Destiny 1

1.7K 61 0
                                    

Azan subuh yang berkumandang, sudah terdengar di telinga kokoh milik Gilang. Tanpa mengganggu tidur yang lain, ia langsung keluar menuju ke Kamar Mandi untuk mengambil wudhu. Tentunya ia ingin ke masjid BTN yang jaraknya hanya beberapa meter saja.

Suara tumpahan air yang mendarat di lantai sontak membuat Gilang mundur, sudah dipastikan sudah ada orang yang lebih dahulu bangun darinya. Ia sedikit menjauh dari pintu namun tetap berdiri disana. Karena ia memang ingin berwudhu sebelum kemasjid.

Sebuah goyangnya tuas pintu, membuat Gilang langsung bersiap untuk masuk kekamar mandi. Ia begitu terpesona melihat seorang wanita yang keluar dari pintu kamar mandi dengan rambut dan tubuh yang basah karena air wudhu. Ia begitu terpesona melihat masih ada remaja yang rela mengusik tidur nyenyaknya demi beribadah kepada Sang pencipta.

Fokus mata Farah langsung tertuju kepada Gilang yang terdiam membisu seperti kucing yang sudah di pukul dengan baskom itu ada tepat dihadapan matanya.

"Kak Gilang mau pakai kamar mandi juga yah? Maaf yah kak, aku memang lama kalau kekamar mandi,"ucapnya begitu polos membuka sebuah percakapan.

"Nggak papa dek," hanya jawaban singkat, ia memang tidak romantis.

Farah langsung melarikan diri, ia masuk kedalam kamar yang biasanya hanya ia tempati sholat, yaitu kamar yang ditempati Gilang untuk tidur tadi malam. Kamar itu lebih tepatnya hanyalah tempat sholat untuk Farah.

Memasang mukenahnya dengan memperbaiki nya memastikan tidak ada anak rambutnya yang keluar, ia segera melaksanakan sholat subuh. Tidak begitu lama, hanya sepersekian menit saja. Ia langsung menuju ke dapur, memasak nasi goreng. Tentunya ia memang sudah terbiasa dengan hal masak memasak karena memang sering tinggal sendiri dan sering belajar measak bersama dengan Bi Minah.

Gilang yang setelah melaksanakan sholat subuh dimasjid langsung saja kembali menuju kekediaman Farah. Tentu saja ia masih ingin bertukar cerita dengan masyarakat penghuni BTN itu yang sangat ramah kepadanya, tetapi kewajibannya untuk negara memanggilnya untuk segera pulang untuk menuju ke tempat kerjanya. Yaitu, markas TNI AD.

Saat membuka pintu, bau harum masakan tercium dari hidungnya. Sungguh bau yang mengundang selera. Ia yang penasaran langsung masuk ke dapur, ia melihat siapa yang memasak sepagi ini. Benar saja, ia melihat gadis yang masih dikategorikan sebagai remaja itu memasak dengan lihainya seperti sudah sangat berpengalaman. Gilang hanya bisa memandangi dengan senyap. Ia melihat pemandangan yang sangat indah, yah. Melihat seorang wanita yang lihai memasak. Yang dicari berbagai macam pria adalah sebagian besar yang pintar soal persamasakan semata, karena jika mereka lapar, mereka hanya mencari makanan bukan kemulusan dan ke glowingan wajah serta seksinya tubuhnya.

Farah yang menyadari bahwa Gilang menatapnya, langsung saja membuka pembicaraan. Ia yakin bahwa Gilang walaupun ia sudah sedikit berubah, sudah tidak terlalu dingin tetapi pasti ia sangat kaku.

"Kak langsung kekantor pagi ini yah?,"

Gilang refleks, langsung menjawab

"Iya dek, saya mau mandi dulu,"

"Nanti kalau udah siap langsung kesini yah kak,makan dulu sebelum ke kantor"

Ia langsung menuju ke kamar itu, dan langsung mempersiapkan dirinya untuk mandi. Hari ini memang sebagian besar kegiatannya berada didalam kantor, jadi ia hanya menggunakan pakaian dinas harian yang terdiri dari baju yang berwarna hijau kemudaan itu serta celana berwarna hijau tua dan baret berwarna hijau serta lambang Cakra yang tertempel di baret itu. Fix, sempurna.

Ia melangkahkan kakinya menuju ke dapur, tentu saja untuk memenuhi yang disuruhkan Farah tadi. Bagaimana lagi jika bukan sarapan pagi.

Farah sudah duduk anteng di meja makan, sudah ada nasi goreng sosis serta telur ceplok dan secangkir susu hangat di atas meja. Farah sebenarnya hanya membuat itu atas dasar balas Budi, karena rela pulang balik jauh-jauh demi menjaganya disini.

Early-age Marriage [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang