Tugas

2K 157 10
                                    


"Ma, Agra pengen ngomong."

Semua mata tertuju pada Agra yang awalnya diam saja sedari tadi menikmati hidangan di meja berbentuk lingkaran itu.

"Bicara apa, Agra? Bicara saja." Adara menoleh pada Arimbi dan Fayza seolah memberi kode. Saat kedua adiknya bangkit, Agra melarangnya dan menyuruhnya duduk saja.

"Gue sekalian pamit sama kalian berdua juga."

Adara masih tak mengerti dengan yang ingin disampaikan sang anak sulung.

"Emang Kakak mo ke mana sih? Pake acara pamit?" tanya Arimbi.

Agra menoleh pada sang mama, "Minggu depan Agra ada pelatihan kerja ke Australia, Ma. Dan mungkin agak lama sekitar satu bulanan. Tapi gak tahu lagi. Agra belum liat job disc-nya. Kabarnya sih, sebelum ada pelatihan kerja masih pake acara pelatihan mental gitu."

Adara mengangguk saja, "Mama cuma bisa doain yang terbaik buat Agra. Semoga Allah memudahkan pekerjaan Agra."

Arimbi tersenyum kecut. Agra memang usil. Namun ketiadaan kakaknya itu membayangi kesepiannya saat di rumah. Arimbi juga bukan tipe gadis yang suka hang out bersama teman-temannya. Selepas kuliah, ia pasti akan langsung pulang, kecuali memang ada tambahan tugas kampus.

"Kerja di perusahaan mama papa kenapa sih, Kak? Australia kan jauh. Kalo Kakak ditaro di sana seterusnya gimana?" protes Arimbi.

"Kakak kan cari pengalaman, Bi. Lagian kalo cuma cari kerja sama papa mama, entar yang ada, hidup kakak monoton. Segitu gitu doang. Jadinya gak seru."

"Seru tanda pentung!"

Arimbi seolah marah dan mendorong kursinya ke belakang. Sepersekian detik kemudian, ia sudah berada di dalam kamar dan menutupi wajahnya dengan bantal.

Adara menghela napas dalam dan Agra menggeleng pelan melihat tingkah sang adik, "Mama gak papa kan aku tinggal sementara dan ninggalin adik-adik di sini?" tanya Agra.

Sebenarnya Agra merasa berat meninggalkan keluarganya. Apalagi Pras sang papa belum juga datang. Biasanya sang papa keluar kota hanya butuh beberapa hari dan ini sudah dua minggu berjalan.

"Totalitas saja, Nak. Mama sama adik-adik di sini pasti mendoakan Agra."

Agra menoleh pada Fayza. Tanggapan Fayza hanya anggukan pelan. Agra bangkit dan mendekati sang adik seraya menepuk pangkal lengannya, "Titip kakakmu Arimbi, Dek. Dia masih sangat manja. Mengertilah." Kembali anggukan pelan sebagai jawaban Fayza.

🌹🌹🌹

"Ma, Agra pamit ya?"

Agra menyalami punggung tangan sang mama. Sementara Arimbi tak bisa menahan tangisnya dan langsung memeluk sang kakak.

"Kakak jahat!" ucap Arimbi lirih.

"Dek, kakak cuma sementara. Kalo pekerjaan selesai, kakak janji langsung pulang dan ngerebut hape Arimbi lagi."

Arimbi meninju perut sang kakak. Agra meringis pura-pura kesakitan. Setelah itu, ia tersenyum menguatkan adiknya.

"Jangan lama-lama."

"Udah dewasa. Udah kuliah. Masa ditinggal bentar nangis. Iiih malu sama Fayza. Lebih tuir Arimbi timbang Dek Fayza, 'kan?" ejek Agra.

"Biarin! Fazya taunya senyum doang. Mana bisa dia bantu ngerjain tugas kuliah kakaknya."

"Fayza, nanti Kak Arimbi bantuin ngerjain tugas yaa?"

(Bukan) Harapan di Atas SajadahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang