21 : I Know

2.7K 348 10
                                    

Suara sumpit dan sendok yang beradu dengan piring dan mangkuk pun terdengar jelas di telinga Jennie. Hanya suara itu yang terdengar. Tidak ada suara orang yang berbincang dengan heboh karena kini ia berada di ruangan VIP disebuah restoran.

"Kau tidak mau makan?" tanya seorang wanita dengan suara khasnya yang terdengar lembut.

Jennie justru menaruh sumpit nya di atas meja dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

Wanita di hadapannya pun ikut melakukan hal yang sama, meski mulutnya masih tetap mengunyah makanan yang tersaji.

"Ayolah, cerita membutuhkan energi. Jadi kau harus makan dulu sebelum cerita." katanya dengan tatapan mata yang meneduhkan.

Jennie lalu menghela nafas dan meniup poninya dengan gusar.

"Eonni. Hal ini membuat ku bingung." ucap Jennie.

Wanita yang ada di hadapannya lalu nampak mulai tertarik dengan ucapan Jennie. "Memangnya apa lagi yang kau bingungkan?" tanyanya.

"Ya... Ini... Semua ini... Harusnya aku tidak merasakan ini bukan?" tanya Jennie sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Jennie-ya. Wajar kalau kau merasakan itu. Kita manusia. Kita berhak memiliki perasaan kepada siapa saja. Bahkan kepada orang yang sudah memiliki pasangan."

Jennie terdiam.

"Tapi... Yang harus kau hindari adalah, merusak hubungan orang lain demi mementingkan ego mu." sambung wanita itu.

Jennie lalu tersenyum pahit. "Joohyun Eonni. Aku tidak akan bertindak senekat itu." cibir Jennie.

"Siapa tau." balas Irene.

Iya. Malam ini setelah di antar oleh Hanbin untuk kembali ke dorm, Jennie memutuskan untuk makan malam bersama dengan Irene. Sosok yang dinilainya bisa membantunya untuk memecahkan pergolakan batin di perasaannya. Bukannya Jennie tidak percaya kepada membernya sendiri. Hanya saja... Jennie malu kalau harus mengakui hal tersebut di depan para membernya.

"Setiap manusia punya sisi buruk Jennie-ya. Terkadang kau tidak bisa mengendalikan ego mu dengan akal sehat. Dan membiarkan sisi gelap mengusai diri mu. Ku harap kau tidak seperti itu nantinya." sambung Irene yang mulai kembali menyantap makannya.

Jennie menghela nafas dan kembali mengambil sumpit. Ia lalu menyuapkan sepotong daging kedalam mulutnya. Namun gerakan giginya yang mengunyah daging seketika terhenti saat mendengar Irene tertawa kecil dihadapannya.

"Ku kira cinta lokasi itu hanya kutukan konyol belaka. Tetapi memang bisa kejadian ya..." kekehnya dengan tanpa dosa.

"Cih. Kalau Eonni sampai mengalami hal yang sama maka aku akan tertawa keras di hadapan mu nanti." balas Jennie dengan sarkas.

Irene lalu tersenyum miring. "Aku cukup pandai dalam membuat batas dan menaati batasan itu." katanya dengan nada bangga.

Jennie hanya terkekeh kecil melihat Irene yang terkadang sering sekali membanggakan dirinya sendiri di hadapan Jennie.

"Kau juga seharusnya membuat batas. Dan menaati batasan itu." sambung Irene yang menohok perasaan Jennie.

"Tidak semudah itu Eonni." kata Jennie dengan penekanan.

"Apa yang susah Jennie? Semua hal di dunia ini itu simple, kita lah orang yang membuat hal itu menjadi rumit." ucap Irene.

"Kau tau dia sudah milik orang lain. Kau tau dia hanya menganggap mu sebagai adik. Tetapi kau sendiri yang nekat jatuh hati padanya." sambung Irene yang seperti memberikan satu tonjokan keras bagi Jennie.

There's No Way ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang