Rintik Kesebelas

116 14 2
                                    

Halo semuanya!

Akhirnya Galih kembali, berkat proposal penelitian yang rampung dengan cepat. Agak pusing ternyata ya menuju skripsi. Doakan semoga skripsi Galih lancar terus ya guys, amiinnn...

Ini ada kelanjutan ceritanya Abi di Perancis. Kebetulan Galih posting ini malam-malam saat Kota Bandung diguyur hujan deras. Banyak petir juga jadi agak takut hahahaha..

Selamat menikmati ya. Salam hangat dari Galih untuk kalian semua.

Note: Maaf kalau banyak typo. Jangan sungkan untuk komentar ya. Vote terus juga hihihihi...

*****

Abi membuka mata ketika fajar belum merekah. Ia melihat keadannya di dalam cermin. Rambutnya berantakan dengan bawah mata yang sedikit membengkak. Ia masih terlihat sedikit menyedihkan. Teringat lagi dalam benaknya tentang Shanum. Gadis yang ia cintai kini telah mengubah statusnya menjadi kekasih orang lain. Abi tersenyum getir saat menyadarinya dan ia pun meninggalkan refleksi dirinya di cermin.

Setelah menggosok gigi dan membersikan wajahnya, Abi membuka pintu balkon dan duduk di kursi kecil yang disediakan. Ia menghirup udara kota Paris dengan bebas, dadanya membusung hingga penuh. Ia mencoba untuk melepaskan beban dalam dirinya. Dingin mulai menyeruak dan ia merapatkan mantel hangatnya.

*****

ABI P.o.V

Aku melanjutkan hariku seperti biasa. Duduk di resto dan bar. Menunggu pesanan sarapanku datang. Jullien memberikan croisant dan secangkir kopi hangat di mejaku. Hari ini ia terlihat sangat kewalahan karena mendadak pengunjung menjadi banyak. Tuan Roussell juga memasak dengan sangat cepat hari ini. Ada yang berbeda darinya. Selama aku melihatnya sejak tadi, senyum tak pernah lepas darinya. Bahkan sesekali ia tertawa terbahak-bahak entah dengan siapa.

Waktu makan siang sudah berakhir, namun aku masih tetap betah menunggu di resto. Jullien baru saja menyelesaikan pekerjaannya membersikan dapur. Ia melepas celemeknya dan duduk di mejaku. Jullien menghembuskan nafas panjang sambil mengacak rambutnya hingga kusut.

"Lelah sekali aku hari ini. Entah kenapa pengunjung yang bukan penginap di sini datang sebanyak itu. Aku saja sampai kewalahan. Seperinya tuan Roussell membutuhkan pelayan baru untuk membantuku."

"Sudahlah, terima saja. Jangan banyak mengeluh. Aku jamin, kau pasti akan mendapatkan banyak uang karena kerja kerasmu."

"Ya, ya, tapi aku rasa uang itu akan cepat habis karna kupakai untuk mengobati rasa lelahku."

Aku tertawa mendengar itu, kasihan sekali ia.

"Eh, bagaimana dengan kabar tuan Roussell?"

"Kau bisa lihat sendiri, sedari tadi ia tersenyum dan tertawa terbahak-bahak karena mendengar kekasihnya berceloteh tentang masa lalu mereka."

Aku melihat sekali lagi ke arah dapur. Melihat tuan Roussell yang masih betah di dalam dapur sambil mencuci piring. Masih tetap dengan senyumnya yang mengembang. Beberapa detik, mata tuan Roussell dan Abi bertemu. Abi yang menyadarinya langsung mengalihkan pandangan karena merasa malu.

Tak berapa lama tuan Roussell keluar dari dapur sambil berjalan mengarah ke meja Abi. Dibelakangnya diikuti dengan tuan Victor yang berdandan dua kali lebih muda dari tampilan biasanya.

"Hai, apa kabar?" Sapa tuan Roussell kepadaku dengan nada sumringah. Ia duduk di sampingku. Tuan Victor melingkarkan kedua tangannya di leher tuan Roussell sambil berdiri.

"Ya begitulah, sedikit lebih baik dari yang kemarin."

"Ayolah, jangan bersedih. Jika satu wanita menolakmu, masih banyak ribuan wanita yang bisa kau pilih. Kau punya wajah yang tampan untuk ukuran orang asia. Kau gagah dan sangat tampan sepertiku saat masih muda." Celoteh tuan Victor.

PetrichorWhere stories live. Discover now