IX (a)

25.6K 2.7K 107
                                    

Flashback!!

.
.
.
.

Tala menyisir rambut ikalnya dan mengikatnya dengan selembar pita.
Memakai kacamatanya dan mengambil tas, lalu keluar dari kamar untuk bergabung di ruang makan.

Tala jarang sekali menikmati sarapan bersama papa dan mama.
Menurutnya, makan bersama mereka adalah saat makan yang paling sunyi di dunia ini.
Hanya butuh waktu sepuluh menit baginya untuk mengosongkan isi piringnya yang begitu cepat pindah ke dalam perut.

Sopir pribadinya yang berwajah oriental dan bernama Mok, sudah menunggu di depan teras, Tala langsung masuk ke mobil dan mengantarnya ke sekolah.
Ini adalah hari pertama sekolah setelah akhir pekan yang membosankan.
Tala sekarang kelas tiga SMA dan sebentar lagi dia akan kuliah dan meninggalkan rumah, sesuatu yang sangat dinanti olehnya.

Ini adalah tahun terakhirnya di sekolah, Tala harap akan jadi akhir dari rasa tidak nyaman dan pembullyan kecil-kecilan yang terus menerus di terimanya.

Tala pergi sekolah hanya agar mama tidak sedih melihat dirinya yang tidak punya teman dan tidak bisa bergaul.
Tala tidak pernah bilang kalau karena sikap sombong dan kasar mama membuat teman-teman satu sekolahnya yang rata-rata orangtuanya adalah pekerja papa, jadi membenci Tala.
Membuat Tala merasa tersiksa dan tidak betah berada di kota ini.

Tidak ada satupun diantara mereka yang tidak memanggil Tala sebagai perusak suasana!

Tala menolak dijemput saat pulang sekolah karena hal ini juga.
Tala tidak mau sopir papa melihat ada yang mengganggunya.
Bisa runyam urusannya jika papa atau mama tahu.
Bukannya berhenti, orang-orang pasti akan semakin gencar menganggu Tala.
Papa dan mama tidak mungkin menjaga Tala selamanya.
Tala juga tidak mau belajar secara private di rumah karena dia benar-benar menikmati waktu belajar atau melihat orang-orang yang tingkahnya sangat beragam.

Tala selalu keluar dari kelas, satu jam setelah jam sekolah usai, saat hanya ada satu atau dua anak saja yang ada disekolah.
Dia akan berjalan ke rumah menikmati kesendiriannya.
Duduk di pinggir sungai jika cuaca mendukung dan sampai di rumah saat matahari sudah tenggelam.
Syukurlah papa atau mama tidak bertanya kenapa Tala selalu pulang telat setiap harinya.
Sebab dulu Tala pernah bilang dia diminta tolong oleh guru untuk membantu memeriksa tugas murid yang lain.
Orangtuanya percaya karena otak Tala memang sudah masuk category jenius.

Hari ini Tala tidak singgah untuk duduk melamun di pinggir Sungai yang akan membuatnya tidak kelihatan dari jalan Raya karena bentuk tebingnya yang aneh.
Sore ini anginnya kuat sekali, sepertinya akan turun badai jadi sebaiknya Tala pulang atau dia akan basah kuyup, begitu juga dengan buku-bukunya.

Tala jalan setengah berlari karena anginnya semakin kuat hingga rambutnya jadi keluar dari ikatan pita yang mulai longgar.
Tala yang merasa terganggu langsung berhenti untuk memperbaiki ikatan rambutnya.
Tala menarik lepas pita tapi karena angin yang kuat pita tersebut terlepas dari tangannya dan terbang terbawa angin.

Disaat bersamaan serombongan kecil pengendara motor lewat dan pita Tala tersangkut lalu berayun menempel menutupi mata si pengendara paling Depan.
Untung saja pria itu sigap mengendalikan motornya dan hingga tidak menabrak apapun sebelum motornya berhenti.
Motor lain yang berada di belakangnya jadi ikut berhenti, itu artinya yang kena pita Tala adalah ketuanya.

Tala mendekat saat pria itu menarik pita Tala dari wajahnya, mengenggam dengan tangannya lalu melihat pada Tala yang saat itu langsung menyadari kalau pria itu adalah Taha, ketua berandalan yang paling ditakuti, bahkan hingga ke kota sebelah.
Katanya selama ini ia kuliah di luar kota tapi kini mungkin dia kembali karena telah menyelesaikan sekolahnya.

Tala tidak pernah berinteraksi dengan Taha.
Tala rasa Taha juga tidak tahu siapa Tala, jadi sebaiknya dia pergi dan tidak mencari masalah dengan Taha.

Tala menunduk
"Maaf.. Aku tidak sengaja melepasnya"
Bisiknya sambil berusaha memegangi rambutnya yang berterbangan dan mengembang ditiup angin.

Taha tidak menjawab, matanya tertuju pada pita ditangannya.
"Siapa kau?" tanya nya yang terus mengamati pita sutra yang dibuatkan bibi Meena untuk Tala.

Tala belum menjawab saat orang yang dibonceng Tala turun dari motor dan membuka helm nya.
Itu Vivi adik kelas Tala yang paling digemari para pria.
abangnya Rino adalah teman sekelas Tala, pria paling kepedeaan yang pernah Tala Lihat.

"Taha.. Ini Tala. Anak dari calon bosmu. Anak dari calon bos mamamu juga" umum Vivi yang jelas maksudnya untuk meledek Tala.
"Namamu dan namanya hampir sama. Jangan-jangan kalian anak kembar yang terpisah" guraunya lagi.

Taha tidak tersenyum, matanya terus mengamati Tala yang sibuk mengurus rambut dan roknya yang ditiup oleh angin hingga Vivi merasa kesal.
"Jadi kau si kecil yang dulu selalu ikut tuan Phillip.
Aku dulunya sering melihatmu saat berkunjung ke sini waktu libur sekolah. Siapa sangka kini kau sudah tumbuh sebesar ini"
Urai Taha yang dulu karena ayahnya bekerja jauh diluar kota maka dia hanya pulang sesekali ke kota ini.

TAHA baru benar-benar menetap disini saat SMA, setelah ayahnya meninggal.
Mamanya membawanya tinggal di sini.
Dari cerita yang Tala dengar, dalam waktu sebentar saja Taha berhasil menaklukkan para berandalan di kota ini dan menjadi ketua mereka.

"Ya itu aku" jawab Tala sesopan mungkin.
"Sekali lagi aku minta maaf karena menganggumu. Pitanya tertiup angin sebelum aku sempat menahannya"
Ungkap Tala.

"Apa kau tak bisa pergi ke salon, dan melakukan sesuatu pada rambutmu yang sepertinya tidak pernah disisir itu?"
Hina Vivi yang menyela kata-kata Tala dengan mimik Jijik.

Tala tidak mengacuhkan Vivi atau siapapun yang berada dalam kelompok mereka yang sedang tertawa.

"Tolong kembalikan pitaku" pinta Tala mengulurkan tangan meminta pitanya pada Taha yang terus menggenggam pita tersebut.

Bibir Taha tersenyum, dan entah kenapa Jantung Tala jadi berdebar-debar.
"Tidak! Aku suka pita ini. Mulai sekarang ini milikku"
Katanya yang kini menatap mata Tala yang membesar di balik kacamatanya.

"Tapi itu... " Tala jelas tidak setuju, tapi Vivi sudah maju dan mendorongnya yang mencoba mengambil pita yang sedang Taha ikatkan pada tangkai spion motornya.

"Minta ibumu yang sombong itu untuk membelikan yang baru untukmu. Kau kan kaya. Kalau perlu bikin pabriknya sekalian" geram Vivi yang langsung memancing ledakan tawa gengnya.

Tala menatap Taha yang ikut menarik bibirnya, membentuk senyum menghina.
Selama ini Tala tidak pernah merasa semalu ini saat dibully.
Tala segera berbalik, meninggalkan kelompok anak nakal yang kemungkinan akan kembali aktif dan membuat keributan setelah ketuanya kembali.

"Bagus,! Sebaiknya kau cepat pergi. Sebelum kau merusak suasana"
Teriak Vivi yang tidak perduli kalau Tala sudah menghilang dibalik tikungan.

Tala berlari terus hingga dia sampai di rumah, Masuk ke kamarnya dan menyembunyikan wajahnya di bawah bantal.
Tala tidak punya siapa-siapa sebagai tempat berbagi.
Dia ingin sekali mengatakan betapa sedih hatinya menjadi bahan olok-olokan dan Bully satu sekolah hanya karena mamanya terkenal sombong dan bibinya punya mental yang tidak stabil!!

*****************************
(20062019) PYK.

(Repost) Belitan Di HatiWhere stories live. Discover now