WQ- 27

19.1K 978 4
                                    

Sebuah taxi melaju dengan kecepatan sedang, di dalamya Natha terus menatap jalanan, dengan cemas ia meremas kedua tangannya. Biarlah ia di katakana istri posessif dari pada ia tidak tahu sama sekali kebenarannya.

Begitu kelasnya selesai Natha langsung memesan taxi untuk pergi ke kantor Adrey, sebenarnya ia tidak merencanakannya namun dari pada hatinya terus gelisah tidak karuan lebih baik ia kunjungi saja, apa yang sebenarnya terjadi akan jelas.

Seorang resepsionis menyambut Natha dengan senyum ramah, ia benar-benar gugup hanya dengan di sambut resepsionis seperti ini, ini bukan kali pertama ia masuk perusahaan besar atau firma-firma hukum tapi baru kali ini ia segugup ini.

"saya Queenatha Spark ingin bertemu dengan..." Natha berhenti ia harus memanggil Adrey apa sekarang Tuan? Mr? Sir? atau Adrey? "Tuan William Walter"

Tidak ada raut penasaran dari wanita yang menyambutnya itu, senyum ramahnya masih terlihat ketika ia mempersilahkan Natha untuk menunggu karena ia akan menghubungi sekretaris Adrey, sepertinya ia memang sudah terlatih dengan canggih.

Tak lama dengan senyum ramahnya wanita itu mempersilahkan Natha menuju keruangan Adrey dengan di temani oleh seorang pria dengan kemeja putih.

"OH MY GOD" itu sambutan pertama yang Natha terima ketika ia berdiri di depan sekretaris Adrey.

Mata wanita cantic itu terbelalak dengan sempurna melihat wanita di hadapannya, wanita itu berterima kasih kepada pria yang tadi membawanya dan ia keluar dari mejanya dengan salah tingkah.

"maafkan aku atas reaksi ku tadi" dengan senyum canggung gadis itu mengulurkan tangannya kepada Natha "perkenalkan aku Laury Agatha sekretaris William, aku sungguh minta maaf kepada mu Nyonya Walter aku tidak bermaksud, maksud ku aduh" wanita itu salah tingkah di depan Natha "pertama kali kita bertemu aku... aku... kau masih ingat bukan" ucapnya benar-benar gugup.

Senyum di wajah Natha mengembang tentu saja ia masih ingat dengan orang yang mengatakannya pembantu baru Adrey.

"ya"

Laury menggenggam tangan Natha dengan erat "sungguh aku minta maaf untuk hari itu, aku tidak datang di pernikahan kalian jadi aku tidak tau, oh... itu juga aku minta maaf tidak dapat hadir karena aku di tugaskan keluar kota untuk menggantikan William"

Ketika ucapan Laury berhenti Natha mengira wanita itu sudah selesai ternyata masih berlanjut lagi.

"tangan mu lembut sekali, di mana kau perawatan? Aku juga ingin memiliki kulit semulus ini"

Mulut Natha sudah terbuka ingin menjawab sebuah tangan lebih dulu menyingkirkan tangan Laury dari tangan Natha, membuat wanita itu berdecak kesal.

"jangan mengganggunya" ucap Adrey dingin kepada Laury "masuk" lanjutnya kepada Natha namun sama sekali tidak melirik wanita itu sedikitpun, ia berjalan lurus masuk kedalam ruangannya membiarkan Natha mengekorinya di belakang.

"Aku tidak akan mengganti kulit istri mu, aku hanya bertanya di mana dia perawatan, dasar kau pelit William"

Gerutuan itu yang terakhir kali Natha dengar sebelum pintu tertutup di belakangnya. Sekarang Natha sudah bisa bernapas lega, pasti yang di wanita yang di katakan Anne tadi adalah Laury. Awalnya ketika ia bertemu wanita itu di apartemen ia juga mengira jika Laury dan Adrey memiliki hubungan ternyata hanya secretarisnya.

Mata Natha menjelajahi ruangan Adrey yang begitu maskulin, kesannya sama seperti ketika ia pertama kali masuk apartemen pria ini.

Sebuah gelas dan juga minuman bersoda tersaji di depan Natha tidak lama setelah ia duduk, Adrey juga ikut duduk di depannya tidak seperti biasanya pria itu akan duduk di sampingnya.

"kenapa?" Tanya Adrey setelah meneguk minumannya.

Ha?

Adrey berdecak kesal, tidak bisakah wanita ini bersikap santai di depannya tidak perlu menunjukkan wajah bodohnya walaupun memang begitu adanya, seharusnya istrinya ini menutupinya, baiklah biar Adrey ajari caranya menutupi kebodohan.

Penampilan, ceklis Karena ia sudah kembali seperti wanita lugu biasa yang Adey temui, tidak seperti wanita dewasa yang penuh dengan aura intimidasi dan dominasi serta terisi penuh seperti tadi yang ia baru pertama kali ia lihat. Bukan ia tidak ingin tapi jika nanti ada yang ingin mendebatnya dan wanitanya ini menjawab, ha? Tentu saja Adrey yang malu.

Setidaknya ketika wajah polosnya yang ia nampakkan tidak akan banyak orang yang ingin mendebatnya, mungkin hanya berbasa basi tidak penting.

"Natha dengar, sekarang kau istri ku. Tidak bisakah kau berhenti menjawab pertanyaan dengan, ha?" Adrey mempraktikkan wajah polos Natha "lalu membuka mulut mu layaknya orang bodoh yang tidak megerti apa-apa, apa lagi sekarang kau berani ke kantor ku"

Nafas Natha tercekat ia hanya bisa menangkap perkataan terakhir Adrey, mengapa ia begitu bodoh, eh bukankah Adrey juga berkata begitu tadi.

"em... jadi aku tidak boleh ke kator mu?"

"Shit..." Adrey mengerang frustasi "Lihatlah kau bahkan tidak bisa mencerna ucapan ku, berani sekali kau datang kemari bagai mana jika ada klien ku atau teman-teman ku yang lain datang menyapamu dan respon mu seperti tadi, apakah kau sama sekali tidak bisa berfikir bisa saja kau mempermalukan ku" semua kata keluar dari mulut Adrey tanpa bisa ia control "beruntung kau hanya bertemu sekretaris ku" di akhir katanya barulah nada suara Adrey memelan.

Kepala Natha tertunduk, sulit rasanya untuk menelan ludahnya sendiri, matanya memanas. Sekarang ia sadar setidak pantas itulah dirinya untuk Adrey, mungkin kebaikan Adrey belakangan hanya karena pria itu merasa kasihan padanya.

"aku mengerti" suara Natha terdengar bergetar dan hal itu membuat Adrey semakin, entahlah ia tidak bisa menggambarkan perasaannya saat ini.

"memangnya apa yang kau mengerti?" tantang Adrey.

Kepala Natha terangkat mata mereka bersitatap, disana Natha dapat melihat kemarahan Adrey, Natha bersumpah tidak akan pernah lagi menginjakkan kakinya di kantor pria ini. ini merupakan yang pertama dan yang terakhir.

Jika tau Adrey akan berubah seperti ini ketika ia mengunjunginya Natha tidak akan pernah melakukannya, lebih baik tidak pernah sama sekali mengetahui yang abu-abu dimana mata Natha dari pada harus melihat Adrey seperti ini, bahkan hari pertama mereka bertemu Adrey tidak seperti ini.

"maaf, aku tidak tau jika..."

"sudah berapa kali aku bertanya? Memangnya apa yang kau ketahui?"

Natha terdiam mulutnya terkatup tidak jadi bersuara, ia masih menatap mata marah yang masih menuntut jawabannya. Natha menarik Nafas dan menghembuskannya pelan.

"aku bersumpah tidak akan pernah menginjakkan kaki ku di kantor mu lagi, itu jawaban dari yang ku mengerti, Maaf menganggu waktu mu"

Beruntung Natha tidak membawa apapun selain dompet dan ponselnya yang berada di saku, jika tidak mungkin ia tidak akan sanggup untuk hanya menenteng tas.

"kau mau kemana?"

Senyum di wajah Natha membuat amarahnya hilang seketika, sialnya dia baru sadar ocehannya ketika Natha sudah keluar ruangannya, setelah mengatakan jika ia memiliki tugas kuliah.

Adrey sudah akan keluar mengejar istrinya namun kepalanya kembali teringat degan pesan Asley yang menanyakan keberadaan istrinya dan mereka sudah membuat janji tanpa sepengetahuannya.

William's Queen (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang