Love Shot (UrataxSakata)

753 47 27
                                    

Pagi yang cerah, bagi pemuda (yang lebih tepatnya pria) bersurai cokelat bermanik hijau itu, apalagi kalau tidak disuguhkan dengan pemandangan yang, err, sedikit membuatnya risih? Pemuda bersurai merah tomat itu datang seperti hantu, tidak dikira-kira! Memang, sih, mereka hari ini ada janjian untuk bertemu, tapi... pria yang dikenal sebagai Urata ini saja bahkan masih berada di apartemennya-yang dikunci, tentu saja. Jadi, bagaimana bisa pria kekanakan ini masuk ke apartemennya?

"Oh, Urata-san! Sudah selesai mandinya?"

Nah, bahkan dengan tampang malaikat sok suci-nya itu, ia masih bisa bertanya seperti itu. Benar-benar membuat kesal saja.

"Dari mana kau masuk ke apartemenku, Sakata?" Urata bertanya, dengan nada dingin. O oh, sepertinya ia akan marah. Dan sepertinya kepekaan Sakata-pria bersurai merah tomat-amat benar sangat tumpul. Lihat, bahkan matanya masih memancarkan aura berbinar.

"Oh, ehehehehe, pintunya aku hancurin,"

Ah, dan sekarang Urata benar-benar meledak.

x

x

x

"Ittai yo-- Urata-san..." Sakata masih terus mengelus keningnya karena jitakan Urata yang sekarang membuat keningnya mati rasa. Yah, berkat keluhan pria kekanakan itu, ia mendapat traktiran dari lawan bicaranya sekarang ini duduk di depannya. Maka saat ini pula, mereka sedang berada di sebuah cafe klasik yang nyaman.

"Itu salahmu sendiri, aho," Urata mencibir, sembari menyeruput sedikit cappuccino latte-nya yang berembun karena es.

"Eeee," Sakata mendengus, "Habis, aku sudah memencet bel berkali-kali, lho. Urata-san-nya saja yang tidak keluar-keluar, akhirnya aku hancurin." Dan, masih sempat-sempatnya ia membela diri, padahal sebetulnya ini semua memang benar salah pria bermanik tomat itu.

Urata mendelik, "Kau masih mau kujitak lagi? Apa yang tadi kurang keras?"

Dan lantas Sakata menggeleng berkali-kali dengan cepat, "Oh, iie, iie, tidak perlu, terima kasih."

Suasana yang tenang membuat Urata merasa tenang pula. Selain hawa dari pendingin ruangan yang menyejukkan, tempat duduk yang telah dipilih sedemikian rupa agar para pengunjung menikmatinya benar-benar membuat Urata ingin mengacungkan kedua jempolnya pada ia yang memilihkan seluruh interior cafe ini.

Yah, sebenarnya, ini juga karena pilihan Sakata, sih.

Urata diam-diam melirik pria tomat yang sedang asik bermain dengan ponselnya, tidak lupa dengan cengiran lebar yang selalu ia lontarkan pada apapun. Yah, selain sifatnya yang terlalu kekanakan, jujur saja, Urata merasa kagum pada penilaiannya yang rinci pada apapun yang a lihat.

Oh, tidak lupa. Lokasi apartemen yang sekarang ini Urata tempati, yang merupakan lokasi strategis karena berdekatan dengan cafe, mall, kantor pos, dan tempat latihan mereka, itu juga karena pemilihan tepat Sakata.

Yah, diam-diam,

Iya, diam-diam, Urata merasa bahagia karena sudah menembaknya ketika mereka-termasuk Shima dan Senra yang sekarang ini honeymoon di luar kota-selesai konser di Tokyo Dome.

Hei, kalau kalian ingin melupakan fakta yang ada di sini, pria bersurai cokelat yang sedang menyeruput kembali cappuccino latte-nya itu berpacaran dengan pria kekanakan yang saat ini sedang-oh, Sakata mulai gila, rupanya. Lihat saja, kini ia benar-benar sedang menyengir dengan suara yang, tidak dapat dideskrpsikan. Apalagi, dihadapan Urata yang saat ini sebenarnya, mereka sedang berkencan.

"Sakata," Urata tanpa sadar memanggilnya.

Sakata menoleh, menatap manik greentea yang dimiliki Urata, "Ya?"

Utaite FanficWhere stories live. Discover now