Prolog

4.7K 245 10
                                    

Raut wajah bingung ditampakkan oleh wanita bercadar itu sembari menggenggam ponsel pipihnya. Sebuah kabar samar mulai tak mengenakkan hatinya. Namun keyakinan teguh masih ia pegang erat.

Akan selalu ada harapan bagi orang yang beriman.

Karena selalu ada harapan di atas sajadah.

Saat jiwa lelah, ada Allah, jangan menyerah.

Adara, wanita bercadar itu segera berlalu meraih wudhu. Melaksanakan sholat dua rakaat salam, lalu berdoa guna meraih ridha Allah dan memohon banyak petunjuk dari-Nya.

Allaaaahh! teriak Adara dalam hati. Sebulir air mengalir di sudut mata bening itu.

🌹🌹🌹

Seorang gadis berlari memeluk mamanya yang tengah melakukan muraja'ah. Hijabnya kisut yang kemudian diperbaiki oleh sang mama. Ia tersenyum dan dibalas senyum pula oleh wanita yang melahirkannya itu.

"Kenapa harus ada ungkapan harapan di atas sajadah, Ma?"

"Karena memang sudah lumrahnya di atas sehelai kain bernama sajadah itu kita berdoa, terutama selepas sholat, Arimbi."

Arimbi yang sudah menjadi seorang gadis itu mengangguk dan mengiyakan ucapan Adara, sang mama, yang tengah menjadi murobi pembimbing hafalannya.

"Bolehkah aku menjadi seperti Mama?"

"Memangnya mama seperti apa?"

"Mama cantik. Apalagi pakaian Mama tambah buat Mama cantik. Hafalan Qur'an Mama, sholat Mama. Semuanya terlihat cantik."

"Aamiin ..., semoga itu jadi doa buat mama sama Arimbi, ya? Cantik, tapi di hadapan Allah saja."

Arimbi tersenyum dengan memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan mungil yang hampir mirip seperti Adara. Adara membenarkan letak hijab di kening sang putri yang mulai tak rapi.

"Mama, Arimbi bukan anak kecil lagi." Arimbi cemberut dan mengeluarkan cermin kecil dari dalam tasnya. Ia mencoba membetulkan letak hijabnya sendiri.

"Bagi seorang mama, anak akan tetap seperti anak kecil yang masih dalam gendongan, Sayang," ucap Adara.

"Mama." Arimbi terharu sekaligus tersipu. Ia kembali bermanja dan memeluk sang mama.

"Aku kangen papa, Ma."

"Insya Allah, sebentar lagi papa pulang."

🌺🌺🌺
Tbc.

Situbondo, 11 Juni 2019.

(Bukan) Harapan di Atas SajadahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang