Don't Say Goodbye (LuzxAmatsuki)

463 31 15
                                    

Note : Tak ada pict LuzAma yang hanya berdua, akhirnya yang ada Soraru dan Mafumafunya juga ya.


Di sebuah apartemen yang besar, terdapat dua pria yang bekerja sebagai Utaite yang tingal bersama. Satunya yang tinggi bak lehernya jerapah, satunya imut-imut layaknya kelinci. Oh, jangan lupakan sifat si jerapah yang sok cool, dan sifat si kelinci yang seperti ibu. Benar-benar dua sifat yang berbeda.

"Luz-san, aku sudah selesai mandi. Gantian Luz-san yang memakainya," pria bersurai cokelat itu keluar dari kamar mandi. Setelah menjemur handuknya, ia menghampiri pria bersurai cokelat krim yang masih berkutat pada personal computer-nya.

"Hm, hm." sementara pria yang dipanggil itu hanya menjawab ala kadarnya.

Amatsuki mendengus, lalu melangkahkan kakinya agar dudukdi sofa sebelah Luz, sembari memerhatikan aktivitas yang dilakukan suaminya--ah, iya, mereka sudah nikah, sama seperti pasangan ShimaSen, kalau kalian ingin tahu.

Terdiam, pria bermanik cokelat itu mengelus tengkuk karena canggung. Lantas, ia berdiri, sembari melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan yang penuh dengan peralatan berbahan alumunium, plastik, dan sebagainya. "Luz-san, kau mau makan malam apa hari ini?" tanyanya, dengan suara yang sedikit ia tinggikan.

"Apa saja. Malam ini aku akan menginap di rumah sakit, karena akan ada pasien yang harus dioperasi." Luz bangkit dari duduknya, merampas handuknya yang ada di rak, lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Amatsuki menghela napas kecil, lalu tersenyum wajar. Tidak masalah, lagipula sebelum mengenalku, ia sudah seperti itu. Maka, untuk menghilangkan pikiran negatifnya, ia mulai memasak makan malam.

x

x

x

"Selamat bekerja, Luz-san," Amatsuki tersenyum, sembari melambaikan tangannya pada pria yang memakai jas hitamnya. Tak lupa topi dan tas, pria yang lebih tinggi dari Amatsuki itu pergi tanpa membalas lambaiannya.

Amatsuki mendesah, lalu segera duduk di sofa dan meminum air yang ia ambil sebelum Luz berangkat. dirogohnya sebuah kotak kecil dari kantongnya, dan mengambil dua pil dari kotak tersebut. Diminumnyalah pil itu dengan sekali teguk, lantas menyandarkan kepalanya pada sandara sofa. Lagi-lagi, Amatsuki menghela napas, lalu akhirnya tertawa miris. Ia mencengkram bajunya, lalu setetes demi setetes airnya keluar, hingga akhirnya ia terisak dalam kesendirian.

"Eh, kau mau mampir? Oh, boleh-boleh, tentu saja! Aku menantikan kehadiranmu! Dan, oh, sekarang aku berada di apartemennya Urata-san, langsung saja kesini, ya!"

Pip!

Ponselnya kembali menjadi layar hitam. Amatsuki baru saja melakukan panggilan pada Sakata, yang merupakan sahabatnya setelah Mafumafu dan Soraru. Walau tidak terlalu dekat, Sakata yang sering bersama Mafumafu membuatnya ikut bersahabat dengan pria bersurai tomat itu. Apalagi, karena Mafumafu memang sahabatnya sejak kecil.

 

Ting tong!

Cklek

"Ama-chan! Selamat da-- Waa! Ada apa dengan wajahmu?!" Sakata segera panik melihat wajah Amatsuki yang sembab. Hidungnya merah, dan matanya masih berkaca-kaca. Sakata lantas langsung mempersilahkan sahabatnya itu duduk, lalu membiarkannya diam sesaat, untuk menenangkan hatinya. Ah, Sakata memang sahabat yang terbaik.

Tapi, bukannya semakin tenang, pria bersuara imut itu malah kembali terisak. Sakata mendekatinya, memeluknya, lalu mengelus-elus punggungnya. Sakata hanya diam, membiarkan Amatsuki menangis sepuasnya. Lagian, kalau memang sedih, kenapa harus ditahan?

Utaite FanficWhere stories live. Discover now