Asa

34 5 2
                                    

Sudah seharian Yola di sekolah. Pundaknya masih nyeri. Mungkin karena luka jahitan yang belum kering. Masih teringat jelas dalam pikirannya saat dokter membacakan vonis hasil lab. Kala itu, ia sangat terpuruk. Mamanya juga. Ia menangis seharian. Tak bisa ditahan. Hati dan raganya remuk seketika.

Yola duduk di depan pagar sekolahnya. Tatapannya kosong, bebannya berat. Nyeri itu makin menjadi. Semakin sakit, semakin ia tahan. Ia tak mau seorang pun tahu apa yang sedang terjadi. Sampai ia tak sadar, Pak Yono sudah memanggil namanya 5 kali.

"Non" Pak Yono mulai menggaruk kepala, ia tak mendapat respon sedikitpun
"Non" sambil mengibaskan tangannya di depan muka Yola

"Eeh, eeh iya pak. Maaf, Yola ngelamun. Yuk pak"

Pak Yono tersenyum dan mempersilahkan Yola menuju mobil.

Yola menapakkan kakinya. Melangkah jengkal demi jengkal. Sesekali mendongak ke langit, mengagumi ciptaannya. Disitu pula ia mengutuk dirinya. Bisa bisanya ia pernah menyalahkan Tuhan atas apa yang ia terima sekarang. Bodoh. Sangat bodoh. Pikirannya mulai berkecamuk. Bahkan logika dan hatinya bertarung hebat. Makin kacau. Tapi kali ini ia hanya ingin menyendiri. Menghindari kerumunan siswa yang membuat pundaknya makin sakit.

Waktu berlalu
Yang pergi takkan kembali
Yang datang akan layu
Yang singgah tak menetap
Yang menetap kelak bangkit

Hati sudah terlanjur karam
Di dasar relung yang terdalam
Kadang ia inginku
Tapi inginnya tak berpihak padaku

Aku
Satu diantara beribu bintang
Yang pernah ia petik
Lalu diabaikan
Aku
Rintikan hujan yang pernah ia rindukan
Tapi,
Ia lebih merindukan mataharinya
Di seberang...

Yola menuliskan secarik puisi di catatannya. Tak beberapa lama ia melihat ke luar jendela. Melihat alunan pohon yang bergoyang kesana kemari. Hatinya tentram, sedikit.
Hatinya bertanya sudah berapa lama ia tak seperti ini. Ia tersenyum. Senyumnya indah. Tapi tak berlangsung lama. Pundaknya makin sakit, kali ini ia sudah tak tahan. Ia meringis.

Yola menangis sejadi-jadinya. Membuat Pak Yono kebingungan.

"Ada apa non?" Pak Yono menghentikan mobilnya.
"Sakittttttttt ya allah sakittt. Ya allah jangan buat yola sakitttttt" buliran air matanya makin bercucuran.

"Non, sabar non. Bentar lagi kita sampai. Tahan non tahan" Pak Yono kembali melajukan mobilnya. Ia khawatir terjadi apa apa

"SAKIIIIT PAKK SAKIIIIIITTTTTTTTTT. Cepetaan pak, pundak yola sakiiiitttt. Bapak tau gak sih. Yola sakit banget. Pakk sakiiittttttt. Tolooongg pak, maamaaaa yola saaakiiiitttttt" Tangisannya makin menjadi.

Lama kelamaan cahaya meredup, pandangannya kabur dan gelap. Ia tak sadarkan diri

***

Sayup sayup matanya mulai terbuka. Ia melihat sosok wanita paruh baya disampingnya. Menggenggam erat tangan Yola dan menangis.

"Ma"
"Gimana? Udah baikan? Kamu istirahat aja ya. Jangan sekolah dulu. Mama gamau kamu kenapa kenapa. Mau makan? Mama ambilin ya"

Ia tersenyum. Mamanya juga. Lalu pergi ke dapur mengambil makanan dan menyuapi Yola. Mamanya panik, takut jika terjadi apa-apa. Ia satu satunya. Buah hatinya.

Yola menyantap makanan itu. Ia tersenyum dan berkata dalam hati
Maaf ma, Yola ngerepotin mama terus. Yola sayang mama. Jangan tinggalin Yola ya.

Tanpa sadar, air matanya menetes. Mamanya kaget. Ia pikir sakitnya kambuh lagi.
"Kenapa yol?" Sambil mengusap air matanya. Ia panik
"Pedes hehehehe"
"Oalah, kirain kenapa? Gak kok. Lidah kamu aja tu yang pedes kayak lambe turah" Mamanya tertawa

Ia tersenyum. Senang melihat mamanya tidak sedih lagi. Setelah makan, ia istirahat. Berharap sakitnya mereda. Ia pejamkan matanya dan terlelap.
Tak beberapa lama

"Yol, bangun"

Yola mengusap matanya. Ia kaget. Dia? Kenapa dia disini? Mau apa?

"Lo kok diem sih yol? Ayo, katanya besok mau berangkat. Lo udah prepare?"

"Hah? L... Lo kok ada disini?" Lagi lagi Yola bingung

"Ealah lupa ni anak. Lo katanya mau bareng gue. Gue iyain, malah linglung. Amnesia lo kali ya"

"Za, gue sakit"

"Mama lo udah izinin. Aman. Besok gue jemput lo. JANGAN TELAT!" Reza berlalu pergi

Yola masih kebingungan. Prepare? Kemana? Ia masih dibuat bingung dengan Reza yang tiba-tiba ada di kamarnya. Mama mengizinkan? Aneh

Tiba-tiba mamanya datang
"Yol, udah mama siapin baju kamu. Besok dijemput Reza jam 8"
"Kemana ma?"
"Loh bukannya kamu mau ke surabaya? Baru bangun tidur udah lupa. Anakku anakku" geleng mamanya

Ia makin bingung. Ia memang ingin ke surabaya. Tapi, dengan Reza. Apa mungkin? Rasanya tadi ia tak berbicara sepatah apapun pada Reza di Sekolah. Ia kacau. Rambutnya ia acak acak sendiri. Pikirannya semrawut. Akhirnya, ia putuskan untuk tidur. Lagi.

....
....

Terimakasih telah baca part ke-3 ini. Semoga suka. Dan jangan lupa tinggalkan jejak bintang kamu ya😊 LUUVVVVV❣️

Sunset Puncak BromoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang