu saat itu demi ambisimu.” David menggelengkan kepala dan membuang padanganya ke arah lain. “Untung aku tau walau aku sedikit terlambat aku menghalangimu dan kamu lihat apa yang terjadi pada Tania sekarang, anak yang tak berdosa itu. Karena ulahmu-,”

“Cukup! jangan ingatkan aku tentang itu!!” Teriak Helda kini dia tidak bisa membendung air matanya lagi.
“Kenapa?! kamu merasa bersalah? Kamu malu?” David memicingkan matanya  pada Helda. “tidak usah meneteskan air mata di hadapanku aku jijik.” Ujarnya perlahan tapi menusuk

“David!!”

“Helda, lihatlah kekacauan yag telah kamu buat pada rumah tangga kita. Pantaskah tempat yang kau pijak ini di sebut rumah?”

“Apa semua salahku?  kamu pikir kamu sudah bersih? Bagaimana dengan selingkuhanmu.”

David tertawa keras. “Kamu jangan mencari-cari kesalahanku untuk membersihkan kesalahanmu. Aku sudah jelaskan. Aku hanya memakainya untuk memancingmu supaya kembali padaku tapi ternyata kamu terlalu liar untuk kutangkap kembali.”

“Dan kamu pikir aku percaya?”

“Terserah. Kurasa untuk apa  aku membuatmu percaya padaku tidak ada gunanya lagi Helda. Sekuat apapun aku mengembalikan keluarga kita menjadi utuh kembali, sekuat itu juga kamu akan mengahancurkanya kembali dan setabah apapun aku memaafkanmu begitupula kamu akan terus mengecewakanku.”

“Aku tidak butuh maaf darimu. Aku tidak butuh apapun darimu sungguh.”

“Sungguh?! kalau begitu tinggalkan rumah ini.”

“Baik. tapi aku akan membawa Dellon.”

“Tidak. Dia akan bersamaku kamu tidak ada hak apapun terhadap mereka.”

“Persetan dengan apa yang kamu katakan aku tidak peduli.”

Helda melewati  David untuk menuju kamar Dellon dan Tania tapi David menahanya.

“Kamu mau kemana?”

“Lepaskan aku akan membawa Dellon.”

“Tidak akan! Keluar dari rumah ini jangan membawa apapun kecuali barang kamu beli dengan uangmu sendiri.”

“Tidak kalau tidak bersama Dellon.”

“Kamu tidak akan membawanya.”

Helda terus berusaha melepaskan cangkraman David sambil terus berteriak dan mengupati David tapi dia kalah dengan tangan kokoh David yang meyeretnya keluar.

“PERGI WANITA LAJANG!!”

“APA KAMU BILANG!” saat tanga Helda berhasil lolos dari cengkraman David saat itu juga dia menampar wajah suaminya itu dengan sekuat tanaga.

David mengiris kesakitan dan mentap tajam Helda.

“Aku menyesal menikah dengan laki-laki bajingan sepertimu.” Umpat Helda

“Dan aku lebih menyesal lagi!” Ujar David kasar. Saat itu juga dia mendorong Helda keluar sampai wanita itu jatuh tercampak di lantai teras.
Setelah David berhasil mengusir Helda, dia mentup pintu itu dan membiarkan Helda  terus mengedor-ngedor pintu dan merengek untuk membawa Dellon.

Seorang anak kecil menutup celah pintu itu dengan perlahan , dia telah selesai menonton pertengkaran kedua orang tuanya. Dia mendengarkan derap langkah menuju kamarnya cepat-cepat dia menghapus air matanya dan naik ketempat tidur dan menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Dia mendengar suara pintu di buka lalu dengan sigap dia menutup matanya rapat seolah dia sudah lama terlelap.
Satu tangan kokoh membelai wajah dan rambutnya dengan lembut dan kemudian dia mendengar satu bisikan pilu.

“Maafkan Papa Nak.”


Tinggalkan Vote dan komenmu cin😀

Because She's LenoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang