3

979 137 29
                                    

Tujuh bulan setelah prediksi dokter, Seulgi masih bernafas.

Seulgi hidup lebih lama dari yang diperkirakan dokter, berbagai macam pengobatan telah Irene usahakan untuk Seulgi, dari mulai pengobatan tradisional, pengobatan alternatif, sampai pengobatan yang menggunakan telur sebagai media penyembuhan. Tapi, tak ada satupun yang berhasil mengangkat habis parasit didalam otak Seulgi

Selama tujuh bulan itu pula kesehatan Seulgi makin menurun. Kini, kankernya telah memasuki stadium akhir, keadaannya makin parah.

Semakin hari, darah semakin sering keluar dari hidungnya. Rambutnya mulai melepaskan diri dari kulit kepalanya, kulitnya menjadi pucat pasi, tubuhnya mengering.

Mengenaskan.

Satu kata yang pantas menggambarkan keadaan Seulgi sekarang, tak ada lagi wajah beruangnya, tak ada lagi senyum yang membuat pipinya terangkat, tak ada lagi Seulgi yang romantis. Kini, hanya Seulgi yang terbaring lemah di kasur rumah sakit itu.

Dokter yang meleset akan kematian Seulgi, atau memang hanya kematian Seulgi yang tertunda?

Hari ini, hari dimana Seulgi melakukan operasi pengangkatan sel kanker untuk terakhir kalinya.

"Ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, jika operasi itu berhasil, Seulgi bisa memperlambat kematiannya. Kedua, jika gagal Seulgi akan pergi" ucap dokter itu kepada Irene. Irene hanya diam mendengarkan dan menahan isakkan agar tidak keluar

Sudah beberapa hari ini Seulgi dirawat dirumah sakit itu. Irene selalu setia menemaninya, bahkan tanggung jawab dalam perusahaannya ia abaikan. Ia hanya ingin bersama Seulgi, apa itu salah?

Dan apa yang dokter katakan? Jika berhasil, itu hanya akan memperlambat kematiannya, bukan menyembuhkan Seulgi. Oh ayolah, Irene mau Seulgi hidup dengannya setidaknya sampai 40 tahun kedepan.

"Dan jika berhasilpun.." dokter itu menggantung kalimatnya, membuat Irene dengan cepat menatap dokter yang lebih tinggi darinya itu

"Apa yang terjadi jika itu berhasil?" Tanya Irene tergesa-gesa

"Seulgi tidak akan mengingat apapun"

Sial! Apa lagi ini?

Setelah mengucapkan terimakasih, dokter itu pergi meninggalkan Irene.

Kaki Irene tak cukup kuat menopang tubuhnya kini, Irene terduduk diatas kursi yang ada disana. Tubuhnya bergetar hebat, bibirnya mengambil nafas, karena hidungnya tak mampu menarik udara segar.

Tangannya mengacak rambutnya frustasi. Pertahanannya perlahan runtuh, air matanya luruh menetes ke atas lantai.

Seulgi akan dioperasi 2 jam lagi, Irene segera berlari memasuki kamar Seulgi, hanya ada Seulgi disana. Karena memang Irene mau Seulgi tidak dicampur dengan pasien lainnya, singkatnya Irene memesan kamar VVIP untuk Seulgi.

"Seul" lirih Irene, Seulgi yang sedang menonton televisi menoleh kearah Irene. Dan tersenyum.

Yatuhan, boleh kah Irene menangis didepan Seulgi? Senyumnya, melihat dirinya yang rapuh tersenyum sungguh membuat Irene ingin menumpahkan air dari matanya. Tidak! Irene tidak boleh terlihat lemah.

"Hei Rene, sini" Seulgi menepuk sisi kasur disebelahnya, mengisyaratkan agar Irene duduk disana

Irene berjalan mendekati Seulgi, matanya tak lepas dari bibir pucat dan kering Seulgi. Kemana bibir lembab yang berwana pink itu? Kemana bibir yang manis, yang biasa mengucapkan kata-kata yang membuat Irene tersipu? Kemana semua itu?

Kasur sedikit bergerak, karena Irene mendudukkan dirinya disebelah Seulgi

"Kau habis menangis?" Tanya Seulgi, Irene sedikit terlonjak. Namun, dengan cepat dia netral kan kembali ekspresi wajahnya

Dancing In The Rain (End)Where stories live. Discover now