BAB 18

473 34 15
                                    

Sungguh, tatapannya mampu menyulam segala yang telah hilang kembali pulang-- segala yang tidak terlihat mampu didapat.

(*)

Shysi ditinggalkan begitu saja di tengah lapangan oleh Nandi. Tanpa sengaja, seperti ada sesuatu yang perlahan rapuh di dalam hatinya. Pun seperti ada sesuatu yang berhasil membungkam dirinya. Entahlah, ia pun tidak tahu mengapa hatinya bisa berubah seperti ini saat Nandi meninggalkannya.

"Oke. Tidak masalah." Ia membuang napas yang bernada terpaksa.

Sesampainya di parkiran, Nandi berusaha untuk melepaskan genggamannya dari Merry.

"Lepasin, Mer!" suruh Nandi.

"Iya iya maaf, Nan." Merry langsung melepaskan tangannya dari lengan Nandi.

"Aku gak suka ditarik-tarik kayak gini!"

"Tapi tadi pagi kamu kan mau nganterin aku pulang?"

Nandi menghela napas pendek, "Ya udah ayo!"

Nandi menggenggam pergelangan tangan Merry menuju keluar gerbang sekolah.

"Yes," seru batinnya.

Namun, tidak berlangsung lama Merry merasa keheranan, "Lho, motor kamu kan itu, Nan?"

Nandi masih terus berjalan mendekati gerbang sekolah sembari menarik lengan Merry, tanpa merespons terlebih dulu omongan Merry.

"Nan? Nandi?" panggil Merry.

Namun, Nandi tetap tidak merespons panggilan Merry.

"Nandi, kita mau ke mana?"

Sekali lagi, Nandi tidak merespons pertanyaan dari Merry. Melainkan mengedarkan pandangannya ke jalanan, seperti sedang mencari sesuatu.

Sedetik kemudian, datanglah sebuah taxi dari arah kanan. Lalu, Nandi melambai-lambaikan tangannya pertanda agar taxi itu berhenti tepat di depannya.

"Taxi? Kok naik taxi?" tanya Merry untuk yang ke sekian kalinya.

Nandi kemudian membukakan pintu taxi itu.

"Yuk, pulang!"

Merry mengerutkan keningnya, "Kenapa naik taxi?"

"Mau pulang engga?" tanya Nandi singkat.

"Iii yaa mau."

"Ya udah ayo naik!" suruh Nandi.

Tanpa merespons ucapan Nandi, Merry pun masuk ke taxi itu. Tidak lupa dengan Nandi, ia pun masuk ke taxi itu. Merry yang tadinya berpikiran yang aneh-aneh, akhirnya terjawab sudah dengan Nandi yang ikut masuk ke taxi itu. Hatinya begitu senang, pun ia merasa menang .

"Ke jalan mana?" tanya Nandi.

"Ke jalan anggrek no 10," jawab Merry. Ia tersenyum begitu lebar. Memasang wajah cantiknya.

"Ayo maju, Pak! Tapi pelan-pelan ya!" pinta Nandi, tanpa membalas senyum Merry.

Merry menghela napas kemenangan. Ia merasa telah memenangkan pertarungan ini dari Shysi.

"Eh, Nan, nanti kita--"

"Berhenti di sini, Pak!"

Merry belum saja selesai bicara, Nandi sudah terlebih dulu memotong pembicaraannya dengan meminta agar sopir taxi itu berhenti.

Tidak sampai genap setengah menit, Nandi tiba-tiba memberhentikan taxi itu. Sekali lagi, Merry tidak mengerti apa yang akan dilakukan Nandi selanjutnya. Dan lagi-lagi, Merry dibuat bingung oleh Nandi.

Shy & NafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang