21. BREAK OR PUTUS

1.7K 280 0
                                    

Jangan memutuskan sesuatu saat sedang dalam keadaan marah.

***

Setelah kejadian dimana Angkasa membantah semua kemauan Vano—papa Angkasa. Malam itu juga Vano mendapat serangan jantung mendadak. Saat itu Angkasa benar-benar merasa bersalah karena sudah membantah ucapan Vano untuk pertama kalinya.

Ia juga membicarakan tentang hal ini. Ia tidak akan tetap berada disini karena Angkasa sudah bersedia untuk pergi ke Jerman dan masuk ke Universitas pilihan Vano. Angkasa benar-benar bingung harus memilih antara pilihannya sendiri atau mengikuti apa kata papa nya.

Angkasa ingin sekali berada disini tapi ia juga harus mikirkan ayahnya yang menginginkan Angkasa menjadi seorang dokter yang profesional. Cowok itu benar-benar berada di dua pilihan meskipun Bintang sudah mengiyakan apa yang Angkasa katakan bahwa dia akan ke Jerman setelah lulus SMA.

Dua hari lagi Angkasa akan melaksanakan Ujian nasional. Rasa tegang memang ia rasakan. Tapi ia harus bisa mendapatkan nilai yang bagus dan bisa masuk ke Universitas Heidelberg seperti apa yang papa nya mau.

Malam ini Bintang dan Angkasa berada di sebuah tempat makan pinggir jalan yang sedikit ramai karena pengunjung. Angkasa menikmati makanan itu dengan lahap begitu pula dengan Bintang.

"Bintang, aku mau ngomong sesuatu sama kamu."

Bintang menoleh ke arah Angkasa.

"Orang tua aku udah tahu kalo kita udah jadian, Bintang." lanjutnya.

"Terus?"

Angkasa menghelakan napasnya sekarang. "Hari senin besok aku bakalan ujian nasional, kan. Jadi, mama sama papa aku nyuruh buat kita break sementara waktu."

Bintang mengerutkan dahinya mendengar kata-kata itu keluar dari bibir Angkasa.

"Maksudnya Kak Angkasa minta buat kita putus?"

"Nggak, Bintang. Maksud aku bukan putus. Maksud aku kita break sebentar karena aku harus fokus sama ujian besok."

"Menurut Kak Angkasa, apa bedanya break sama putus? Kalo menurut aku itu nggak ada bedanya sama sekali Kak. Kita break, sama aja kalo kita putus. Karena apa, karena kita nggak akan ada kabar sama sekali."

Bintang menghelakan napasnya. Mengatur agar air matanya tidak turun ke bawah. Angkasa memegang tangan gadis itu dan menatap kedua mata Bintang yang sudah menahan turunnya air mata.

"Bintang, aku nggak.."

"Kalo Kak Angkasa mau kita putus nggak papa. Karena akhirnya nanti, kita juga sama-sama bakalan saling ninggalin kan. Kak Angkasa nggak bisa ngejalanin hubungan jarak jauh. Sedangkan aku selalu maksa Kak Angkasa tetap di sini."

"Bintang maksud aku bukan kayak gitu."

"Aku tahu maksud Kak Angkasa kita break, kan?"

Angkasa menganggukkan kepalanya.

"Tapi aku mau nya kita putus. Karena itu lebih baik dari pada awalnya sekarang kita ngomong break dan masih ada kesempatan buat kembali, lebih baik kita putus Kak. Akan sama juga sakit diawal nanti juga sakit diakhir."

Angkasa masih menatap kedua mata gadis itu. Yang mungkin suatu saat nanti ia tak akan bisa melakukan ini lagi.

"Percaya sama aku Kak. Aku sayang banget sama Kak Angkasa. Tapi aku juga nggak mau nyakitin perasaan ku sendiri dengan seolah-olah ngasih harapan kalo kita masih akan tetap bersama. Aku bahkan nggak mau egois kalo Kak Angkasa emang milih lanjutin pendidikan ke Jerman." lanjutnya.

AngkasaWhere stories live. Discover now