I

33.3K 2.9K 81
                                    

Dada Tala sesak sekali.
Gagang telepon masih tergenggam erat di tangannya yang gemetar dan berkeringat.

Papa meninggal!!
Kabar yang selama ini ditunggu olehnya, kini benar-benar sampai ke telinga Tala.

Dulu Tala pikir dia akan gembira mendengar kabar ini tapi kenapa sekarang dia merasa hatinya sakit?

Kelopak mata yang ditahannya agar tidak berkedip mulai terasa sakit.
Tala takut, jika dia berkedip maka airmatanya akan jatuh, membuktikan kalau dia benar-benar sedih mendengar kabar ini.

Tala tidak mau merasa menyesal karena tidak pernah menemui papanya selama bertahun-tahun.
Tala tidak mau mengingat papa yang menelpon memohon agar dia pulang.
Tala tidak mau merasa terluka karena tidak ada saat papa menghembus napas terakhirnya karen Tala tahu kalau wanita jalang itu dan anaknya pasti ada didekat papa saat itu.

Tala tetap menimpakan semua salah pada papa.
bukankah Tala sudah mengatakan kalau papa menikah dengan wanita jalang itu, maka sampai mati dia tidak akan melihat Tala lagi dan papa tetap memilih menikahi wanita jalang itu.
Jadi tak ada gunanya dia memohon untuk Tala pulang.

Bibi Meena bilang kalau papa akan dimakamkan besok.
Jika Tala berangkat sekarang, dia masih punya waktu untuk melihat papa sebelum dikuburkan.
Tapi untuk apa?

Tidak!!
Tala tidak akan kembali besok.
Dia tidak akan masuk ke rumah tersebut.
Dia tidak ingin melihat, bicara dan menerima ucapan belasungkawa penuh basa-basi busuk.
Dia tidak mau berdiri di dekat keluarga baru sang papa!

Dia akan pulang hanya untuk ziarah ke makam papa, memastikan kalau sekarang dia benar-benar sendirian dan hanya punya bibi Meena sebagai keluarga.
Setelah itu Tala akan pergi menemui pengacara papa, bertanya kapan dia bisa mengusir orang-orang yang dibencinya tersebut dari rumahnya?

Rasa sesak di dadanya membuat Tala memutuskan untuk minta izin pulang lebih awal dari tempat kerjanya.
Tapi Di rumah Tala semakin merasa tertekan karena bibi Meena yang terus menelpon dan mendesak Tala pulang.
Tapi Tala tetap pada pendiriannya, dia akan pulang lusa dan meminta bibi Meena menyimpan hal tersebut untuk dirinya sendiri.

Entah kenapa waktu terasa lambat bergerak, membuat Tala semakin gugup. Membuatnya berubah-ubah pikiran hingga sempat berpikir untuk tidak pulang dan mengabaikan semuanya.
Tapi lagi-lagi bibi Meena memaksa dan membuat Tala berjanji akan pulang.

Dan sekarang di sinilah dia, didepan gerbang pemakaman yang seperti gerbang istana.
Pemakaman untuk para kaum bangsawan dan kaum atas.
Tala langsung ke sini dari bandara, membawa serta barang-barangnya yang sedikit, karena Tala hanya berada di sini sampai besok. Lusa dia akan kembali ke apartemennya kecil, sampai mereka semua keluar dari rumahnya.

Tala memaksa kakinya melangkah meski hatinya menjerit meminta pergi dari sini.
Kenangan saat mama dimakamkan memenuhi benak Tala.
Tubuh mama yang dingin dan pucat saat ditemukan olehnya di dalam bathtub yang airnya berwarna merah karena darah yang keluar dari pergelangan tangan mama yang tersayat dalam dan lebar.

Tala mencoba melupakan kenangan tersebut dan berkonsentrasi untuk menemukan makam yang masih baru, sebab dia tak tahu yang mana kubur papanya.

Tala mencari, berputar-putar dan sebisa mungkin menjauh dari kawasan makam mama.
Tapi lelah mencari Tala tidak jua menemukannya.
Jadi mau tidak mau, Tala harus mendekat pada kubur mama dan yang benar saja, Kubur papa persis berada di sebelah kubur mamanya.
Tanah yang disediakan untuk keluarga phillip cukup besar lalu kenapa papa harus dikubur persis disebelah mama?

Jujur saja, Tala kaget dan terdiam.
Amarah menusuk dadanya.
Kenapa?
Apakah papa sudah memesannya dari awal lagi, saat mama baru meninggal mungkin?
Tapi kenapa?
Untuk apa melakukan hal tersebut?
Tala tahu persis kalau papa tidak mencintai mama sebesar cintanya pada Yuma, si jalang itu.

(Repost) Belitan Di HatiWhere stories live. Discover now