Episode 5. Di Ujung Jalan

3 0 0
                                    


Karin meletakkan mangkuk bubur yang di bawanya ke meja. Kemudian duduk di sebelah ranjang. Menatap wanita tua yang tergeletak disana. Masih pulas dalam tidurnya. Sejak malam Karin harus menetap di kamar pasien rumah sakit umum kota ini, agak jauh dari panti. Pagi pulang mandi, memastikan anak-anak sarapan, lalu berangkat lagi. Jadilah waktunya tersita dan tak sempat memainkan kayu tua itu. Jelangkung.. yang tiga tahun belakangan menjadi alasannya untuk berbahagia menjamu senja.

Sejenak matanya melirik keluar jendela. Ada begitu banyak memori yang telah Karin lalui bersama Rama. Memang hanya sebatas cerita namun semenjak kejadian menyedihkan setahun lalu membuat cerita-cerita mereka lebih mendalam. Lebih terasa seolah mereka benar-benar terhubung dan saling mengenal. Padahal tidak.

"Karin... kok melamun nak" Ibu Indah sudah bangun dan memegang lembut punggung telapak tangan Karin.

"Ibu sudah bangun? sini Karin bantu sarapan bu.." Karin membenahi posisi bantal Ibu Indah, membantu Ibu Indah untuk duduk di tepi atas dipan bersandarkan bantal.

"bagaimana kabar anak-anak di rumah?"

"baik bu, kan baru semalam di tinggal. Ibu tidak usah terlalu memikirkan rumah, kan ada Karin. Yang penting sekarang Ibu harus banyak makan dan istirahat.. biar cepat sembuh." Karin bertutur sambil menyuap sesendok bubur.

Ibu Indah tersenyum simpul sembari membelai rambut hitam panjang Karin. Mengusap kepalanya dan kemudian sedikit mengusap pipinya juga. Payah ia menelan bubur itu. Memang sudah tua dan giginya juga tak utuh lagi, sebagian ada yang sudah rontok. Matanya yang dulu begitu berbinar mulai padam dimakan usia. Berapa? Saat itu... terbilang 62.

Dua anak bu Indah perempuan. Semuanya sudah berumah tangga dan tinggal di kota lain. Yang bungsu usianya terpaut 4 tahun lebih tua di bandingkan Karin. Baru menikah tahun lalu. Tidak satupun di antara mereka datang menjenguk. Bukan karna tak sayang, tapi bu Indah tak mau merepotkan. Ia sudah punya Karin disini. Anak bungsunya.

Bu Indah tidak sakit parah, hanya memang bawaan usia tua. Dua hari beristirahat dan ia sudah di perbolehkan pulang. Namun begitu Ibu Indah tidak sekuat dulu. Kini pekerjaan rumah kebanyakan di ambil alih oleh Karin. Belanja, memasak... mengurus anak-anak yang masih belum bersekolah dan lain-lain. Kini Ibu Indah hanya membantu saja sebisanya. Mengingatkan Karin kalau-kalau ada yang terlupa.

Hari itu, Karin genap berusia 20. Ada perayaan kecil bersama Rama. Ia membuat kue untuk Karin, dengan tangannya sendiri. Mereka bercakap santai dan mesra. Beberapa bulan terakhir mereka memang sudah sering menyinggung masalah perasaan. Maklum, Karin belum pernah memiliki pacar karna ia memang tidak memiliki banyak teman. Pun Rama yang baru berusia 17, masa pubertasnya dihabiskan dengan angan-angan tentang Karin, bagaimanalah dia mau melirik perempuan lain.

Akhir pertemuan hari itu, ujung-ujungnya Rama juga yang memakan kuenya sendiri. Apa daya Karin tak mampu bahkan untuk sekedar menyentuhnya. Namun ia melihatnya. Dan walau tak mengecap, manisnya sudah terasa. Sepotong kue, sejuta rasa.

Senja hilang berganti malam.. kota gemerlap. Pertemuan kecil mereka lagi-lagi terhenti malam itu. Tak apa, masih ada malam-malam selanjutnya, pikir Karin. Namun yang ia tak tau adalah malam itu malam diamana Ibu Indah meminta permintaan yang sulit sekali di tolak. Malam hari saat semua anak-anak sudah tertidur pulas, Karin melangkah masuk ke ruang tengah. Ibu indah menunggu duduk di atas sofa. Ada sepotong kue di tangannya. Malam itu Karin merayakan hari ulang tahunnya. Lagi.

Sesaat setelah Karin meniup lilin, memanjatkan doa dan sedikit bercanda dengan nada yang menyenangkan. Ibu indah menatap Karin dengan tatapan yang lembut seperti biasa, namun kali ini terlihat serius.

"Karin... tidak terasa sekarang Karin sudah dewasa sekali. Rasanya baru kemarin Ibu menggendong bayi mungil yang lucu." Ibu Indah mengusap pipi Karin. Takjub betapa cantiknya anak gadis yang dibesarkannya. Karin pun tersenyum manja memeluk bu Indah.

RamaWhere stories live. Discover now