prolog

105 15 11
                                    

"Kenapa?" Lirihnya dengan sebelah tangannya menutup mulut, berusaha meredakan isakan agar tidak terlalu kencang.

"Tuhan kenapa?" Isaknya lagi. Baju putihnya kini tampak kusut dan rok abu-abunya kotor.

Dia tidak memperdulikan handphone miliknya yang sedari tadi tidak berhenti berdering, sekarang yang ia butuhkan hanya kesendirian, ketenangan dan mencoba memahami diri sendiri.

Air matanya tak pernah berhenti mengalir dipipi tirusnya. Awalnya ia tak ingin menangis menyedihkan seperti ini, duduk diatas rumput dengan keadaan kucel dan handphone yang ia letakkan diatas rumput. Tapi dia sudah sangat lelah dengan semuanya, dengan kebohongan yang selalu ia buat demi orang lain, dengan semua beban yang selalu dituju padanya dan yang paling penting, ia muak dengan kemunafikan dirinya sendiri.

"Gue juga pengen kaya yang lain" Lirihnya meyedihkan

Perlahan satu-persatu memori berputar dikepalanya, tentang betapa lucu kehidupan mempermainkannya seolah itu adalah lelucon yang semua orang harus tau dan menertawakannya. Ia muak, rasanya ingin bunuh diri saja, mengambil pisau dan menancapkannya dijantungnya. Haha tapi dirinya terlalu naif.

"Udah?" Ujar dingin lelaki dibelakangnya

Deg

Ia terkejut, ternyata ada orang lain selain dirinya disini, dengan cepat ia berdiri, menghapus air matanya dan menepuk-nepuk pelan rok abu-abunya yang sedikit kotor dengan kedua tangannya dan menoleh kebelakang.

Ternyata ada seorang pria yang tengah berdiri bersandar dipohon dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana abu-abu miliknya dengan mata terpejam dan baju putih yang keluar dengan membuat kesan tampan dengan kulit putih yang begitu kontras dan sedikit membuat dirinya terpana.

Ah apa yang sudah ia lakukan? Terpana? What? Ia menggelengkan kepalanya, mengusir pikirinnya yang sedikit kurang ajar itu. Barusan saja ia menangis tersedu-sedu, sekarang sudah seperti ini, sebenarnya apasih mau dirinya ini.

Satu kesimpulan yang bisa ia ambil. Pria ini sudah lama berdiri dibelakangnya dan pastinya sudah melihat sisi dirinya yang menyedihkan. Dan dirinya tidak suka itu, sudah ia katakan bahwa dirinya hanya butuh kesendirian, ketenangan dan memahami diri sendiri, bukan? Dengan cepat ia mencoba untuk berlari. Tapi gagal karena pria ini menghentikannya dengan menarik paksa tangannya.

"Berisik kunti" Suara dingin dan mata tajam pria itu membuat dirinya takut dan menundukkan kepalanya. Mungkin maksud dari kata 'berisik' yang diucapkan pria ini adalah ketika ia menangis tadi.

Ia sudah mencoba melepaskan tangannya tetapi tetap saja pria lebih kuat dari wanita. Kini berbagai macam persepsi bersarang dikepalanya. Bagaimana kalau ternyata pria yang sedang menariknya sekarang adalah orang jahat? Ingin menjualnya misalnya, atau mungkin membunuhnya? Sekarang ia sangat ketakutan.

^^^^^^^
🌵tamat, eh baru mulai gaisek.
Halooo, Assalamu'alaikum temeh-temeh. Ini adalah cerita pertama aku, jadi mohon maaf kalau misalnya banyak kekurangannya🙏. Ini semua murni dari hayalan dan imajinasiku. Mohon kritik dan sarannya dengan kata-kata yang sopan. Dan jangan lupaaa VOTMEN okey.🌵

BASQIZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang